G R E E T I N G © 2014

안녕하세요~~

Blog ini khusus menyediakan berbagai Fan Fiction dengan EXO sebagai Main Cast-nya.
Please, Be Enjoy, Be Honest, Be Creatives and Be Yourself in Here :D

Royal Ices' and Acardians' House (Kris-Jessica & Kai-Krystal)

-JUNG SISTERS FEAT. THE ALIEN BROTHERS-

Part of This Blog :


~HAVE A CHEERFULL MARCH WITH LAY AND IU~

감사합니다 J J

Rabu, 01 Januari 2014

[SERIES] Back in Time Chapter 1 (Lost in Love)


Title                                : ‘Back in Time’ Chapter 1

Sub-Title                        : ‘Lost in Love’

Author                           : ChocoHeaven0510 (T : @nahyabintan_)

Main Cast       :
Kris Wu (Wu Yi Fan/Kevin Wu)
Jessica Jung (Jung Soo Yeon)

Other Cast     :
Ericca Jung (Jung Yi Han)[OC]
Kim Tae Yeon
Wu Yoona/Im Yoona
Xi Lu Han
Kwon Yuri/Park Yuri
Choi Soo Young

Rating                             : T (+15)

Genre                             : Hurt, Sad, Romance, (little) Angst

Desclaimer : It is mine. Don’t copy-paste without my permission. Don’t claim that is yours!

Author's Note : It's my second fanfiction that I share in here. I'm also share it in 'EXO FANFICTION GRUP' on Facebook. Please, give your comment about this fanfiction.. okay^^ because I am a Krissica shipper :D

Summary :
That increasily strong, lock in the nostalgia
Couldn’t I step back in time
Back to the time when you give me a hug
Everything now doesn’t matter
Back Sound :
1)       LYN – To turn back hands of time
2)       SNSD Taeyeon & Tiffany – Lost in love

~STORY BEGIN’s~
California, USA

Malam ini, suasana begitu menusuk kulit ari manusia. Dinginnya menembus tirai kamar yang lembut disertai alunan angin yang membuat suasana menjadi sangat dingin. Dari luar, terdengar rintikan hujan yang membuat suara khas menimpa jendela. Basah. Kesan pertama yang bisa dilihat. Suasana luar tak sedikitpun bisa menggoyahkan tidur kedua insan manusia yang berada dikamar itu. Sampai seseorang membuka matanya dan menyadari hal yang seharusnya mereka tidak lakukan. Ia menyesali perbuatannya. Namun, waktu tak bisa diputar kembali bukan? Ia mulai melangkah dengan tubuh yang dibungkus selimut menuju kamar mandi.
Setelah beberapa menit, ia keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap sambil membawa selimut tebal yang ia sampirkan di lengan kanannya. Ia melihat namja yang masih berada ditempat tidur lalu mulai berjalan mendekati tempat tidur itu. Diletakkannya selimut itu hingga menutupi tubuh namja itu dengan pelan agar tak membangunkan tidurnya.
“Aku harus pergi. Maafkan aku” ungkap yeoja itu lalu meraih mantelnya yang berada diatas kursi dan memakainya. Sekali lagi ia berbalik hanya untuk melihat namja itu mungkin untuk yang terakhir kalinya lalu meninggalkan kamar dan keluar dari apartemen itu.
Keluarnya ia dari apartemen itu disambut rintikan salju yang memang sedang musimnya. Jam telah menunjukkan pukul 02.30 waktu setempat. Terlalu malam memang bagi seorang gadis untuk pulang. Tunggu! Seorang gadis? Bukankah jiwa ke’gadis’annya sudah terenggut beberapa jam lalu? Oh... tolonglah siapapun berikan sebutan untuk wanita ini. Setelah menemukan taxi, yeoja itu langsung pergi meninggalkan daerah apartemen itu menuju tempat tinggalnya sendiri yang memang jauh jaraknya dari daerah apartemen itu.
“Where do we go, miss?”
“Half Moon Street, please” jawab yeoja itu dengan aksen Inggris-Amerika kentalnya.
Sepanjang perjalanan, ia hanya diam dan mengamati jendela yang berembun. Ia menyukai suasana seperti ini. Sesampainya di apartemennya, ia menyerahkan sejumlah uang dan keluar dari taxi yang ditumpanginya. Sekarang ia berada di depan pintu apartemennya dan masuk setelah ia menekan kode-kode apartemennya.
“Kau darimana saja, Jessie?” tanya seorang yeoja yang ada dihadapannya setelah ia membuka pintu. Lampu memang sengaja tidak dinyalakan oleh yeoja itu. Yeoja itupun menyalakan lampu dan terlihatlah wajahnya yang sedang ingin menanyai yeoja yang baru pulang itu dengan 1001 kata tanya.
“Taeyeonie....” isak yeoja itu memanggil nama yeoja yang ada dihadapannya. Tangisnya sudah tidak dapat dibendung lagi. kini, ia bagaikan yeoja lemah dan rapuh yang kehilangan keangkuhannya. Gadis yang bernama Taeyeon itu merengkuh dan memeluk tubuh sahabatnya serta memberinya ketenangan disela-sela tangisnya.
“Apa yang terjadi, Jessica? Kenapa kau menangis?”
“Aku kotor, Taeyeon-ah! Aku kotor!” ungkap yeoja bernama Jessica sambil memukuli pahanya.
“Berhenti Sica! Jangan menyakiti dirimu sendiri! Ini semua bukan hanya salahmu. Sekarang, ceritakan semuanya dengan jelas padaku!” bentak Taeyeon agar Jessica menghentikan perlakuannya.
“Taeyeonie... aku... aku telah melakukannya” kata Jessica masih dengan isak tangisnya. Taeyeon hanya bisa mendesah berat. Ia tahu perkataan Jessica menjurus pada sesuatu hal. “Lalu, apa sekarang kau mau ikut denganku ke Paris?”
“Tapi-“
“Kau harus menghindarinya untuk beberapa waktu sampai semuanya tenang, Jess” ungkap Taeyeon memotong perkataan Jessica. “Kau tidak perlu khawatir, orang tuaku ada di Paris. Mereka pasti mau menerimamu”
“Tapi, aku sudah sangat sering merepotkanmu, Taeyeon-ah!” balas Jessica.
“Aku tidak merasa direpotkan olehmu. Aku senang bisa membantumu” kata Taeyeon sambil menunjukkan senyum manisnya.
“Baiklah... aku akan ikut denganmu ke Paris. Gomawo, Taeyeon-ah... kau sudah mau menjadi sahabatku”
“Sekarang, bersiap-siaplah! Aku memesan dua tiket keberangkatan paling awal ke Paris”

***

Sinar matahari yang hangat telah masuk di sela-sela tirai gorden yang berwarna coklat cream lembut. Jam telah menunjukkan pukul 06.30. namja itu masih belum bangun dan tak menyadari bahwa tidak ada lagi gadis yang tidur disampingnya. Ia mulai meraba-raba dan tak merasakan adanya keberadaan gadisnya. Ia mulai membuka matanya dan mencari keberadaan gadis itu di sekelilingnya. Namun hasilnya nihil.
“Sica... Where are you?”
Hening. Tak ada jawaban.
Ia mulai bangkit dan berusaha mencari gadis yang bernama Jessica di sekitar apartemennya. Tapi tetap saja hasilnya nihil. Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan menampilkan ID ‘Mom Calling’.
“Hallo, Mom... What’s happening?”
“Kevin! Come here right now. There’s a good information for you. Come and listen”
“Okay mom... I will come at 7.30 a.m. See you soon”
“Yes.... you too, Dear”
Namja yang bernama ‘Kevin’ itu lalu mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk sekedar membersihkan dirinya. Setelah beberapa menit ia keluar dengan tubuh yang lebih segar tentunya. Namja itu masih mencari keberadaan yeoja yang bernama Jessica. Ia mengecek ponselnya. Tak ada satupun pesan yang ia dapat dari Jessica. Ia baru menyadari suatu hal. Hal yang tak seharusnya dilakukannya. Ia menyesalinya. Yeoja itu pasti sudah pergi ke apartemen sahabatnya. Atau mungkin, dari hidupnya?... oh... andwae! Ia langsung menyambar kunci mobilnya dan keluar menuju apartemen sahabat kekasihnya yang ia kenal dengan nama Taeyeon.

***

Sesampainya disana, ia berlari menuju ke nomor apartemen yang berada dilantai 5 gedung apartemen itu. Ia tak menemukan siapapun berada di apartemen itu.
“Excuse me... where do this apartment’s own go?” tanyanya pada seorang wanita setengah baya yang kebetulan lewat didepannya.
“Oh... they went to the airport a few minutes ago”
“What? Airport? Do you know their destination?”
“Oh... I’m sorry, I don’t know. I must go now”
“Thank you for your information” namja yang bernama Kevin itu mulai mengambil ponsel dari sakunya dan menghubungi Jessica. Namun yeoja itu tetap tidak bisa dihubungi. Ia malah mendapat panggilan masuk dari ibunya.
“Yes, Mom?”
“What time is it? Do you know, Kevin? You’re late!”
“I’m sorry, Mom. There are somethings I should do first”
“What? About that girl again, right? Kevin, please stop thinking about that girl!”
“Mom! Let me think of the girl I love!”
“Whatever! Now, come here or you can see that I kill myself!”
“Okay... I understand!”
Kevin langsung pergi meninggalkan apartemen itu. Ingin sekali kalau ia bisa menyusul Jessica ke ke airport dan mencegah kepergiannya. Namun, ibunya terus saja mendesak agar ia pergi kerumah orang tuanya. Pasti akan membicarakan bisnis, saham atau keinginan pribadi ibunya. Ia sudah tahu pasti akan seperti itu. Ia mulai menyalakan mesin mobilnya dan melenggang di jalanan California menuju rumah kedua orang tuanya.

***
[At Wu’s House]

Sesampainya di rumah kedua orang tuanya, ia segera masuk. Para pelayan dirumah itu sejenak meninggalkan pekerjaan mereka ketika melihat tuan muda mereka masuk kerumah dan memberi hormat. Ia berjalan menuju ruang pribadi ibunya tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun. Sikapnya memang dingin dan tak pernah peduli dengan sekitarnya. Diruangan ibunya, sudah berkumpul kedua orang tuanya serta seorang gadis yang tak begitu diketahuinya. Ia disambut oleh sapaan lembut ibunya yang sangat berbeda saat di telepon beberapa jam yang lalu.
“Kevin, akhirnya kau datang!” sahut ibunya dengan wajah berseri-seri. Persis seperti baru saja ia mendapat sebuah hadiah besar.
“Ada apa, Mom? Cepat katakan. Aku tak punya banyak waktu”
“Baiklah kalau begitu. Duduklah terlebih dahulu” Kevin duduk disebelah yeoja yang tak ia kenal. Tuan dan Nyonya Wu terlihat tersenyum dan Kevin terlihat heran dengan arti tatapan kedua orang tuanya.
“Kalian terlihat cocok” sahut Tuan Wu, ayah Kevin. Kevin hanya bisa terpaku mendengar perkataan ayahnya.
“Apa yang kalian maksud?”
“Wu Yi Fan, perkenalkan. Wanita yang berada di sampingmu adalah calon istrimu, Im Yoona” kata Nyonya Wu sambil tersenyum. Kevin terkejut dengan perkataan ibunya. Calon istri?
“Mama! Apa kau bermaksud menjodohkanku dengan gadis yang tak kukenal ini?” ungkapnya penuh emosi.
“Kris! Jangan membentak ibumu! Ini memang sudah rencana kami!” balas Tuan Wu tak kalah sengit. Kevin yang dibentak hanya diam dan membalas dengan dingin. Ia sudah kebal dengan bentakan sang ayah.
“Jadi, karena hal ini Mom menentang hubunganku dengan Jessica? Ah... sungguh mengagumkan!” sahut Kevin dingin.
“KRIS!” bentak kedua orang tuanya. Yoona yang ada disekitar merekapun hanya diam dan tak berani berbicara apapun mendengar pertengkaran antara orang tua dan anaknya.
“Sudahlah, percuma Mom dan Dad membujukku untuk menikah dengan Nona Im. Aku tak akan setuju dengan rencana itu!” ungkap Kevin dan ia langsung beranjak untuk meninggalkan ruangan itu.
“Kevin Wu! Kau lebih memilih gadis yang bernama Jessica itu dan melihat ibumu mati atau kau menikah dengan Nona Im Yoona dan masih bisa melihat ibumu hidup?” sergah Nyonya Wu. Kevin diam dan tak bergerak sambil memikirkan matang-matang perkataan ibunya. Ia tahu, ibunya selalu bersungguh-sungguh dengan segala ucapannya.
“Baiklah... kalau kau diam berarti kau memilih ibumu ini. Kau harus menikah dengan Nona Im dan pindah ke korea untuk mengurus anak cabang perusahaan disana” tambah Nyonya Wu.
“Apa? Kenapa aku harus selalu menuruti perintah Mom dan Dad? Aku punya hidup sendiri!”
“Ini semua demi kebaikanmu dan hidupmu, Kevin!” kata Tuan Wu marah.
“Kebaikanku? Hidupku? Hidupku selalu diatur kalian! Pindah ke Amerika, kuliah jurusan bisnis dan sekarang kalian menyuruhku untuk menikah dengan Nona Im yang tidak aku kenal sama sekali dan harus pindah ke korea untuk mengurus segala yang kalian bangun disana! Apa kalian pernah memikirkan perasaanku sedikit saja?” ungkap Kevin untuk terakhir kalinya sebelum ia meninggalkan ruangan itu.
“KEVIN!”
“Maaf Nyonya Wu, bolehkah saya menyusul Kevin?” tanya Yoona sopan.
“Baiklah, tolong bujuk dia. Dia anak yang lembut namun keras kepala” jawab Nyonya Wu. Yoona-pun membungkuk hormat dan langsung keluar menyusul Kris.
“Kevin, tunggu sebentar!”
Kris-pun berhenti lalu menengok ke belakang. Ia lalu mengembalikan posisi badannya seperti semula. “Ada apa, Im Yoona?”
“Kita perlu bicara, Kevin. Bisakah kau ikut aku sebentar?”
“Tak ada yang perlu kita bicarakan, Nona Im. Aku tak mengenalmu dan aku tak peduli akan yang akan terjadi nantinya” balas Kris dingin.
“Aku tahu itu Kris... aku tak akan mengusikmu. Apalagi mengusik hubunganmu dengan wanita yang bernama Jessica itu. Kita hanya akan berbagi pendapat dan perasaan. Sebenarnya aku sama sepertimu, menolak perjodohan ini” sahut Yoona. Kris hanya diam dan tak menjawab.
“Kalau begitu, ikut aku.”

***

“Kenapa kau menerima perjodohan ini?” ucap Kris memulai
“Aku hanya mengikuti kehendak appa-ku saja.” jawab Yoona. Kris diam, ia tak mengerti apa yang dibicarakan Yoona. “Appa?”
“Dalam bahasa Inggris biasa disebut ‘Daddy’.” Mendengar jawaban dari Yoona, Kris hanya ber-oh ria. “aku ingin memberikan hal yang appa-ku inginkan sebagai anak yang berbakti. Aku tahu, aku bukan seorang anak yang sempuna bagi appa. Tapi, bisa membuat appa bahagia sudah bisa jadi termasuk hal yang sempurna untuk appa-ku, bukan?”
Kris mengangguk, “Kau benar Yoona. Kau wanita yang baik.”
“Untuk itu aku mohon padamu, tolong terimalah perjodohan ini. Aku tak memintamu untuk mencintaiku atau menganggapku ada atau bahkan menganggapku sebagai wanita, hanya untuk sekali saja agar aku bisa membahagiakan appa-ku” ungkap Yoona memohon. Kris diam. Ia lalu tersenyum, “Baiklah Yoona, aku terima”
“Terima kasih, Kris” gumam Yoona sambil tersenyum manis pada Kris.

***
‘Time just passing quickly....
But, I  can’t forget my past memory completely
There are all about loves, There are all about dreams
That can makes me remember the beautiful past memory’

[4 Years Later]
Seoul, South Korea

Kini setelah 4 tahun, Kris berada di korea bersama Yoona yang kini statusnya sebagai ‘Nyonya Muda Wu’. Tak ada lagi paksaan dari ayah dan ibunya. Walaupun terkadang ayah dan ibunya selalu menyinggung masalah anak, namun itu tak menjadi perintah wajib untuk Kris. Kini, ia dan Yoona hanya bisa memfokuskan hidup mereka hanya untuk mengurusi perusahaan gabungan antara ayah Kris dengan appa Yoona yang berada di Korea, ‘Diamond Fashion’. Kris dan Yoona-pun sangat akrab sehingga banyak pekerja di perusahaan yang menganggap mereka saling mencintai. Padahal, sebenarnya hanya dapat diartikan sebagai seorang sahabat. Setiap jam makan siang, Yoona selalu datang menemui Kris hanya sekedar menemaninya makan siang, membicarakan bisnis dan selera fashion mereka yang hampir sama. Tak ada kesan-kesan romantis dalam pertemuan-pertemuan itu. Hal-hal itu hanya sekedar bahan kecohan untuk semua orang dikantor.
Sekarang ini, Kris sedang berada diruangannya. Mengurus berkas-berkas penting, berkutat dengan layar laptop yang menampilkan grafik-grafik pemasaran dan proposal-proposal untuk rapat dengan client.
“Presdir, Designer Kwon ingin menemui anda” ucap sekretaris Kris, Choi Sooyoung.
“Masuk” ucap Kris tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas yang menumpuk dimejanya. Designer utama perusahaannya yang bernama Kwon Yuri-pun masuk dan memberi hormat padanya. “Ada apa?”
“Jwesonghamnida presdir, saya mengganggu waktu anda. Saya kesini karena saya ingin mengajukan permintaan saya” ungkap Yuri dengan kesopanannya.
“Apa permintaanmu?” balas singkat Kris. Ia kini mengalihkan perhatiannya dari berkas-berkasnya dan menatap Yuri serius.
“Suami saya dipindahtugaskan oleh atasannya ke Paris, Perancis. Sebagai istri, saya harus mengikuti kemanapun suami saya pergi. Untuk itu, saya ingin presdir memindahkan saya ke anak cabang perusahaan di Perancis” jelas Yuri. Kris terlihat berpikir dengan semua perkataan Yuri.
“Tapi, aku tak bisa menjamin kalau kau bisa mendapat posisi yang bagus disana seperti saat kau disini. Lagipula, kau harus mendapatkan seorang teman untuk bisa bertukar tempat denganmu”
“Untuk posisi, saya tidak begitu memikirkan posisi yang tinggi seperti saat saya berada disini. Saya yakin akan kemampuan saya. Dan masalah teman, saya sudah menemukan seorang teman yang akan bertukar tempat dengan saya” ungkap Yuri lebih dalam.
“Bagaimana bisa kamu mengenal designer dari Perancis?”
“Saat mewakili perusahaan di salah satu acara fashion show di Inggris, kami berdua berkenalan. Dia bukan orang Perancis tapi orang korea yang punya darah campuran amerika. Presdir tidak perlu khawatir, dia seorang yang handal dan punya selera fashion yang bagus. Presdir pasti akan puas dengan hasil kerjanya” ucap Yuri meyakinkan. Kris-pun mengangguk dan tersenyum, “Baiklah jika itu sudah keputusanmu. Aku akan menyiapkan berkas-berkas kepindahanmu. Kuharap, orang itu tidak mengecewakanku. Jika dia mengecewakanku, aku akan menarikmu kembali ke korea! Tapi sebelum kau pergi, temui Yoona. Dia pasti akan sangat kehilanganmu. Kalian teman baik, bukan?”
“Ne, Presdir. Kamsahamnida. Kalau begitu saya permisi dulu” pamit Yuri masih dengan sikap sopan. Kris hanya mengangguk sekali dan melihat kembali berkas-berkasnya.

***

Di bagian lain dari alam semesta, suasana keindahan musim dingin masih menyelimuti kota mode fashion dunia, Paris. Sebuah kebahagian masih terdapat dalam suasana makan pagi yang hangat walaupun musim dingin masih menyelimuti seluruh kota. Seorang anak perempuan kecil membuat suasana lebih meriah dan lebih hangat tentunya dengan tingkah polahnya serta ucapan khas anak berusia tiga tahun. Orang-orang dewasa yang berada disekitarnya hanya tertawa melihatnya.
“Ericca, berhentilah bicara dan makan sarapanmu! Nanti setelah kau selesai sarapan kau bisa melanjutkannya” hardik ibunya dengan halus agar tak berkesan memarahinya. Namun, yeoja kecil yang bernama Ericca itu tak mempedulikan dan terus bercerita.
“Ericca sayang, makan dulu sarapanmu sampai habis. Setelah itu kau boleh bercerita banyak dengan halmeoni” kata wanita setengah baya yang berada didepan Ericca dengan halus. Ajaib! Ericca langsung diam dan meneruskan melahap sarapannya tanpa berbicara lagi. Ibunya yang berada disampingnya hanya mengendus kesal sambil mengerucutkan bibirnya.
“Haha... Jes, Ibuku mengalahkan kau dalam hal membujuk anakmu. Aku heran, sebenarnya ibunya Ericca itu kau atau ibuku?” ejek Taeyeon. “Aish... diam kau nona Kim!” balas Jessica sengit.
“Hei sudah-sudah! Kau Taeyeon, selalu saja menggoda Jessica. Kau pikir, menjadi orang tua tunggal itu gampang?” kata appa Taeyeon menengahi pertengkaran kecil Taeyeon dengan Jessica.
“Ne appa, arraseo. Sica, mianhae” sahut Taeyeon. “Ne, nado mianhanda”
“Oh ya Jessica, kau katanya akan pindah ke Korea. Apa itu benar?” ungkap eomma Taeyeon pada Jessica. Jessica hanya membalas anggukan kecil serta senyuman.
“Jinjayo? Kau akan pindah ke Korea, Jess? Kenapa kau tidak memberitahukan hal ini padaku?” sahut Taeyeon tiba-tiba terlihat antusias. “Lalu kau akan membawa Ericca bersamamu?”
“Geureom... aku eomma-nya. Mana mungkin aku meninggalkannya sendiri di kota sebesar Paris ini?”
“Kenapa kau pindah? Bukankah kau bilang kau sudah nyaman berada di Paris? Lalu, bagaimana dengan pekerjaanmu di perusahaan?” tanya Taeyeon bertubi-tubi.
“Aku kesana karena pekerjaan, Taeyeon-ah. Salah satu temanku yang berada di Korea memintaku untuk bertukar tempat dengannya karena ia harus mengikuti suaminya pindah ke Paris” jelas Jessica.
“Kau mau bertukar dengannya? Ayolah Jess.... kita sudah sangat nyaman berada disini” rajuk Taeyeon. Jessica hanya tersenyum melihat Taeyeon yang berperilaku seperti anak kecil ditempat ini. Biasanya, saat mereka sedang tidak bersama kedua orang tua Taeyeon, ia bersikap seperti yeoja dewasa dan bertanggung jawab.
“Jika kamu masih ingin disini, kau boleh tinggal disini. Tapi aku akan tetap pergi bersama Ericca” jelas Jessica. Taeyeon mengendus. Jessica memang yeoja yang keras kepala. Taeyeon kini mulai beralih pada Ericca yang sedang melahap makanannya.
“Ricca-ya... kau lebih suka ikut Mommy pindah ketempat lain atau kau ingin Mommy-mu di sini, di Paris?”
“Hmmn.. sebenalnya (sebenarnya) Licca (Ricca) ingin disini, tapi jika Mommy ingin pindah, Licca (Ricca) akan mengikuti Mommy saja” jawab Ericca dengan gaya cadel ala balita-nya lalu meneruskan memakan sarapannya. Jessica hanya tertawa mendengar jawaban Ericca.
“Hahaha... walaupun aku kalah dari ibumu, tapi kau tidak bisa mengalahkanku, Taeyeon-ie. Skor satu sama” kata Jessica sambil membentuk angka 1 pada jari telunjuk tangan kanannya. Taeyeon menyahut kesal, “Diam kau nona Jung!”
“Hei kalian! Sudah-sudah! Perilaku kalian ini akan mengotori pikiran Ericca. Lagipula kalian sudah dewasa. Kenapa kalian selalu bertingkah seperti anak-anak terus?” nasehat eomma Taeyeon. Jessica dan Taeyeon diam setelah diberi nasehat oleh eomma Taeyeon. “Sica, apa nanti kau berangkat ke kantor?”
“Ah, animida. Aku sudah mengirim proposal permintaan pemindahanku. Hanya menunggu panggilan dari kepegawaian untuk menghubungiku”
“Baguslah kalau begitu. Berarti kau bisa menemani Ericca nanti. Aku dan appa Taeyeon ada urusan. Jadi, mungkin kau akan sendirian di rumah ini” sahut eomma Taeyeon yang sudah menganggap Jessica sebagai putrinya sendiri, sama seperti Taeyeon.
“Ne, ahjumma”

***

Kris mulai membereskan berkas-berkas yang ada dimejanya. Beberapa berkas itu ia masukkan ke dalam tas untuk dikerjakannya di rumah. Jam memang sudah menunjukkan pukul 8 malam sehingga para karyawan bisa pulang dan melepas kepenatan mereka dikantor dengan bersenda gurau dengan anggota keluarga mereka masing-masing saat mereka sudah tiba dirumah. Berbeda dengan Kris. jika ia berada dirumah, ia akan makan malam bersama Yoona lalu setelah itu ia langsung pergi ke kamar dan mengerjakan berkas-berkas yang ia bawa dari kantor untuk dikerjakannya sampai larut malam. Biasanya, Yoona akan menegurnya ketika jam telah menunjukan pukul 12 dan menyuruh Kris tidur. Hal ini sudah biasa dilakukan selama 4 tahun pernikahan mereka.
Kris dan Yoona memiliki kamar sendiri-sendiri dengan alasan menjaga privasi masing-masing. Kadang jika orang tua mereka berkunjung, Kris dan Yoona akan satu kamar. Tentu saja hanya untuk sementara. Setelah kedua orang tuannya pergi, mereka akan berpisah kamar lagi. 4 tahun hidup bersama membuat Kris dan Yoona menjadi dekat. Karakter Kris yang sangat menghargai wanita sekaligus menjaga jarak dengan wanita membuat Yoona lega. Setidaknya, ia tidak tersakiti.
“Yoona, apa Yuri sudah memberitahu kepindahannya padamu?” tanya Kris ketika ia dan Yoona sedang makan malam di ruang makan.
“Mwo? Yuri? Kepindahan? Apa maksudmu Kris?” tanya balik Yoona yang mengisyaratkan ketidaktahuannya.
“Jadi Yuri belum memberitahumu? Tadi siang setelah jam makan siang, Yuri menemuiku. Ia mengajukan permintaan untuk pindah tugas ke cabang perusahaan di Paris karena suaminya dipindahtugaskan atasannya ke Paris. Otomatis ia harus mengikutinya bukan?” ungkap Kris. Yoona hanya mengangguk sambil terlihat kesal pada Yuri.
“Kau kesal pada Yuri?” terang Kris. “Jangan menyalahkannya. Setidaknya kau mengetahuinya dariku, bukan?”
“Ye... gomawo, Kris. Lalu siapa yang akan menggantikan posisi Yuri di perusahaan?” tanya Yoona penasaran. Bukankah ia juga punya bagian di perusahaan? Kris terlihat berpikir, “I don’t know. Yuri tak menyebutkan siapa nama orang yang akan menggantikannya. Ia hanya bilang bahwa orang itu pasti tidak akan mengecewakanku”
“Jinjayo? Mungkin benar. Yuri punya selera tinggi dalam fashion, jadi pasti dia juga tahu orang-orang yang punya selera tinggi dengan fashion dan design. Apalagi, ia bertukar dengan orang yang berasal dari Paris, Perancis, kota mode dunia. Pasti orang itu punya selera fashion dan design sangat tinggi” ungkap Yoona sambil berpikir.
“Baiklah aku sudah selesai. Aku pergi ke kamar dulu” ucap Kris untuk Yoona.
“Ingat Kris, jangan melebihi jam 12 malam!”

***

Kris melangkahkan kakinya ke meja kerja yang berada didalam kamarnya. Ruangan kamarnya memang luas dengan penerangan hanya pada meja kerjanya saja. Dikursinya sudah tersampir tas kantornya. Ia lalu membuka tas itu dan mengeluarkan beberapa dokumen yang akan ia selesaikan. Dibukanya salah satu dokumen itu dan ditelusurinya dengan teliti kumpulan angka dan grafik-grafik yang mungkin memang bisa membuat manusia pusing bukan kepalang. Dia berpikir dan menggigit ujung penanya. Setelah dirasa menemukan angka yang tepat, ia mengisi dokumen itu. Ia sekilas terlihat seperti seorang anak yang sedang mengerjakan soal ujian. Keningnya berkerut, hari ini dia begitu lelah dengan semua kegiatannya. Tapi ia sudah bertekad untuk menyelesaikan dokumen itu hari ini juga. Untuk menghilangkan kepenatannya, jemarinya mulai menyentuh laci teratas meja kerjanya dan membukanya perlahan. Ia mengambil sebuah foto usang yang sering ia lihat. Seorang yeoja yang sedang bermain-main dengan salju amerika yang dingin. Yeoja itu memperlihatkan senyum yang bisa membuat hati dingin seorang Kris Wu meleleh. Kedua sudut bibirnyapun tertarik membentuk sebuah senyuman.

_FLASHBACK_

“Kris! Salju pertama turun!” teriak seorang yeoja yang berada didekat Kris sambil mengadahkan tangannya untuk mengambil salju yang turun. “Waah... indahnya...”
“Kau ini tak pernah berubah sejak satu tahun lalu, Jes” omel Kris pada yeojachingu-nya, Jessica. “Kekanak-kanakan!”
Jessica yang mendengarnya hanya bergumam dan mengerucutkan bibirnya kesal. “Lalu kenapa kau menyukaiku dan menjadikanku pacarmu?”
Kris hanya tersenyum sambil mengusap pelan puncak kepala Jessica. “Karena kau kekanakan, makanya aku menjadikan kau pacarku. Aku kasihan jika kau akan menjadi perawan tua karena sifat kekanak-kanakanmu sangat mengganggu para laki-laki. Mungkin hanya aku saja yang bisa bertahan”
Jessica hanya mendesah berat mendengar ucapan Kris yang terkesan candaan yang sama sekali tidak lucu baginya. “Apa salah jika aku menyukai salju? Apalagi ini salju pertama musim ini. Kebanyakan wanita sangat ingin melihat turunnya salju pertama bersama pasangan mereka. Apa itu juga sikap kekanakan? Ah sudahlah, percuma saja aku berbicara panjang lebar denganmu. Toh, kau pasti tidak akan mengerti.” Jessica mengeratkan pakaian musim dinginnya dan berjalan pergi meninggalkan Kris. Namja itu mulai mengejar langkah Jessica dengan langkah-langkah panjangnya.
 Jessica menghentikan langkahnya. Wajahnya masih menunduk. Sementara Kris, ia berdiri dibelakang tubuh Jessica yang masih menunduk. Ia lalu mendekap tubuh kecil Jessica dengan lengan kekarnya dan menyandarkan kepalanya di bahu hangat milik yeoja itu. “Kau marah?”
“Tidak. Aku hanya bosan dan malas melihat salju ini saja. Kenapa salju pertama harus turun hari ini? Kenapa tidak besok saja? Atau saat aku bersama Taeyeon?” balas Jessica. “Jadi, kau tak suka melihat salju pertama denganku?”
“Untuk apa aku melihat salju pertama bersamamu jika kamu tidak mengerti arti ‘melihat salju pertama turun bersama pasangan’? Aku tahu, kau bukan pria romantis yang sering membelikan barang-barang mewah ataupun barang yang aku inginkan walaupun kau termasuk seorang yang mampu. Aku mengerti, Kris...” yeoja itu mulai menegakkan kepalanya dan tersenyum tipis. Kris memutar tubuh Jessica agar berhadapan dengannya dan memegang bahu Jessica.
“Aku tahu, apa arti kalimat yang kau ucapkan tadi. Dari semua penjelasanmu, kau ingin aku untuk menjadi pria yang selalu memperhatikanmu bukan? Aku menyukai salju. Aku juga senang bisa melihat salju bersamamu. Kau tahu kan kalau aku pria yang dingin. Salju dan aku adalah dua hal yang sama, Sica” kata Kris. Jessica hanya mengangguk, “Bukankah aku juga sebuah es, Kris? Kau lupa?”
“Kita berdua sama, Jes”
Jessica lalu mengambil segenggam gumpalan salju yang berada didekatnya dan melemparnya ke Kris dan mengenai bahu namja itu. “Kau kena, Kris!”
“Awas kau, Sica!” lalu Kris juga mengambil gumpalan salju yang berada didekatnya dan melemparnya ke Jessica. Merekapun bermain perang-perangan salju. Seakan-akan tak ingat tempat, mereka terus melemparkan salju dengan gembira. Kini banyak pasang mata yang tertuju pada Kris dan Jessica. Mereka mungkin heran sekaligus ikut senang melihat kebahagiaan pasangan kekasih itu. Tak mau melewatkan waktu, Kris mengambil ponselnya dan mengarahkan kamera ponselnya kearah Jessica. Ia memotret beberapa ekspresi wajah Jessica yang bahagia dengan latar belakang gumpalan putih salju yang sangat indah di taman kota.

_FLASHBACK END_

‘Sekarang kau ada dimana, Jes?’ batin Kris. Ia mengusap pelan foto itu. “Aku masih sangat mengharapkanmu, Jessica... apa kau telah melupakanku?” ucapnya lirih. Ia mulai menundukkan kepalanya dan menopangnya dengan lengan kanannya. Ia lelah untuk melanjutkan semua pekerjaannya malam ini. Sekarang fikirannya hanya tertuju pada yeoja yang berada difoto itu. Perlahan, ia menutup kedua kelopak matanya menuju bunga mimpi dan berharap bertemu dengan gadisnya walau hanya dalam mimpi.

***

Perlahan, jemari indah milik Yoona menekan gagang pintu kamar Kris. Ia melakukannya sangat pelan agar tak mengganggu seseorang didalamnya. Pintupun terbuka dan menampilkan tubuh tinggi milik Kris yang sedang tertunduk dengan tangan kirinya memegang sebuah foto seorang yeoja dengan latar belakang tumpukan salju. Kris tertidur. Dengan langkah hati-hati, Yoona memperhatikan wajah polos Kris saat tertidur. Hatinya sedikit bergetar melihat foto yeoja yang dipegang Kris.
“Apa yeoja yang ada di foto ini adalah Jessica-mu, Kris?” bisik Yoona pelan. “ia cantik. Kau tidak salah pilih, Kris...” Yoona mulai menarik selimut dari ranjang Kris dan menyampirkannya pada punggung namja itu dengan sangat pelan agar tak membangunkan Kris.
“Jaljayo Kris... saranghae...” Yoona meninggalkan Kris yang masih tertidur tenang serta memadamkan lampu kamar Kris.

TBC

 Don't forget to leave a comment okay? See you^^
Yeoja ini adalah Ericca dalam FF ini. Nama sebenarnya itu Lauren (MBLAQ Hello Baby)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar