Title :
‘Back in Time’ Chapter 1
Sub-Title : ‘Lost in Love’
Author :
ChocoHeaven0510 (T : @nahyabintan_)
Main Cast :
Kris Wu (Wu Yi Fan/Kevin Wu)
Jessica Jung (Jung Soo Yeon)
Other Cast :
Ericca Jung (Jung Yi Han)[OC]
Kim Tae Yeon
Wu Yoona/Im Yoona
Xi Lu Han
Kwon Yuri/Park Yuri
Choi Soo Young
Rating : T (+15)
Genre : Hurt, Sad, Romance, (little) Angst
Desclaimer : It is mine.
Don’t copy-paste without my permission. Don’t claim that is yours!
Author's Note : It's my second fanfiction that I share in here. I'm also share it in 'EXO FANFICTION GRUP' on Facebook. Please, give your comment about this fanfiction.. okay^^ because I am a Krissica shipper :D
Summary :
That increasily strong, lock in the nostalgia
Couldn’t I step back in time
Back to the time when you give me a hug
Everything now doesn’t matter
Back Sound :
1) LYN – To turn back hands of time
2) SNSD Taeyeon & Tiffany – Lost in love
~STORY BEGIN’s~
California, USA
Malam ini, suasana begitu menusuk kulit ari manusia.
Dinginnya menembus tirai kamar yang lembut disertai alunan angin yang membuat
suasana menjadi sangat dingin. Dari luar, terdengar rintikan hujan yang membuat
suara khas menimpa jendela. Basah. Kesan pertama yang bisa dilihat. Suasana
luar tak sedikitpun bisa menggoyahkan tidur kedua insan manusia yang berada
dikamar itu. Sampai seseorang membuka matanya dan menyadari hal yang seharusnya
mereka tidak lakukan. Ia menyesali perbuatannya. Namun, waktu tak bisa diputar
kembali bukan? Ia mulai melangkah dengan tubuh yang dibungkus selimut menuju
kamar mandi.
Setelah beberapa menit, ia keluar dari kamar mandi
dengan pakaian lengkap sambil membawa selimut tebal yang ia sampirkan di lengan
kanannya. Ia melihat namja yang masih berada ditempat tidur lalu mulai berjalan
mendekati tempat tidur itu. Diletakkannya selimut itu hingga menutupi tubuh
namja itu dengan pelan agar tak membangunkan tidurnya.
“Aku harus pergi. Maafkan aku” ungkap yeoja itu lalu
meraih mantelnya yang berada diatas kursi dan memakainya. Sekali lagi ia
berbalik hanya untuk melihat namja itu mungkin untuk yang terakhir kalinya lalu
meninggalkan kamar dan keluar dari apartemen itu.
Keluarnya ia dari apartemen itu disambut rintikan
salju yang memang sedang musimnya. Jam telah menunjukkan pukul 02.30 waktu
setempat. Terlalu malam memang bagi seorang gadis untuk pulang. Tunggu! Seorang
gadis? Bukankah jiwa ke’gadis’annya sudah terenggut beberapa jam lalu? Oh...
tolonglah siapapun berikan sebutan untuk wanita ini. Setelah menemukan taxi,
yeoja itu langsung pergi meninggalkan daerah apartemen itu menuju tempat
tinggalnya sendiri yang memang jauh jaraknya dari daerah apartemen itu.
“Where do we go, miss?”
“Half Moon Street, please” jawab yeoja itu dengan
aksen Inggris-Amerika kentalnya.
Sepanjang perjalanan, ia hanya diam dan mengamati
jendela yang berembun. Ia menyukai suasana seperti ini. Sesampainya di
apartemennya, ia menyerahkan sejumlah uang dan keluar dari taxi yang
ditumpanginya. Sekarang ia berada di depan pintu apartemennya dan masuk setelah
ia menekan kode-kode apartemennya.
“Kau darimana saja, Jessie?” tanya seorang yeoja yang
ada dihadapannya setelah ia membuka pintu. Lampu memang sengaja tidak
dinyalakan oleh yeoja itu. Yeoja itupun menyalakan lampu dan terlihatlah
wajahnya yang sedang ingin menanyai yeoja yang baru pulang itu dengan 1001 kata
tanya.
“Taeyeonie....” isak yeoja itu memanggil nama yeoja
yang ada dihadapannya. Tangisnya sudah tidak dapat dibendung lagi. kini, ia
bagaikan yeoja lemah dan rapuh yang kehilangan keangkuhannya. Gadis yang
bernama Taeyeon itu merengkuh dan memeluk tubuh sahabatnya serta memberinya
ketenangan disela-sela tangisnya.
“Apa yang terjadi, Jessica? Kenapa kau menangis?”
“Aku kotor, Taeyeon-ah! Aku kotor!” ungkap yeoja
bernama Jessica sambil memukuli pahanya.
“Berhenti Sica! Jangan menyakiti dirimu sendiri! Ini
semua bukan hanya salahmu. Sekarang, ceritakan semuanya dengan jelas padaku!”
bentak Taeyeon agar Jessica menghentikan perlakuannya.
“Taeyeonie... aku... aku telah melakukannya” kata
Jessica masih dengan isak tangisnya. Taeyeon hanya bisa mendesah berat. Ia tahu
perkataan Jessica menjurus pada sesuatu hal. “Lalu, apa sekarang kau mau ikut
denganku ke Paris?”
“Tapi-“
“Kau harus menghindarinya untuk beberapa waktu sampai
semuanya tenang, Jess” ungkap Taeyeon memotong perkataan Jessica. “Kau tidak
perlu khawatir, orang tuaku ada di Paris. Mereka pasti mau menerimamu”
“Tapi, aku sudah sangat sering merepotkanmu,
Taeyeon-ah!” balas Jessica.
“Aku tidak merasa direpotkan olehmu. Aku senang bisa
membantumu” kata Taeyeon sambil menunjukkan senyum manisnya.
“Baiklah... aku akan ikut denganmu ke Paris. Gomawo,
Taeyeon-ah... kau sudah mau menjadi sahabatku”
“Sekarang, bersiap-siaplah! Aku memesan dua tiket
keberangkatan paling awal ke Paris”
***
Sinar matahari yang hangat telah masuk di sela-sela
tirai gorden yang berwarna coklat cream lembut. Jam telah menunjukkan pukul
06.30. namja itu masih belum bangun dan tak menyadari bahwa tidak ada lagi
gadis yang tidur disampingnya. Ia mulai meraba-raba dan tak merasakan adanya
keberadaan gadisnya. Ia mulai membuka matanya dan mencari keberadaan gadis itu
di sekelilingnya. Namun hasilnya nihil.
“Sica... Where are you?”
Hening. Tak ada jawaban.
Ia mulai bangkit dan berusaha mencari gadis yang
bernama Jessica di sekitar apartemennya. Tapi tetap saja hasilnya nihil.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan menampilkan ID ‘Mom Calling’.
“Hallo, Mom... What’s happening?”
“Kevin! Come here right now. There’s a good
information for you. Come and listen”
“Okay mom... I will come at 7.30 a.m. See you soon”
“Yes.... you too, Dear”
Namja yang bernama ‘Kevin’ itu lalu mengambil handuk
dan masuk ke kamar mandi untuk sekedar membersihkan dirinya. Setelah beberapa
menit ia keluar dengan tubuh yang lebih segar tentunya. Namja itu masih mencari
keberadaan yeoja yang bernama Jessica. Ia mengecek ponselnya. Tak ada satupun
pesan yang ia dapat dari Jessica. Ia baru menyadari suatu hal. Hal yang tak
seharusnya dilakukannya. Ia menyesalinya. Yeoja itu pasti sudah pergi ke
apartemen sahabatnya. Atau mungkin, dari hidupnya?... oh... andwae! Ia langsung
menyambar kunci mobilnya dan keluar menuju apartemen sahabat kekasihnya yang ia
kenal dengan nama Taeyeon.
***
Sesampainya disana, ia berlari menuju ke nomor
apartemen yang berada dilantai 5 gedung apartemen itu. Ia tak menemukan
siapapun berada di apartemen itu.
“Excuse me... where do this apartment’s own go?”
tanyanya pada seorang wanita setengah baya yang kebetulan lewat didepannya.
“Oh... they went to the airport a few minutes ago”
“What? Airport? Do you know their destination?”
“Oh... I’m sorry, I don’t know. I must go now”
“Thank you for your information” namja yang bernama
Kevin itu mulai mengambil ponsel dari sakunya dan menghubungi Jessica. Namun
yeoja itu tetap tidak bisa dihubungi. Ia malah mendapat panggilan masuk dari
ibunya.
“Yes, Mom?”
“What time is it? Do you know, Kevin? You’re late!”
“I’m sorry, Mom. There are somethings I should do
first”
“What? About that girl again, right? Kevin, please
stop thinking about that girl!”
“Mom! Let me think of the girl I love!”
“Whatever! Now, come here or you can see that I kill
myself!”
“Okay... I understand!”
Kevin langsung pergi meninggalkan apartemen itu. Ingin
sekali kalau ia bisa menyusul Jessica ke ke airport dan mencegah kepergiannya.
Namun, ibunya terus saja mendesak agar ia pergi kerumah orang tuanya. Pasti
akan membicarakan bisnis, saham atau keinginan pribadi ibunya. Ia sudah tahu
pasti akan seperti itu. Ia mulai menyalakan mesin mobilnya dan melenggang di
jalanan California menuju rumah kedua orang tuanya.
***
[At Wu’s House]
Sesampainya di rumah kedua orang tuanya, ia segera
masuk. Para pelayan dirumah itu sejenak meninggalkan pekerjaan mereka ketika
melihat tuan muda mereka masuk kerumah dan memberi hormat. Ia berjalan menuju
ruang pribadi ibunya tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun. Sikapnya memang
dingin dan tak pernah peduli dengan sekitarnya. Diruangan ibunya, sudah
berkumpul kedua orang tuanya serta seorang gadis yang tak begitu diketahuinya.
Ia disambut oleh sapaan lembut ibunya yang sangat berbeda saat di telepon
beberapa jam yang lalu.
“Kevin, akhirnya kau datang!” sahut ibunya dengan
wajah berseri-seri. Persis seperti baru saja ia mendapat sebuah hadiah besar.
“Ada apa, Mom? Cepat katakan. Aku tak punya banyak
waktu”
“Baiklah kalau begitu. Duduklah terlebih dahulu” Kevin
duduk disebelah yeoja yang tak ia kenal. Tuan dan Nyonya Wu terlihat tersenyum
dan Kevin terlihat heran dengan arti tatapan kedua orang tuanya.
“Kalian terlihat cocok” sahut Tuan Wu, ayah Kevin.
Kevin hanya bisa terpaku mendengar perkataan ayahnya.
“Apa yang kalian maksud?”
“Wu Yi Fan, perkenalkan. Wanita yang berada di
sampingmu adalah calon istrimu, Im Yoona” kata Nyonya Wu sambil tersenyum.
Kevin terkejut dengan perkataan ibunya. Calon istri?
“Mama! Apa kau bermaksud menjodohkanku dengan gadis
yang tak kukenal ini?” ungkapnya penuh emosi.
“Kris! Jangan membentak ibumu! Ini memang sudah
rencana kami!” balas Tuan Wu tak kalah sengit. Kevin yang dibentak hanya diam
dan membalas dengan dingin. Ia sudah kebal dengan bentakan sang ayah.
“Jadi, karena hal ini Mom menentang hubunganku dengan
Jessica? Ah... sungguh mengagumkan!” sahut Kevin dingin.
“KRIS!” bentak kedua orang tuanya. Yoona yang ada
disekitar merekapun hanya diam dan tak berani berbicara apapun mendengar
pertengkaran antara orang tua dan anaknya.
“Sudahlah, percuma Mom dan Dad membujukku untuk
menikah dengan Nona Im. Aku tak akan setuju dengan rencana itu!” ungkap Kevin
dan ia langsung beranjak untuk meninggalkan ruangan itu.
“Kevin Wu! Kau lebih memilih gadis yang bernama
Jessica itu dan melihat ibumu mati atau kau menikah dengan Nona Im Yoona dan
masih bisa melihat ibumu hidup?” sergah Nyonya Wu. Kevin diam dan tak bergerak
sambil memikirkan matang-matang perkataan ibunya. Ia tahu, ibunya selalu
bersungguh-sungguh dengan segala ucapannya.
“Baiklah... kalau kau diam berarti kau memilih ibumu
ini. Kau harus menikah dengan Nona Im dan pindah ke korea untuk mengurus anak
cabang perusahaan disana” tambah Nyonya Wu.
“Apa? Kenapa aku harus selalu menuruti perintah Mom
dan Dad? Aku punya hidup sendiri!”
“Ini semua demi kebaikanmu dan hidupmu, Kevin!” kata
Tuan Wu marah.
“Kebaikanku? Hidupku? Hidupku selalu diatur kalian!
Pindah ke Amerika, kuliah jurusan bisnis dan sekarang kalian menyuruhku untuk
menikah dengan Nona Im yang tidak aku kenal sama sekali dan harus pindah ke
korea untuk mengurus segala yang kalian bangun disana! Apa kalian pernah
memikirkan perasaanku sedikit saja?” ungkap Kevin untuk terakhir kalinya
sebelum ia meninggalkan ruangan itu.
“KEVIN!”
“Maaf Nyonya Wu, bolehkah saya menyusul Kevin?” tanya
Yoona sopan.
“Baiklah, tolong bujuk dia. Dia anak yang lembut namun
keras kepala” jawab Nyonya Wu. Yoona-pun membungkuk hormat dan langsung keluar
menyusul Kris.
“Kevin, tunggu sebentar!”
Kris-pun berhenti lalu menengok ke belakang. Ia lalu
mengembalikan posisi badannya seperti semula. “Ada apa, Im Yoona?”
“Kita perlu bicara, Kevin. Bisakah kau ikut aku
sebentar?”
“Tak ada yang perlu kita bicarakan, Nona Im. Aku tak
mengenalmu dan aku tak peduli akan yang akan terjadi nantinya” balas Kris
dingin.
“Aku tahu itu Kris... aku tak akan mengusikmu. Apalagi
mengusik hubunganmu dengan wanita yang bernama Jessica itu. Kita hanya akan
berbagi pendapat dan perasaan. Sebenarnya aku sama sepertimu, menolak
perjodohan ini” sahut Yoona. Kris hanya diam dan tak menjawab.
“Kalau begitu, ikut aku.”
***
“Kenapa kau menerima perjodohan ini?” ucap Kris
memulai
“Aku hanya mengikuti kehendak appa-ku saja.” jawab
Yoona. Kris diam, ia tak mengerti apa yang dibicarakan Yoona. “Appa?”
“Dalam bahasa Inggris biasa disebut ‘Daddy’.”
Mendengar jawaban dari Yoona, Kris hanya ber-oh ria. “aku ingin memberikan hal
yang appa-ku inginkan sebagai anak yang berbakti. Aku tahu, aku bukan seorang
anak yang sempuna bagi appa. Tapi, bisa membuat appa bahagia sudah bisa jadi
termasuk hal yang sempurna untuk appa-ku, bukan?”
Kris mengangguk, “Kau benar Yoona. Kau wanita yang
baik.”
“Untuk itu aku mohon padamu, tolong terimalah
perjodohan ini. Aku tak memintamu untuk mencintaiku atau menganggapku ada atau
bahkan menganggapku sebagai wanita, hanya untuk sekali saja agar aku bisa
membahagiakan appa-ku” ungkap Yoona memohon. Kris diam. Ia lalu tersenyum,
“Baiklah Yoona, aku terima”
“Terima kasih, Kris” gumam Yoona sambil tersenyum manis
pada Kris.
***
‘Time just passing quickly....
But, I can’t
forget my past memory completely
There are all about loves, There are all about dreams
That can makes me remember the beautiful past memory’
[4 Years Later]
Seoul, South Korea
Kini setelah 4 tahun, Kris berada di korea bersama Yoona
yang kini statusnya sebagai ‘Nyonya Muda Wu’. Tak ada lagi paksaan dari ayah
dan ibunya. Walaupun terkadang ayah dan ibunya selalu menyinggung masalah anak,
namun itu tak menjadi perintah wajib untuk Kris. Kini, ia dan Yoona hanya bisa
memfokuskan hidup mereka hanya untuk mengurusi perusahaan gabungan antara ayah
Kris dengan appa Yoona yang berada di Korea, ‘Diamond Fashion’. Kris dan Yoona-pun sangat akrab sehingga banyak
pekerja di perusahaan yang menganggap mereka saling mencintai. Padahal,
sebenarnya hanya dapat diartikan sebagai seorang sahabat. Setiap jam makan
siang, Yoona selalu datang menemui Kris hanya sekedar menemaninya makan siang,
membicarakan bisnis dan selera fashion
mereka yang hampir sama. Tak ada kesan-kesan romantis dalam pertemuan-pertemuan
itu. Hal-hal itu hanya sekedar bahan kecohan untuk semua orang dikantor.
Sekarang ini, Kris sedang berada diruangannya.
Mengurus berkas-berkas penting, berkutat dengan layar laptop yang menampilkan
grafik-grafik pemasaran dan proposal-proposal untuk rapat dengan client.
“Presdir, Designer
Kwon ingin menemui anda” ucap sekretaris Kris, Choi Sooyoung.
“Masuk” ucap Kris tanpa mengalihkan pandangannya dari
berkas-berkas yang menumpuk dimejanya. Designer
utama perusahaannya yang bernama Kwon Yuri-pun masuk dan memberi hormat
padanya. “Ada apa?”
“Jwesonghamnida presdir, saya mengganggu waktu anda.
Saya kesini karena saya ingin mengajukan permintaan saya” ungkap Yuri dengan
kesopanannya.
“Apa permintaanmu?” balas singkat Kris. Ia kini
mengalihkan perhatiannya dari berkas-berkasnya dan menatap Yuri serius.
“Suami saya dipindahtugaskan oleh atasannya ke Paris,
Perancis. Sebagai istri, saya harus mengikuti kemanapun suami saya pergi. Untuk
itu, saya ingin presdir memindahkan saya ke anak cabang perusahaan di Perancis”
jelas Yuri. Kris terlihat berpikir dengan semua perkataan Yuri.
“Tapi, aku tak bisa menjamin kalau kau bisa mendapat
posisi yang bagus disana seperti saat kau disini. Lagipula, kau harus
mendapatkan seorang teman untuk bisa bertukar tempat denganmu”
“Untuk posisi, saya tidak begitu memikirkan posisi
yang tinggi seperti saat saya berada disini. Saya yakin akan kemampuan saya.
Dan masalah teman, saya sudah menemukan seorang teman yang akan bertukar tempat
dengan saya” ungkap Yuri lebih dalam.
“Bagaimana bisa kamu mengenal designer dari Perancis?”
“Saat mewakili perusahaan di salah satu acara fashion show di Inggris, kami berdua
berkenalan. Dia bukan orang Perancis tapi orang korea yang punya darah campuran
amerika. Presdir tidak perlu khawatir, dia seorang yang handal dan punya selera
fashion yang bagus. Presdir pasti
akan puas dengan hasil kerjanya” ucap Yuri meyakinkan. Kris-pun mengangguk dan
tersenyum, “Baiklah jika itu sudah keputusanmu. Aku akan menyiapkan
berkas-berkas kepindahanmu. Kuharap, orang itu tidak mengecewakanku. Jika dia
mengecewakanku, aku akan menarikmu kembali ke korea! Tapi sebelum kau pergi,
temui Yoona. Dia pasti akan sangat kehilanganmu. Kalian teman baik, bukan?”
“Ne, Presdir. Kamsahamnida. Kalau begitu saya permisi
dulu” pamit Yuri masih dengan sikap sopan. Kris hanya mengangguk sekali dan melihat
kembali berkas-berkasnya.
***
Di bagian lain dari alam semesta, suasana keindahan
musim dingin masih menyelimuti kota mode fashion
dunia, Paris. Sebuah kebahagian masih terdapat dalam suasana makan pagi yang
hangat walaupun musim dingin masih menyelimuti seluruh kota. Seorang anak
perempuan kecil membuat suasana lebih meriah dan lebih hangat tentunya dengan
tingkah polahnya serta ucapan khas anak berusia tiga tahun. Orang-orang dewasa
yang berada disekitarnya hanya tertawa melihatnya.
“Ericca, berhentilah bicara dan makan sarapanmu! Nanti
setelah kau selesai sarapan kau bisa melanjutkannya” hardik ibunya dengan halus
agar tak berkesan memarahinya. Namun, yeoja kecil yang bernama Ericca itu tak
mempedulikan dan terus bercerita.
“Ericca sayang, makan dulu sarapanmu sampai habis.
Setelah itu kau boleh bercerita banyak dengan halmeoni” kata wanita setengah
baya yang berada didepan Ericca dengan halus. Ajaib! Ericca langsung diam dan
meneruskan melahap sarapannya tanpa berbicara lagi. Ibunya yang berada
disampingnya hanya mengendus kesal sambil mengerucutkan bibirnya.
“Haha... Jes, Ibuku mengalahkan kau dalam hal membujuk
anakmu. Aku heran, sebenarnya ibunya Ericca itu kau atau ibuku?” ejek Taeyeon.
“Aish... diam kau nona Kim!” balas Jessica sengit.
“Hei sudah-sudah! Kau Taeyeon, selalu saja menggoda
Jessica. Kau pikir, menjadi orang tua tunggal itu gampang?” kata appa Taeyeon
menengahi pertengkaran kecil Taeyeon dengan Jessica.
“Ne appa, arraseo. Sica, mianhae” sahut Taeyeon. “Ne,
nado mianhanda”
“Oh ya Jessica, kau katanya akan pindah ke Korea. Apa
itu benar?” ungkap eomma Taeyeon pada Jessica. Jessica hanya membalas anggukan
kecil serta senyuman.
“Jinjayo? Kau akan pindah ke Korea, Jess? Kenapa kau
tidak memberitahukan hal ini padaku?” sahut Taeyeon tiba-tiba terlihat
antusias. “Lalu kau akan membawa Ericca bersamamu?”
“Geureom... aku eomma-nya. Mana mungkin aku
meninggalkannya sendiri di kota sebesar Paris ini?”
“Kenapa kau pindah? Bukankah kau bilang kau sudah
nyaman berada di Paris? Lalu, bagaimana dengan pekerjaanmu di perusahaan?”
tanya Taeyeon bertubi-tubi.
“Aku kesana karena pekerjaan, Taeyeon-ah. Salah satu
temanku yang berada di Korea memintaku untuk bertukar tempat dengannya karena ia
harus mengikuti suaminya pindah ke Paris” jelas Jessica.
“Kau mau bertukar dengannya? Ayolah Jess.... kita
sudah sangat nyaman berada disini” rajuk Taeyeon. Jessica hanya tersenyum
melihat Taeyeon yang berperilaku seperti anak kecil ditempat ini. Biasanya,
saat mereka sedang tidak bersama kedua orang tua Taeyeon, ia bersikap seperti
yeoja dewasa dan bertanggung jawab.
“Jika kamu masih ingin disini, kau boleh tinggal
disini. Tapi aku akan tetap pergi bersama Ericca” jelas Jessica. Taeyeon
mengendus. Jessica memang yeoja yang keras kepala. Taeyeon kini mulai beralih
pada Ericca yang sedang melahap makanannya.
“Ricca-ya... kau lebih suka ikut Mommy pindah ketempat
lain atau kau ingin Mommy-mu di sini, di Paris?”
“Hmmn.. sebenalnya (sebenarnya) Licca (Ricca) ingin
disini, tapi jika Mommy ingin pindah, Licca (Ricca) akan mengikuti Mommy saja”
jawab Ericca dengan gaya cadel ala balita-nya lalu meneruskan memakan
sarapannya. Jessica hanya tertawa mendengar jawaban Ericca.
“Hahaha... walaupun aku kalah dari ibumu, tapi kau
tidak bisa mengalahkanku, Taeyeon-ie. Skor satu sama” kata Jessica sambil
membentuk angka 1 pada jari telunjuk tangan kanannya. Taeyeon menyahut kesal, “Diam
kau nona Jung!”
“Hei kalian! Sudah-sudah! Perilaku kalian ini akan
mengotori pikiran Ericca. Lagipula kalian sudah dewasa. Kenapa kalian selalu
bertingkah seperti anak-anak terus?” nasehat eomma Taeyeon. Jessica dan Taeyeon
diam setelah diberi nasehat oleh eomma Taeyeon. “Sica, apa nanti kau berangkat
ke kantor?”
“Ah, animida. Aku sudah mengirim proposal permintaan
pemindahanku. Hanya menunggu panggilan dari kepegawaian untuk menghubungiku”
“Baguslah kalau begitu. Berarti kau bisa menemani
Ericca nanti. Aku dan appa Taeyeon ada urusan. Jadi, mungkin kau akan sendirian
di rumah ini” sahut eomma Taeyeon yang sudah menganggap Jessica sebagai
putrinya sendiri, sama seperti Taeyeon.
“Ne, ahjumma”
***
Kris mulai membereskan berkas-berkas yang ada
dimejanya. Beberapa berkas itu ia masukkan ke dalam tas untuk dikerjakannya di
rumah. Jam memang sudah menunjukkan pukul 8 malam sehingga para karyawan bisa
pulang dan melepas kepenatan mereka dikantor dengan bersenda gurau dengan
anggota keluarga mereka masing-masing saat mereka sudah tiba dirumah. Berbeda
dengan Kris. jika ia berada dirumah, ia akan makan malam bersama Yoona lalu
setelah itu ia langsung pergi ke kamar dan mengerjakan berkas-berkas yang ia
bawa dari kantor untuk dikerjakannya sampai larut malam. Biasanya, Yoona akan
menegurnya ketika jam telah menunjukan pukul 12 dan menyuruh Kris tidur. Hal
ini sudah biasa dilakukan selama 4 tahun pernikahan mereka.
Kris dan Yoona memiliki kamar sendiri-sendiri dengan
alasan menjaga privasi masing-masing. Kadang jika orang tua mereka berkunjung,
Kris dan Yoona akan satu kamar. Tentu saja hanya untuk sementara. Setelah kedua
orang tuannya pergi, mereka akan berpisah kamar lagi. 4 tahun hidup bersama
membuat Kris dan Yoona menjadi dekat. Karakter Kris yang sangat menghargai
wanita sekaligus menjaga jarak dengan wanita membuat Yoona lega. Setidaknya, ia
tidak tersakiti.
“Yoona, apa Yuri sudah memberitahu kepindahannya
padamu?” tanya Kris ketika ia dan Yoona sedang makan malam di ruang makan.
“Mwo? Yuri? Kepindahan? Apa maksudmu Kris?” tanya
balik Yoona yang mengisyaratkan ketidaktahuannya.
“Jadi Yuri belum memberitahumu? Tadi siang setelah jam
makan siang, Yuri menemuiku. Ia mengajukan permintaan untuk pindah tugas ke
cabang perusahaan di Paris karena suaminya dipindahtugaskan atasannya ke Paris.
Otomatis ia harus mengikutinya bukan?” ungkap Kris. Yoona hanya mengangguk
sambil terlihat kesal pada Yuri.
“Kau kesal pada Yuri?” terang Kris. “Jangan
menyalahkannya. Setidaknya kau mengetahuinya dariku, bukan?”
“Ye... gomawo, Kris. Lalu siapa yang akan menggantikan
posisi Yuri di perusahaan?” tanya Yoona penasaran. Bukankah ia juga punya
bagian di perusahaan? Kris terlihat berpikir, “I don’t know. Yuri tak
menyebutkan siapa nama orang yang akan menggantikannya. Ia hanya bilang bahwa
orang itu pasti tidak akan mengecewakanku”
“Jinjayo? Mungkin benar. Yuri punya selera tinggi
dalam fashion, jadi pasti dia juga
tahu orang-orang yang punya selera tinggi dengan fashion dan design.
Apalagi, ia bertukar dengan orang yang berasal dari Paris, Perancis, kota mode
dunia. Pasti orang itu punya selera fashion
dan design sangat tinggi” ungkap
Yoona sambil berpikir.
“Baiklah aku sudah selesai. Aku pergi ke kamar dulu”
ucap Kris untuk Yoona.
“Ingat Kris, jangan melebihi jam 12 malam!”
***
Kris melangkahkan kakinya ke meja kerja yang berada
didalam kamarnya. Ruangan kamarnya memang luas dengan penerangan hanya pada
meja kerjanya saja. Dikursinya sudah tersampir tas kantornya. Ia lalu membuka
tas itu dan mengeluarkan beberapa dokumen yang akan ia selesaikan. Dibukanya
salah satu dokumen itu dan ditelusurinya dengan teliti kumpulan angka dan
grafik-grafik yang mungkin memang bisa membuat manusia pusing bukan kepalang.
Dia berpikir dan menggigit ujung penanya. Setelah dirasa menemukan angka yang
tepat, ia mengisi dokumen itu. Ia sekilas terlihat seperti seorang anak yang
sedang mengerjakan soal ujian. Keningnya berkerut, hari ini dia begitu lelah
dengan semua kegiatannya. Tapi ia sudah bertekad untuk menyelesaikan dokumen
itu hari ini juga. Untuk menghilangkan kepenatannya, jemarinya mulai menyentuh
laci teratas meja kerjanya dan membukanya perlahan. Ia mengambil sebuah foto
usang yang sering ia lihat. Seorang yeoja yang sedang bermain-main dengan salju
amerika yang dingin. Yeoja itu memperlihatkan senyum yang bisa membuat hati
dingin seorang Kris Wu meleleh. Kedua sudut bibirnyapun tertarik membentuk
sebuah senyuman.
_FLASHBACK_
“Kris! Salju
pertama turun!” teriak seorang yeoja yang berada didekat Kris sambil
mengadahkan tangannya untuk mengambil salju yang turun. “Waah... indahnya...”
“Kau ini tak
pernah berubah sejak satu tahun lalu, Jes” omel Kris pada yeojachingu-nya,
Jessica. “Kekanak-kanakan!”
Jessica yang
mendengarnya hanya bergumam dan mengerucutkan bibirnya kesal. “Lalu kenapa kau
menyukaiku dan menjadikanku pacarmu?”
Kris hanya
tersenyum sambil mengusap pelan puncak kepala Jessica. “Karena kau kekanakan,
makanya aku menjadikan kau pacarku. Aku kasihan jika kau akan menjadi perawan
tua karena sifat kekanak-kanakanmu sangat mengganggu para laki-laki. Mungkin
hanya aku saja yang bisa bertahan”
Jessica hanya
mendesah berat mendengar ucapan Kris yang terkesan candaan yang sama sekali
tidak lucu baginya. “Apa salah jika aku menyukai salju? Apalagi ini salju
pertama musim ini. Kebanyakan wanita sangat ingin melihat turunnya salju
pertama bersama pasangan mereka. Apa itu juga sikap kekanakan? Ah sudahlah,
percuma saja aku berbicara panjang lebar denganmu. Toh, kau pasti tidak akan
mengerti.” Jessica mengeratkan pakaian musim dinginnya dan berjalan pergi
meninggalkan Kris. Namja itu mulai mengejar langkah Jessica dengan langkah-langkah
panjangnya.
Jessica menghentikan langkahnya. Wajahnya
masih menunduk. Sementara Kris, ia berdiri dibelakang tubuh Jessica yang masih
menunduk. Ia lalu mendekap tubuh kecil Jessica dengan lengan kekarnya dan
menyandarkan kepalanya di bahu hangat milik yeoja itu. “Kau marah?”
“Tidak. Aku
hanya bosan dan malas melihat salju ini saja. Kenapa salju pertama harus turun
hari ini? Kenapa tidak besok saja? Atau saat aku bersama Taeyeon?” balas
Jessica. “Jadi, kau tak suka melihat salju pertama denganku?”
“Untuk apa
aku melihat salju pertama bersamamu jika kamu tidak mengerti arti ‘melihat
salju pertama turun bersama pasangan’? Aku tahu, kau bukan pria romantis yang
sering membelikan barang-barang mewah ataupun barang yang aku inginkan walaupun
kau termasuk seorang yang mampu. Aku mengerti, Kris...” yeoja itu mulai
menegakkan kepalanya dan tersenyum tipis. Kris memutar tubuh Jessica agar
berhadapan dengannya dan memegang bahu Jessica.
“Aku tahu,
apa arti kalimat yang kau ucapkan tadi. Dari semua penjelasanmu, kau ingin aku
untuk menjadi pria yang selalu memperhatikanmu bukan? Aku menyukai salju. Aku
juga senang bisa melihat salju bersamamu. Kau tahu kan kalau aku pria yang
dingin. Salju dan aku adalah dua hal yang sama, Sica” kata Kris. Jessica hanya
mengangguk, “Bukankah aku juga sebuah es, Kris? Kau lupa?”
“Kita berdua
sama, Jes”
Jessica lalu
mengambil segenggam gumpalan salju yang berada didekatnya dan melemparnya ke
Kris dan mengenai bahu namja itu. “Kau kena, Kris!”
“Awas kau,
Sica!” lalu Kris juga mengambil gumpalan salju yang berada didekatnya dan
melemparnya ke Jessica. Merekapun bermain perang-perangan salju. Seakan-akan
tak ingat tempat, mereka terus melemparkan salju dengan gembira. Kini banyak
pasang mata yang tertuju pada Kris dan Jessica. Mereka mungkin heran sekaligus ikut
senang melihat kebahagiaan pasangan kekasih itu. Tak mau melewatkan waktu, Kris
mengambil ponselnya dan mengarahkan kamera ponselnya kearah Jessica. Ia
memotret beberapa ekspresi wajah Jessica yang bahagia dengan latar belakang
gumpalan putih salju yang sangat indah di taman kota.
_FLASHBACK END_
‘Sekarang kau ada dimana, Jes?’ batin Kris. Ia
mengusap pelan foto itu. “Aku masih sangat mengharapkanmu, Jessica... apa kau
telah melupakanku?” ucapnya lirih. Ia mulai menundukkan kepalanya dan menopangnya
dengan lengan kanannya. Ia lelah untuk melanjutkan semua pekerjaannya malam
ini. Sekarang fikirannya hanya tertuju pada yeoja yang berada difoto itu.
Perlahan, ia menutup kedua kelopak matanya menuju bunga mimpi dan berharap
bertemu dengan gadisnya walau hanya dalam mimpi.
***
Perlahan, jemari indah milik Yoona menekan gagang
pintu kamar Kris. Ia melakukannya sangat pelan agar tak mengganggu seseorang
didalamnya. Pintupun terbuka dan menampilkan tubuh tinggi milik Kris yang
sedang tertunduk dengan tangan kirinya memegang sebuah foto seorang yeoja
dengan latar belakang tumpukan salju. Kris tertidur. Dengan langkah hati-hati,
Yoona memperhatikan wajah polos Kris saat tertidur. Hatinya sedikit bergetar
melihat foto yeoja yang dipegang Kris.
“Apa yeoja yang ada di foto ini adalah Jessica-mu,
Kris?” bisik Yoona pelan. “ia cantik. Kau tidak salah pilih, Kris...” Yoona
mulai menarik selimut dari ranjang Kris dan menyampirkannya pada punggung namja
itu dengan sangat pelan agar tak membangunkan Kris.
“Jaljayo Kris... saranghae...” Yoona meninggalkan Kris
yang masih tertidur tenang serta memadamkan lampu kamar Kris.
TBC
Don't forget to leave a comment okay? See you^^
Yeoja ini adalah Ericca dalam FF ini. Nama sebenarnya itu Lauren (MBLAQ Hello Baby)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar