G R E E T I N G © 2014

안녕하세요~~

Blog ini khusus menyediakan berbagai Fan Fiction dengan EXO sebagai Main Cast-nya.
Please, Be Enjoy, Be Honest, Be Creatives and Be Yourself in Here :D

Royal Ices' and Acardians' House (Kris-Jessica & Kai-Krystal)

-JUNG SISTERS FEAT. THE ALIEN BROTHERS-

Part of This Blog :


~HAVE A CHEERFULL MARCH WITH LAY AND IU~

감사합니다 J J

Sabtu, 25 Januari 2014

[SERIES] Back in Time Chapter 3 (We were in Love)


Title                                : ‘Back in Time’ Chapter 3

Sub-Title                        : ‘We were in love’

Author                           : ChocoHeaven0510 (T : @nahyabintan_)

Main Cast       :
Kris Wu (Wu Yi Fan/Kevin Wu)
Jessica Jung (Jung Soo Yeon)

Other Cast     :
Ericca Jung (Jung Yi Han)[OC]
Kim Tae Yeon
Wu Yoona/Im Yoona
Xi Lu Han
Kwon Yuri/Park Yuri
Choi Soo Young

Rating                             : T (15+)

Genre                             : Hurt, Sad, Romance, (little) Angst

Desclaimer : It is mine. Don’t copy-paste without my permission. Don’t claim that is yours! The casts except OC are belong to SM ENTERTAINMENT

Author's Note : Annyeonghaseo.... aku kembali membawa FF absurd (?) andalanku ini. Mian, kalo baru di-post setelah kalian menunggu lama soalnya saya juga harus bagi waktu buat ngerjain tugas sekolah dan FF lain yang belum END. Mian, buat curhatannya ne? langsung aja!

Summary :
Why is it?
Just my love that is slow
It’s just my love that is hard... Even if I’m by your side
You are the whole world, I look at only you
I stare into distance in front of you
Back Sound :
1)       LYN – To turn back hands of time
2)       T-Ara ft. Davichi – We were in love

~STORY BEGIN’s~
Moonlight Cafe, Myeongdong, Seoul, South Korea

Audi Locus hitam itu berhenti disebuah cafe bertuliskan ‘Moonlight Cafe’. Dua orang yang berada dalam mobil mewah itu turun hampir bersamaan. Kawasan ini sedang turun salju dan dimana-mana terdapat gundukan-gundukan salju putih yang memenuhi sisi-sisi jalan. Kedua orang itu berjalan memasuki cafe itu.
“Chamkanman! Apapun yang terjadi kau tidak boleh melanggar kesepakatan kita yang lalu! Arraseo?” ujar seorang yeoja yang memakai mantel berwarna cream pada namja yang memakai jas hitam yang berada dihadapannya mengangguk. Mereka berdua lalu melenggang masuk serta mengedarkan penglihatan mereka mencari seseorang.
“Mereka disana. Ayo kita kesana” seru Jessica –yeoja bermantel cream- pada Kris –namja berjas hitam- lalu menghampiri sebuah meja makan disisi kanan yang bersebelahan dengan dinding kaca.
Seorang yeoja berjaket bulu berwarna ungu melihat Jessica dan Kris terkejut sementara anak perempuan kecil bermantel bulu putih yang berdiri di depan yeoja itu membelakangi Jessica dan Kris dan masih tidak mempedulikan sekelilingnya sambil memakan sebatang cokelat ditangannya.
“Jess... K-Kevin?” kata Taeyeon tercengang melihat Kris berada disamping Jessica. Anak perempuan kecil yang berada didepan Taeyeon membalikkan tubuhnya dan melihat Ibunya bersama seorang namja tinggi.
“Mommy! Who is he?” seru Ericca. Kris yang mendengar yeoja kecil itu memanggil Jessica dengan sebutan ‘Mommy’ kaget, namun ia tetap menunjukkan sikap tenangnya. Awalnya ia mengira yeoja kecil itu adalah anak Taeyeon.
“He is Mommy’s friend, dear” jawab Jessica pada Ericca. Jessica berlutut menyejajarkan tinggi tubuhnya dengan Ericca, “Are you hungry? Do you eat?”
“No... I’m not hungry and I’m only eating chocolate” sahut balas Ericca sambil menunjukkan cokelatnya yang masih tersisa setengah bagian. Jessica membersihkan sisa-sisa cokelat yang menodai kulit sekitar bibir Ericca, “Do you see that? Do you want to play in there?”
“Of course, Thank you Mom” ujar Ericca lalu pergi meninggalkan ketiga orang dewasa yang berada disekitarnya.
“Kenapa kau ada disini, Kris?” tanya heran Taeyeon. Kris hanya tersenyum, “Hi, Taeyeon.. long time no see”
Taeyeon menatap Jessica seakan akan meminta penjelasan kenapa ia bisa bertemu dengan Kris hari ini. “Ini semua diluar dugaanku, Taeyeon-ah” ungkap Jessica. Taeyeon hanya menghembuskan nafasnya berat sementara Kris tidak memahami jalan fikiran kedua yeoja yang berada di hadapannya.
“Apa sekarang aku boleh bertanya? Jes.. jelaskan semuanya padaku! Siapa anak itu sebenarnya dan kenapa kau meninggalkanku empat tahun yang lalu?” tanya Kris bertubi-tubi. Jessica terlihat bimbang dengan keputusannya. Ia sejenak melirik ke arah Taeyeon meminta pendapatnya. Taeyeon mengangguk disertai tatapan ‘saatnya kebenaran itu terbuka, Jes’.
Jessica menghela nafas panjang, “Anak perempuan yang kau lihat tadi adalah putriku, Ericca Jung.”
Kris membulatkan kedua matanya, “A-anak p-perempuanmu? J-jadi kau s-sudah menikah?”
Jessica menggelengkan kepalanya, “Aku belum pernah menikah dengan laki-laki manapun. Aku tinggal di Paris selama empat tahun ini bersama Taeyeon dan kedua orang tuanya. Disana aku mencoba untuk mencoba mengejar mimpiku yang lama terkubur yaitu menjadi seorang designer
Kris mengangguk mengerti. Tiba-tiba saja, sebuah pertanyaan muncul dalam bayangan kepalanya, “Jika kau belum pernah menikah dengan siapapun, lalu siapa ayah Ericca?”
Jessica terdiam kaku mendengar perkataan Kris. ‘Apa kau tidak ingat perlakuanmu padaku empat tahun lalu, Kris? Ericca... Ericca adalah putrimu, Kris.. putri biologismu..’ batin Jessica. Taeyeon yang juga mendengar pertanyaan itu menghembuskan nafasnya berat dan memalingkan wajahnya.
Kris sendiri bingung dengan kelakuan kedua yeoja yang berada disekitarnya. Ia menggaruk bagian belakang kepalanya canggung. ‘Apa ada yang salah dengan pertanyaanku?’ batinnya berseru tak tahu.
Jessica berkata lemas, “Bisakah kau tak menanyakan hal itu? Aku tak ingin mendengar apalagi menjawabnya”
Kris mengangguk dan diam. Ia kembali mendengarkan penjelasan Jessica dengan seksama. Jessica menerangkan kehidupannya bersama Ericca selama 4 tahun ia di Paris. Ia sedikit menghilangkan bagian ‘Ayah Biologis Ericca’. Ia masih merasa ingin merahasiakannya pada Kris. Toh semuanya akan kembali pada tempatnya suatu saat nanti.
Saat Jessica hampir selesai menjelaskan semuanya pada Kris, Ericca tiba-tiba saja berjalan gontai menuju kearah meja yang ditempati Kris, Jessica dan Taeyeon. Wajahnya muram dan kedua matanya telah dipenuhi dengan kristal bening yang siap membentuk lekukan sungai kecil yang melewati kedua pipi chubby-nya.
Jessica bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri Ericca yang sudah diam tertunduk. Ia berlutut, menyejajarkan tinggi tubuhnya dengan putrinya, “Wae geurae, Ricca-yah?”
Ericca tak bergeming. Ia terus menunduk dan sesekali terdengar isakannya. Ia lalu menunjuk tempat yang tadi ia datangi dengan jari telunjuknya. Jessica langsung mengikuti arah telunjuk putrinya yang mengarah pada kedua anak kecil yang nampak seumuran dengan Ericca, “Apa mereka mengejekmu? Atau merebut mainanmu?”
Ericca menggeleng. Ia lalu menatap manik ibunya, “Eomma... tadi aku melihat meleka (mereka) belmain (bermain) pelosotan (perosotan) melah (merah) itu. Salah satu dari meleka (mereka) teljatuh (terjatuh) dan ia ditolong oleh ahjussi bel-jas (ber-jas) yang tadi mempelhatikan (memperhatikan). Aku ili (iri) melihatnya, Eomma... ahjussi itu tellihat (terlihat) seperti Appa meleka (mereka)” sahut Ericca. Walaupun ekspresi wajahnya serius, tapi aksen cadelnya belum juga hilang.
Jessica mengelus pelan rambut putri kecilnya. Sebagai seorang ibu, ia tahu kalau Ericca mendambakan kehadiran seorang ayah yang bisa menemaninya juga melindunginya setiap saat. Ia mengerti apa yang Ericca rasakan. “Ricca-yah, Do you miss your real Daddy?”
Ericca mengangguk. Jessica lalu tersenyum tipis, “Coba katakan apa yang ingin kau katakan jika kau bertemu ayah kandungmu”
“Appa, nan jeongmal bogoshippeoyo. Kenapa appa balu (baru) muncul sekalang (sekarang)? Apa Appa malu mempunyai anak sepeltiku (sepertiku)? Dan apa Appa tahu? Aku menunggu Appa sangat lama... sangat sangat lama” ungkap lirih Ericca. Kini, Jessica langsung mendekap tubuh Ericca dalam pelukannya. Ericca menangis dalam dekapan ibunya. Sementara Taeyeon yang melihat adegan itu tak kuasa menahan harunya. Ia langsung memutar tubuhnya membelakangi Jessica dan Ericca.
Sementara itu, Kris menatap sendu kearah Jessica dan Ericca. Ia sekarang tahu karakter Ericca yang banyak diwariskan oleh Jessica. Ia tetap merasa penasaran akan kebenaran yang belum sepenuhnya terungkap. Sekarang yang bisa ia simpulkan adalah Jessica sekarang seharusnya adalah milik orang lain. Yakni milik ayah kandung Ericca dan bukan miliknya.
Jessica melepas dekapannya pada Ericca dan menatap putri kecilnya itu sambil menghapus pelan aliran yang membasahi pipi chubby Ericca. “Apa kau sudah lebih baik?” tanya Jessica lembut. Ericca hanya mengangguk menjawab pertanyaan yang dilontarkan Ibunya.
Taeyeon memutar tubuhnya sehingga ia bisa melihat Jessica dan Ericca yang sudah lebih tenang. Ia tersenyum paksa agar tidak membuat suasana semakin keruh.
“Jes, aku harus pergi. Ada hal yang harus aku urus” ujar Taeyeon. Jessica kini mengalihkan perhatiannya pada Taeyeon, “Lalu, kapan kau akan kembali? Kalau kau masih lama, bagaimana dengan Ericca?”
“Kau tak perlu khawatir, Jess. Karena hari ini adalah hari pertamamu masuk kantor, bukan berarti kau harus bekerja langsung bukan? Besok baru kau sudah bisa bekerja. Hari ini hanya hari perkenalan saja. besok kau harus benar-benar bekerja” sahut Kris menanggapi.
Jessica tersenyum, “Kamsahamnida sajangnim”
“Kau tak perlu memanggilku seformal itu. Kau hanya boleh memanggilku seperti itu jika di kantor. Diluar kantor atau pekerjaan, kau harus memanggil namaku, arrachi?” jelas Kris. Jessica mengangguk sebagai balasannya.
“Ahjussi namanya siapa? Apa ahjussi kenal dekat dengan Mommy?” tanya Ericca polos. Ia dari tadi hanya memperhatikan kedua orang dewasa yang berada dihadapannya.
“Nama ahjussi Kevin. Tapi, Ricca boleh memanggil ahjussi dengan nama Kris. Ahjussi adalah teman Mommy-mu saat masih di Amerika” ujar Kris. Ericca masih memandang bingung namja tinggi yang berada dihadapannya.
“Lalu, apa hubungannya nama Klis (Kris) dengan Kevin?” tanya polos Ericca. Kris dan Jessica hanya terkekeh pelan mendengar pertanyaan polos Ericca. Aksen cadel Ericca memang sangat lucu untuk didengar.
“Ricca-yah... say it in English like ‘Christ’, understand?” ujar Jessica mengoreksi ucapan Ericca. Maklum, nama Kris memang susah dieja untuk anak berusia 3,5 tahun.
“Kevin dan Kris adalah dua berbeda dalam satu tubuh. Jika kau memanggil ahjussi dengan sebutan Kevin, ahjussi berarti tidak mengenalmu. Namun jika kau memanggil ahjussi dengan sebutan Kris, ahjussi akan dengan cepat mengenalmu” jelas Kris. Ericca masih bingung dengan semua penjelasan Kris yang tidak masuk akal anak berusia 3,5 tahun.
“Tak usah kau pikirkan Ricca-yah... suatu saat nanti, kau akan mengerti” ucap Kris. Jessica yang menyadari kebingungan putrinyapun meminta putrinya untuk menghentikan semua pertanyaannya. “Ricca-yah, jangan kau pikirkan lagi ne? Bagaimana kalau kita berjalan-jalan?” tawar Jessica.
“Jinja eomma? Ne, aku mau!” jawab Ericca antusias.
“Apa boleh ahjussi menemani Ericca?” tanya Kris. Ericca langsung mengembangkan senyumnya dan melihat kearah Jessica. Kris juga melihat kearah Jessica. Jessica terlihat bingung melihat kedua orang itu melihatnya dengan tatapan aneh.
“Mwoya? Kenapa kalian menatapku seperti itu?” tanya Jessica. “Eomma, bolehkah ‘Christ’ ahjussi bergabung dengan kita?” tanya balik Ericca. Kris terus saja melayangkan tatapan yang tak bisa dimengerti Jessica.
“N-ne...”. setelah Ericca dan Kris mendengar jawaban Jessica, mereka ber-high five ria. Jessica masih melihat heran kedua manusia yang berada dihadapannya.
“Kajja! Kita pergi” sahut Kris seraya menggandeng tangan mungil Ericca. Namun, Jessica meraih lengan Kris yang lain dan sontak menghentikan langkah Kris dan Ericca. Kris menatap tangan Jessica yang tengah memegang lengannya. Jessica yang menyadarinya langsung melepasnya.
“Jwesonghamnida...”
Kris kini menatap lembut wajah Jessica yang menunduk. “Wae? Apa ada hal yang ingin kau sampaikan padaku?” tanya Kris. Jessica mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis pada Kris. “Aku hanya ingin berkeliling disekitar sini saja. Aku dan Ericca baru mengenal Korea” jelas Jessica.
“Oh keurae... aku akan mengajakmu berkeliling sekitar sini saja? Apa kau setuju, Ricca-yah?” tanya Kris pada Ericca yang hanya membalas dengan anggukan lucunya. Kris dan Ericca berjalan beriringan sementara Jessica lebih memilih berjalan dibelakang Kris dan Ericca. Sekilas, ia terlihat seperti seorang pengurus bayi yang menemani anak asuhnya dan ayah dari anak asuhnya berjalan-jalan. Ia membiarkan sejenak Ericca bersama ayahnya walaupun Ericca dan Kris sama-sama tidak tahu akan hubungan mereka yang akan selalu terikat selamanya. Kris dan Ericca nampak riang berjalan beriringan menyusuri sepanjang trotoar. Jessica tersenyum melihat kebersamaan mereka.
“Mommy! Come here, please!” seru Ericca. Gadis kecil itu lalu menghentikan langkahnya dan sontak saja Kris yang digandengnya juga ikut berhenti. Jessica yang merasa dipanggil oleh Ericca kemudian berjalan mendekati putrinya. “Waeyo? Apa ada yang bisa eomma lakukan untukmu?”
Ericca tidak menjawab. Ia lalu menggenggam lembut telapak tangan halus milik Jessica dengan jemari kecilnya. “Aku hanya ingin menggandeng lengan eomma dan ahjussi saja saat kita beljalan (berjalan) belsama (bersama). Bukankah kita sepelti (seperti) sebuah kelualga (keluarga)?” sahut gembira Ericca.
DEG.
Hati Jessica bergetar mendengar ucapan Ericca. Ia berusaha keras agar airmatanya tidak menetes. ‘Ricca-yah, dia Appa-mu. Appa yang selalu kau rindukan, Appa yang selalu kau harapkan kehadirannya’ batin Jessica. Jessica hanya tersenyum pada Ericca. Sementara Kris yang juga mendengar ucapan Ericca hanya diam dan mencerna semua ucapan Ericca.
“Kau boleh berfikir jika Kris ahjussi adalah Appa-mu selama hal itu membuatmu senang” sahut Jessica yang disambut ekspresi sangat bahagia dari Ericca. Sementara Kris hanya bersikap diam yang sebenarnya hanya untuk persembunyiannya dari sikap terkejut. Ia lalu menatap Jessica tak mengerti. Jessica membalas tatapan Kris dengan sebuah anggukan yang membuat Kris langsung mengalihkan perhatiannya pada Ericca.
“Ricca-yah, kau dengar sendiri dari Mommy-mu kalau kau boleh memanggil ahjussi dengan sebutan ‘Appa’. Kalau begitu, kenapa kau tidak memeluk Appa-mu?” ujar Kris sambil berlutut dan merentangkan kedua lengannya dan merengkuh Ericca dalam pelukannya. Kris menatap Jessica sedang tersenyum lebar ketika melihat dirinya memeluk Ericca. Ia tak mengerti arti tatapan Jessica yang terlihat sangat bahagia.
Kris melepas dekapannya pada tubuh mungil Ericca. Ia lalu mengusap lembut pipi chubby Ericca.
“Mommy! Bagaimana kabal (kabar) Daddy? Sudah lama Licca (Ricca) tidak beltemu (bertemu) dengan Daddy” sahut Ericca yang tiba-tiba menanyakan tentang seseorang yang ia sebut ‘Daddy’. Jessica yang mendengar ucapan Ericca langsung mengecek ponselnya beberapa saat dan lalu memasukkan benda itu kembali kedalam saku mantelnya.
“Daddy belum menghubungi Mommy sampai saat ini. Mungkin, Daddy-mu sedang sibuk jadi belum bisa memberi kita kabar tentang keadaannya” balas Jessica. Ericca hanya mengerucutkan bibirnya lucu ketika mendengar ucapan Jessica. Kris memandang bingung Ericca dan Jessica secara bergantian. ‘Daddy? Kenapa Ericca memanggil seseorang dengan sebutan ‘Daddy’? Apa orang yang disebut ‘Daddy’ itu ayah biologis Ericca?’. Pertanyaan-pertanyaan langsung saja terbesit dibenak Kris. Ia masih bingung dengan semua kebenaran yang tiba-tiba saja terkuak.
Jessica yang menyadari kebingungan yang melanda Kris-pun berucap, “Orang yang disebut ‘Daddy’ oleh Ericca itu adalah salah satu temanku. Kau tak perlu salah paham apalagi bingung. Ia mengenal Ericca sejak Ericca berumur dua tahun. Dia adalah namja luar yang pertama kali aku kenalkan pada Ericca sejak Ericca bisa berbicara. Untuk itulah Ericca menganggap temanku itu ‘Daddy’-nya dan selalu memanggilnya dengan sebutan ‘Daddy’” ungkap Jessica dengan jelas.
Mendengar hal itu, Kris kembali mengangguk. “Ricca-yah, kenapa kau tidak bilang pada Appa kalau kau sebelumnya sudah mempunyai seorang Daddy, hum? Apa kau begitu merindukan Daddy-mu”
“Ne, sejak Daddy pelgi (pergi) ke London, Licca (Ricca) jadi seling (sering) melindukan (merindukan) Daddy. Walaupun Daddy sekali-kali mengilim (mengirim) kabal (kabar), tapi itu tidak mengobati lasa (rasa) lindu (rindu) Licca (Ricca) pada Daddy” ujar lirih Ericca. Kris mengusap lagi pipi Ericca. “Lalu, apa sekarang Ricca bahagia karena memiliki dua ‘Daddy’?” tanya Kris.
Ericca hanya mengangguk-anggukan kepalanya lucu. Kris yang gemas dengan tingkah Ericca lalu mengusap pelan rambut Ericca. Ia lalu menggendong tubuh kecil Ericca dan mengggandeng lengan Jessica yang terulur. Jessica terkejut dengan perlakuan Kris yang tiba-tiba.
“Bolehkah aku memegang tanganmu?” tanya Kris. Jessica membeku dan hanya dapat menjawab dengan sebuah anggukan yang bisa mengembangkan senyum Kris. Mereka berjalan-jalan mengiringi Myeongdong untuk waktu yang cukup lama. Ericca terus saja berbicara dengan ucapan yang masih cadelnya dan sesekali Kris mengajari Ericca untuk mengucapkan huruf ‘R’ yang mungkin terasa sangat sulit untuk diucapkan.
“Coba ucapkan ‘saranghae’!” ucap Kris pada Ericca.
“Salanghae (Saranghae)” kata Ericca yang mencoba mengucapkan huruf ‘R’ tapi terus saja gagal. Aksen inggris-nya selalu terbawa. Jessica yang mendengarnya hanya terkikik pelan disamping Kris yang terlihat sangat berusaha sekali membuat Ericca bisa mengucapkan huruf ‘R’ dengan jelas.
“ ’Errrr’... kau bisa mengucapkan itu?” ucap Kris lagi.
“Ellll... el..el.. aish, Appa! Itu tellalu (terlalu) sulit untuk diucapkan!” sahut Ericca sudah mulai kesal dengan acara belajar bicaranya.
“Sudahlah Kris... sudahi saja pembelajaran pengucapan huruf ‘R’-mu pada Ericca. Kau bisa melanjutkannya lain waktu” ujar Jessica ketika merasa mood Ericca sudah mulai buruk. Kris kemudian tersenyum. “Baiklah... karena Ricca sudah berusaha, Appa akan mengabulkan keinginan Ericca”
“Jinja?”
“Ne. Jadi apa keinginan Ericca?” Kris dan Jessica terdiam mendengarkan keinginan yang akan diucapkan Ericca. Ericca menatap Kris dan Jessica bergantian dengan lagak serius anak balita. “Sebelum itu, Appa halus (harus) menjawab peltanyaan (pertanyaan) Licca (Ricca) dulu. Apa yang akan Appa lakukan jika Appa dan Eomma beltemu (bertemu) kembali setelah waktu yang lama?” tanya Ericca.
“Ericca!” sentak Jessica ketika Ericca baru saja menyelesaikan pertanyaannya. Kris tersenyum dan menurunkan Ericca dari gendongannya. Ia lalu menyejajarkan tinggi badannya dengan Ericca. “Appa tidak akan menjawab pertanyaan Ricca, Tapi Appa akan melakukannya. Jadi, Ricca harus berjanji untuk menutup mata dan tidak mengintip. Arraseo?”
“Ne, arraseo Appa” Ericca kemudian menutup kedua matanya dengan telapak tangan kecilnya. Kris bangkit dan langsung menarik tengkuk Jessica dan mencium bibirnya untuk beberapa saat. Beruntunglah mereka karena kawasan ini sudah mulai sepi. Orang-orang sudah kembali ketempat mereka bekerja karena jam makan siang sudah habis.
Untuk beberapa saat, Kris dan Jessica masih bertahan dengan posisi itu. Ericca juga masih menutup matanya dengan kedua telapak tangannya. Kris perlahan tautan bibirnya dari bibir Jessica yang masih terkejut dengan perlakuan tiba-tiba darinya.
“Ricca-yah... sekarang kau boleh membuka matamu” ujar Kris ketika ia melihat Ericca yang masih saja menutup kedua matanya. Perlahan Ericca menyingkirkan kedua telapak tangannya yang ia gunakan untuk menutup mata dan membuka kedua matanya.
“Kenapa kau meminta hal seperti itu, Ricca?” seru Jessica pada putrinya. Ericca kini menatap ibunya yang terlihat sedikit kesal karena permintaan anehnya. “Licca (Ricca) hanya ingin tahu saja, eomma. Itu kalena (karena) Licca (Ricca) seling (sering) melasa (merasa) penasalan (penasaran)”
“Kenapa kau selalu meminta sesuatu yang aneh. Kau ini belum mengetahui apa-apa, Ricca-yah!” ujar Jessica. Ericca sudah nampak menunduk tak berani menatap Jessica yang sudah terlihat marah.
Kris yang melakukan permintaan Ericca langsung memeluk Ericca yang tengah menunduk. “Gwaenchanha Ricca-yah...” ucap lembut Kris.
“Sica! Jangan membentak Ericca! Dia tidak tahu apa-apa. Sekarang, kau minta maaf” seru Kris lagi yang mengarah pada Jessica. Jessica yang merasa disalahkan padahal dirinya tidak melakukan apapun. Ia menatap Kris tak percaya seperti memberitahu ‘Aku tak melakukan apapun! Jangan salahkan aku!”
“Sekarang minta maaf, atau aku melakukan hal yang akan membuatmu menyesal sekaligus membuat Ericca melihatnya dengan jelas melalui kedua matanya?” tawar Kris. Jessica hanya bisa menghembuskan nafasnya kesal. Satu-satunya pilihan yang paling menguntungkan adalah meminta maaf pada Ericca. Kalau ia tidak melakukan hal itu, bisa saja Kris kembali menciumnya didepan umum.
“Aish... Arraseo! Ricca-yah, mianhae...”
Ericca yang mendengar ucapan Jessica kemudian mengangkat wajahnya dan menjulurkan lidahnya meledek Jessica. Jessica lalu melempar tatapan tak percaya dengan balasan Ericca.
“Kau lihat kan Kris? Selalu saja begitu!” sahut Jessica kesal. Kris kali ini mungkin sedang berhadapan dengan dua anak kecil yang saling menyalahkan. Jessica memang tidak pernah berubah. Selalu kekanakan.
“Ah sudahlah... Ricca-yah, apa kau haus? Bagaimana kalau kita minum hot chocolate?” ujar Kris yang langsung dibalas sebuah anggukan semangat dari Ericca. Kris lalu menggendong kembali Ericca serta menarik lengan Jessica agar mengikutinya.
“Selalu saja seenaknya!” gumam Jessica yang masih kesal.

***

Sementara itu di tempat yang tidak jauh dari Jessica dan Kris, seseorang memotret semua kebahagiaan yang tercipta diantara Kris, Jessica dan Ericca. Ia mengamati dengan sangat bahagia dengan apa yang ia lihat dan ia abadikan dalam kamera.
“Jessica... mungkin, kebahagiaanmu akan datang sebentar lagi. aku senang bisa menemani hari-harimu selama enam tahun kebersamaan kita. Tak peduli di Amerika, Paris atau di Seoul, aku akan tetap jadi sahabatmu. Disaat yang lalu, kini ataupun masa depan” ujar seseorang itu lalu mengembangkan senyumnya.
Beberapa saat kemudian, dering yang berasal dari ponselnya membuyarkan kegiatannya. Sebuah ID terpampang jelas di ponselnya yang terus saja mengeluarkan cahaya.
“Yoboseyo?”
“Taeyeon noona... kenapa noona tidak menghubungiku setelah sampai di Korea?”
“Apakah itu suatu kewajiban?”
“Menurutmu?”
“Bukan. Ada apa kau meneleponku?”
“Aish! Itu adalah sebuah kewajiban, noona... aku ingin bertemu dengan noona sekarang!”
“Aku tidak bisa. Aku sedang mempunyai sebuah urusan”
“Pokoknya kita harus bertemu sekarang!”
“Geuraeyo... eodiga?”
“Kau sekarang dimana?”
“Aku berada di kawasan Myeongdong. Bagaimana jika di ‘Moonlight’ cafe?”
“Geurae... sampai jumpa disana”
Sambungan itu ditutup oleh yeoja yang bernama Taeyeon. Yeoja itu menghembuskan nafasnya berat. Berarti hari ini ia gagal untuk mengabadikan setiap momen Kris dan Jessica karena sebuah ajakan seorang namja yang merupakan hobae-nya sendiri saat masih duduk dibangku SMA.
“Seharusnya aku tak mengangkat teleponnya tadi. Sepertinya, aku harus menunda semua kegiatanku dulu untuk hari ini” gumamnya sedikit kesal. Ia lalu mengemudikan mobilnya kembali ke tempat awal pertemuannya dengan Kris dan Jessica yaitu di ‘Moonlight’ cafe.

***

Setelah membeli hot chocolate, Kris, Jessica dan Ericca memutuskan untuk pulang. Berjalan-jalan selama 3 jam menyusuri kawasan Myeongdong memang sangat melelahkan. Tak heran jika gadis sekecil Ericca pasti sudah terlampau lelah. Gadis kecil itu akhirnya tertidur dalam gendongan ibunya.
“Where do you live?” sahut Kris ketika mereka bertiga masuk kedalam mobil Kris. “Arahkan saja menuju Namdaemun. Nanti, akan ku tunjukkan alamat lengkapnya. Apa kau belum melihat profile-ku?” balas Jessica.
“Aku memang belum melihat profile-mu. Sebelum kau datang ke ruanganku, teman lamaku menelepon tiba-tiba dan itu sedikit mengurangi waktuku untuk membaca profile-mu” ujar Kris. Setelah mendengar perkataan Kris, Jessica terdiam. Suasana hening dan tentu saja canggung lebih mendominasi percakapan mereka ini.
Kris lebih memilih untuk berkonsentrasi pada kegiatannya yaitu menyetir mobil. Sementara Jessica hanya bungkam dan memperhatikan Ericca yang tertidur damai. Sekali-kali ia merapikan rambut lurus Ericca dan mengelus pipi chubby milik Ericca. Kris terkadang melirik kegiatan Jessica yang mungkin terlalu asyik dengan Ericca sampai-sampai tak menyadari bahwa dirinya sedang memperhatikan yeoja itu.
“Kau pasti bahagia memiliki Ericca bukan?” tanya Kris. Jessica kemudian mengalihkan pandangannya menatap Kris yang kembali berkonsentrasi menyetir mobilnya.
“Ne. Aku memang sangat bahagia. Walaupun Ericca hadir dalam sebuah kesalahan. Tapi, aku bersyukur mempunyai dia sekarang” jawab Jessica. “Dan kulihat, Ericca sangat mirip denganmu. Sifat dan tingkahnya sama sepertimu” seru Kris.
Jessica tersenyum tipis. “Tidak semua. Terkadang, Ericca memperlihatkan sifat yang sama persis dengan ayahnya. Itu membuatku selalu teringat akan segala tentang ayah kandung Ericca. Mungkin karena ia terbiasa bersamaku, makanya ia selalu meniru apa yang kuperbuat” ungkap Jessica.
Kris kini terdiam untuk kesekian kalinya. Ia masih sangat penasaran dengan sosok yang disebut ‘Ayah kandung Ericca Jung’. Seberapa mirip Ericca dengan seorang Ayah yang tidak pernah diketahui keberadaannya dan siapa sosok dibalik sebutan ‘Daddy’ yang selalu Ericca ucapkan. Ia benar-benar penasaran dengan semua yang ada dihadapannya kini.
“Setelah perempatan itu, belok ke kanan. Gedung  berwarna abu-abu itu tempat tinggalku, Ericca dan Taeyeon selama di Korea” ujar Jessica.
“Oh, keurae...” Kris segera memarkirkan mobilnya disisi kiri jalan.
“Kamsahamnida atas semua yang telah kau lakukan hari ini untuk Ericca” seru Jessica pada Kris setelah ia dan Ericca (yang berada digendongannya) keluar dari mobil Kris.
“Ne.. aku harus pergi dulu. Sampaikan salamku pada Ericca jika ia sudah bangun”
“Ne... hati-hati dijalan” Jessica membungkukan tubuhnya dan menatap mobil Kris yang semakin lama semakin hilang dalam kabut tebal musim dingin.
“Ricca-yah... apa kau bahagia bertemu dengan Ayah kandungmu?’ gumam Jessica pada Ericca yang masih terlelap dalam tidurnya. Secara tiba-tiba, Ericca tersenyum dalam tidur dan itu membuat Jessica terkejut sekaligus heran.
”Apa kau mendengar perkataan eomma?”
Jessica tersenyum dan mencium lembut pipi chubby milik Ericca. Ia lalu melangkahkan kakinya memasuki apartemen-nya.

***

Kris memasuki rumahnya yang berada dikawasan Sodaemun-gu, Seoul. Jarak yang tidak terlalu jauh dari kawasan apartemen Jessica. Hanya membutuhkan waktu 10 menit karena Sodaemun dan Namdaemun berada satu arah.
“Kau darimana saja, Kris? Kenapa kau meninggalkan kantor sebelum jam pulang kantor, hum?” tanya Yoona yang melihat Kris telah pulang dan sekarang berhadapan dengannya.
“Aku ada sedikit urusan non-kantor” balas Kris. “Apakah ada hubungannya dengan Designer baru pengganti Yuri?” tanya Yoona lagi namun lebih berhati-hati.
Kris menatap Yoona tak percaya. “Darimana kau tahu?” tanya balik Kris.
Yoona menghembuskan nafasnya berat, “Apa Designer baru itu adalah Jessica Jung?”. Kris tidak menjawab. Ia kembali mengingat perkataan Jessica yang menyebutkan bahwa Yoona adalah orang yang paling tersakiti dengan kisah ini. Kris hanya bisa mengangguk menjawab pertanyaan Yoona.
“Ternyata, dia sudah kembali...” gumam Yoona lalu membalikkan tubuhnya membelakangi Kris. “Chamkanman Yoona-yah...” cegah Kris saat ia melihat Yoona mulai berjalan menjauhinya.
Merasa dipanggil, Yoona kembali membalikkan tubuhnya menghadap Kris. “Ada apa?”
Kris mendekat. “Aku ingin menanyakan sesuatu hal.... padamu”
Yoona terdiam untuk mendengar pertanyaan Kris. “Apa kau mencintaiku?” tanya Kris. Yoona terkejut mendengar pertanyaan Kris. “Huh... pertanyaan macam apa itu, Kris?” tanya balik Yoona canggung. Ia benar-benar terjebak dengan pertanyaan Kris.
“Kenapa kau tidak menjawab?”
Yoona kembali memilih untuk diam. Ia menggigit bibir bagian bawahnya dan memjamkan matanya. “Jadi kau mencintaiku, Yoona-yah?” kata Kris memastikan.
Yoona lagi-lagi hanya terdiam. “Kau diam. Aku akan menganggap itu sebuah jawaban ‘Ya’. Tapi... mianhae, aku tidak bisa membalas perasaanmu. Aku...”
“Cukup Kris! Aku tahu. Dan lebih baik kau tak usah meneruskan ucapanmu. Aku sudah paham posisiku!” bentak Yoona. Ia lalu menuju lantai 2 ke kamarnya sendiri.
Kris mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Tempat Yoona tadi menunggunya. Hari ini semuanya benar-benar buram dibenaknya. Kebenaran yang bisa membuat hidupnya kembali seperti dulu benar-benar diluar dugaannnya. Sekarang justru ia terjebak dalam arus deras liku kisah cintanya. Dan sekarang, ia harus tahu bahwa ternyata ada seorang yeoja diam-diam mencintainya selama ini.
“Kau benar, Sica... kita semua tersakiti selama ini... mianhae, aku terlalu egois” gumamnya lemas. Ia hanya terdiam beberapa saat dan kemudian berjalan ke kamarnya.

***

Keesokan paginya, Jessica datang lebih awal dari hari kemarin karena hari ini adalah hari pertama ia mulai bekerja di Korea. Baginya, ia harus tetap melakukan hal yang terbaik bagi perusahaannya sama seperti yang ia lakukan saat masih berada di Paris.
“Kris?” ucap Jessica ketika membuka pintu ruangannya dan ia melihat sosok Kris yang sedang duduk menunggunya di salah satu sofa didekat meja kerjanya.
“Annyeong... Designer Jessica Jung. Kau melupakan panggilan yang seharusnya kau ucapkan padaku saat berada di kantor, Sica-ssi” sahut Kris. Jessica terkejut. Dia tiba-tiba lupa dimana dia berada sekarang.
“A-ah... J-jwesonghamnida sajangnim...” seru Jessica terbata-bata. Kris tersenyum melihat tingkah kaget Jessica dan bangkit dari sofa tempat duduknya menuju ke hadapan Jessica.
Kris mengacak-acak rambut lurus Jessica dengan tangan kanannya, “Jangan sampai lupa lagi, yeoja ceroboh. Jangan sampai masa lalu kita diketahui para karyawan disini”
Jessica menatap tajam Kris yang berada dihadapannya. “Kalau kau tak ingin semua masa lalu kita terbongkar, untuk apa kau berada di ruanganku? Bukankah sama saja mereka akan curiga dan akhirnya tahu?” ucap Jessica.
“Ah, benar juga.. aku kesini karena aku ingin memberitahumu bahwa nanti sekitar jam sepuluh akan diadakan rapat yang harus dihadiri oleh semua Designer di perusahaan ini. Walaupun kau termasuk baru disini, tapi kau harus tetap menghadirinya karena kau adalah pimpinan para Designer disini” ujar Kris sedikit menjelaskan alasannya berada di ruangan Jessica sejak pagi.
“Hanya itu saja? Kenapa kau tidak menyuruh sekretarismu untuk menyampaikannya padaku?” sahut Jessica membalas perkataan Kris dengan entengnya. “Sooyoung? Aku memang sengaja tak membiarkan dia yang menyampaikan berita itu padamu karena aku ingin dia berkonsentrasi menyiapkan rapatnya” balas Kris.
Jessica hanya mengangguk-angguk sambil berjalan menuju meja kerjanya dan menaruh tasnya disana. “Kenapa kau masih disini? Tak kembali ke ruanganmu?” sahutnya pada Kris yang masih setia berdiri dan menatapnya.
“Kau mengusirku? Baiklah, aku akan kembali keruanganku. Tapi, aku ingin bertanya. Apa kau sering berkirim E-mail dengan Yuri?” tanya Kris yang disambut sebuah anggukan dari Jessica. “Ne... Yuri dan aku memang sering berkirim E-mail. Memang kenapa? Apa kau mau bertanya apakah aku sudah tahu kalau kau sudah menikah dengan seorang yeoja yang kini menyandang sebutan ‘Nyonya Wu’?” tanya balik Jessica.
Kris terkejut mendengar penuturan Jessica. ‘Bagaimana bisa Jessica tahu apa yang ku fikirkan?’ batin Kris. “Sajangnim tidak perlu khawatir. Saya sudah mengetahuinya dari berbagai sumber” seru Jessica sopan.
“Baiklah kalau begitu... aku tak perlu menjelaskannya lagi padamu” ujar Kris lemas. Ia lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Jessica. Jessica menatap punggung Kris yang kemudian hilang terhalang pintu ruangannya. Ia mendudukkan tubuhnya di kursi dan memejamkan mata sejenak.
“Mianhae... aku tak ingin menyakiti yeoja yang sekarang menjadi istrimu itu. Siapapun yeoja itu, aku harap dia bisa mencintaimu lebih baik dariku dan dia bahagia bersamamu. Belum saatnya kebenaran itu terungkap, Kris. Tapi aku berjanji akan mengungkapnya suatu saat nanti” gumam Jessica lalu ia mengeluarkan peralatan gambarnya dan menggambar sketsa gaun di sebuah kertas putih.


TBC
Author's Note : Gimana? bagus atau nggak? please, comment yaa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar