Title :
‘Back in Time’ Chapter 3
Sub-Title : ‘We were in love’
Author :
ChocoHeaven0510 (T : @nahyabintan_)
Main Cast :
Kris Wu (Wu Yi Fan/Kevin Wu)
Jessica Jung (Jung Soo Yeon)
Other Cast :
Ericca Jung (Jung Yi Han)[OC]
Kim Tae Yeon
Wu Yoona/Im Yoona
Xi Lu Han
Kwon Yuri/Park Yuri
Choi Soo Young
Rating : T (15+)
Genre : Hurt, Sad, Romance, (little) Angst
Desclaimer : It is mine.
Don’t copy-paste without my permission. Don’t claim that is yours! The casts
except OC are belong to SM ENTERTAINMENT
Author's Note : Annyeonghaseo.... aku kembali membawa FF absurd (?) andalanku ini. Mian, kalo baru di-post setelah kalian menunggu lama soalnya saya juga harus bagi waktu buat ngerjain tugas sekolah dan FF lain yang belum END. Mian, buat curhatannya ne? langsung aja!
Summary :
Why is it?
Just my love that is slow
It’s just my love that is hard... Even if I’m by your
side
You are the whole world, I look at only you
I stare into distance in front of you
Back Sound :
1) LYN – To turn back hands of time
2) T-Ara ft. Davichi – We were in love
~STORY BEGIN’s~
Moonlight Cafe, Myeongdong, Seoul, South Korea
Audi Locus hitam itu berhenti disebuah cafe bertuliskan
‘Moonlight Cafe’. Dua orang yang berada dalam mobil mewah itu turun hampir
bersamaan. Kawasan ini sedang turun salju dan dimana-mana terdapat
gundukan-gundukan salju putih yang memenuhi sisi-sisi jalan. Kedua orang itu
berjalan memasuki cafe itu.
“Chamkanman! Apapun yang terjadi kau tidak boleh
melanggar kesepakatan kita yang lalu! Arraseo?” ujar seorang yeoja yang memakai
mantel berwarna cream pada namja yang
memakai jas hitam yang berada dihadapannya mengangguk. Mereka berdua lalu
melenggang masuk serta mengedarkan penglihatan mereka mencari seseorang.
“Mereka disana. Ayo kita kesana” seru Jessica –yeoja
bermantel cream- pada Kris –namja
berjas hitam- lalu menghampiri sebuah meja makan disisi kanan yang bersebelahan
dengan dinding kaca.
Seorang yeoja berjaket bulu berwarna ungu melihat
Jessica dan Kris terkejut sementara anak perempuan kecil bermantel bulu putih yang
berdiri di depan yeoja itu membelakangi Jessica dan Kris dan masih tidak
mempedulikan sekelilingnya sambil memakan sebatang cokelat ditangannya.
“Jess... K-Kevin?” kata Taeyeon tercengang melihat
Kris berada disamping Jessica. Anak perempuan kecil yang berada didepan Taeyeon
membalikkan tubuhnya dan melihat Ibunya bersama seorang namja tinggi.
“Mommy! Who is he?” seru Ericca. Kris yang mendengar
yeoja kecil itu memanggil Jessica dengan sebutan ‘Mommy’ kaget, namun ia tetap
menunjukkan sikap tenangnya. Awalnya ia mengira yeoja kecil itu adalah anak
Taeyeon.
“He is Mommy’s friend, dear” jawab Jessica pada
Ericca. Jessica berlutut menyejajarkan tinggi tubuhnya dengan Ericca, “Are you
hungry? Do you eat?”
“No... I’m not hungry and I’m only eating chocolate”
sahut balas Ericca sambil menunjukkan cokelatnya yang masih tersisa setengah
bagian. Jessica membersihkan sisa-sisa cokelat yang menodai kulit sekitar bibir
Ericca, “Do you see that? Do you want to play in there?”
“Of course, Thank you Mom” ujar Ericca lalu pergi
meninggalkan ketiga orang dewasa yang berada disekitarnya.
“Kenapa kau ada disini, Kris?” tanya heran Taeyeon.
Kris hanya tersenyum, “Hi, Taeyeon.. long time no see”
Taeyeon menatap Jessica seakan akan meminta penjelasan
kenapa ia bisa bertemu dengan Kris hari ini. “Ini semua diluar dugaanku,
Taeyeon-ah” ungkap Jessica. Taeyeon hanya menghembuskan nafasnya berat
sementara Kris tidak memahami jalan fikiran kedua yeoja yang berada di
hadapannya.
“Apa sekarang aku boleh bertanya? Jes.. jelaskan
semuanya padaku! Siapa anak itu sebenarnya dan kenapa kau meninggalkanku empat
tahun yang lalu?” tanya Kris bertubi-tubi. Jessica terlihat bimbang dengan
keputusannya. Ia sejenak melirik ke arah Taeyeon meminta pendapatnya. Taeyeon
mengangguk disertai tatapan ‘saatnya
kebenaran itu terbuka, Jes’.
Jessica menghela nafas panjang, “Anak perempuan yang
kau lihat tadi adalah putriku, Ericca Jung.”
Kris membulatkan kedua matanya, “A-anak p-perempuanmu?
J-jadi kau s-sudah menikah?”
Jessica menggelengkan kepalanya, “Aku belum pernah
menikah dengan laki-laki manapun. Aku tinggal di Paris selama empat tahun ini
bersama Taeyeon dan kedua orang tuanya. Disana aku mencoba untuk mencoba
mengejar mimpiku yang lama terkubur yaitu menjadi seorang designer”
Kris mengangguk mengerti. Tiba-tiba saja, sebuah
pertanyaan muncul dalam bayangan kepalanya, “Jika kau belum pernah menikah
dengan siapapun, lalu siapa ayah Ericca?”
Jessica terdiam kaku mendengar perkataan Kris. ‘Apa
kau tidak ingat perlakuanmu padaku empat tahun lalu, Kris? Ericca... Ericca
adalah putrimu, Kris.. putri biologismu..’ batin Jessica. Taeyeon yang juga
mendengar pertanyaan itu menghembuskan nafasnya berat dan memalingkan wajahnya.
Kris sendiri bingung dengan kelakuan kedua yeoja yang
berada disekitarnya. Ia menggaruk bagian belakang kepalanya canggung. ‘Apa ada
yang salah dengan pertanyaanku?’ batinnya berseru tak tahu.
Jessica berkata lemas, “Bisakah kau tak menanyakan hal
itu? Aku tak ingin mendengar apalagi menjawabnya”
Kris mengangguk dan diam. Ia kembali mendengarkan
penjelasan Jessica dengan seksama. Jessica menerangkan kehidupannya bersama
Ericca selama 4 tahun ia di Paris. Ia sedikit menghilangkan bagian ‘Ayah
Biologis Ericca’. Ia masih merasa ingin merahasiakannya pada Kris. Toh semuanya
akan kembali pada tempatnya suatu saat nanti.
Saat Jessica hampir selesai menjelaskan semuanya pada
Kris, Ericca tiba-tiba saja berjalan gontai menuju kearah meja yang ditempati
Kris, Jessica dan Taeyeon. Wajahnya muram dan kedua matanya telah dipenuhi
dengan kristal bening yang siap membentuk lekukan sungai kecil yang melewati
kedua pipi chubby-nya.
Jessica bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri
Ericca yang sudah diam tertunduk. Ia berlutut, menyejajarkan tinggi tubuhnya
dengan putrinya, “Wae geurae, Ricca-yah?”
Ericca tak bergeming. Ia terus menunduk dan sesekali
terdengar isakannya. Ia lalu menunjuk tempat yang tadi ia datangi dengan jari
telunjuknya. Jessica langsung mengikuti arah telunjuk putrinya yang mengarah
pada kedua anak kecil yang nampak seumuran dengan Ericca, “Apa mereka mengejekmu?
Atau merebut mainanmu?”
Ericca menggeleng. Ia lalu menatap manik ibunya, “Eomma...
tadi aku melihat meleka (mereka) belmain (bermain) pelosotan (perosotan) melah
(merah) itu. Salah satu dari meleka (mereka) teljatuh (terjatuh) dan ia
ditolong oleh ahjussi bel-jas (ber-jas) yang tadi mempelhatikan
(memperhatikan). Aku ili (iri) melihatnya, Eomma... ahjussi itu tellihat
(terlihat) seperti Appa meleka (mereka)” sahut Ericca. Walaupun ekspresi
wajahnya serius, tapi aksen cadelnya belum juga hilang.
Jessica mengelus pelan rambut putri kecilnya. Sebagai
seorang ibu, ia tahu kalau Ericca mendambakan kehadiran seorang ayah yang bisa
menemaninya juga melindunginya setiap saat. Ia mengerti apa yang Ericca
rasakan. “Ricca-yah, Do you miss your real Daddy?”
Ericca mengangguk. Jessica lalu tersenyum tipis, “Coba
katakan apa yang ingin kau katakan jika kau bertemu ayah kandungmu”
“Appa, nan jeongmal bogoshippeoyo. Kenapa appa balu
(baru) muncul sekalang (sekarang)? Apa Appa malu mempunyai anak sepeltiku
(sepertiku)? Dan apa Appa tahu? Aku menunggu Appa sangat lama... sangat sangat
lama” ungkap lirih Ericca. Kini, Jessica langsung mendekap tubuh Ericca dalam
pelukannya. Ericca menangis dalam dekapan ibunya. Sementara Taeyeon yang
melihat adegan itu tak kuasa menahan harunya. Ia langsung memutar tubuhnya
membelakangi Jessica dan Ericca.
Sementara itu, Kris menatap sendu kearah Jessica dan
Ericca. Ia sekarang tahu karakter Ericca yang banyak diwariskan oleh Jessica.
Ia tetap merasa penasaran akan kebenaran yang belum sepenuhnya terungkap.
Sekarang yang bisa ia simpulkan adalah Jessica sekarang seharusnya adalah milik
orang lain. Yakni milik ayah kandung Ericca dan bukan miliknya.
Jessica melepas dekapannya pada Ericca dan menatap
putri kecilnya itu sambil menghapus pelan aliran yang membasahi pipi chubby Ericca. “Apa kau sudah lebih
baik?” tanya Jessica lembut. Ericca hanya mengangguk menjawab pertanyaan yang
dilontarkan Ibunya.
Taeyeon memutar tubuhnya sehingga ia bisa melihat
Jessica dan Ericca yang sudah lebih tenang. Ia tersenyum paksa agar tidak
membuat suasana semakin keruh.
“Jes, aku harus pergi. Ada hal yang harus aku urus”
ujar Taeyeon. Jessica kini mengalihkan perhatiannya pada Taeyeon, “Lalu, kapan
kau akan kembali? Kalau kau masih lama, bagaimana dengan Ericca?”
“Kau tak perlu khawatir, Jess. Karena hari ini adalah
hari pertamamu masuk kantor, bukan berarti kau harus bekerja langsung bukan?
Besok baru kau sudah bisa bekerja. Hari ini hanya hari perkenalan saja. besok
kau harus benar-benar bekerja” sahut Kris menanggapi.
Jessica tersenyum, “Kamsahamnida sajangnim”
“Kau tak perlu memanggilku seformal itu. Kau hanya
boleh memanggilku seperti itu jika di kantor. Diluar kantor atau pekerjaan, kau
harus memanggil namaku, arrachi?” jelas Kris. Jessica mengangguk sebagai
balasannya.
“Ahjussi namanya siapa? Apa ahjussi kenal dekat dengan
Mommy?” tanya Ericca polos. Ia dari tadi hanya memperhatikan kedua orang dewasa
yang berada dihadapannya.
“Nama ahjussi Kevin. Tapi, Ricca boleh memanggil
ahjussi dengan nama Kris. Ahjussi adalah teman Mommy-mu saat masih di Amerika”
ujar Kris. Ericca masih memandang bingung namja tinggi yang berada
dihadapannya.
“Lalu, apa hubungannya nama Klis (Kris) dengan Kevin?”
tanya polos Ericca. Kris dan Jessica hanya terkekeh pelan mendengar pertanyaan
polos Ericca. Aksen cadel Ericca memang sangat lucu untuk didengar.
“Ricca-yah... say it in English like ‘Christ’,
understand?” ujar Jessica mengoreksi ucapan Ericca. Maklum, nama Kris memang
susah dieja untuk anak berusia 3,5 tahun.
“Kevin dan Kris adalah dua berbeda dalam satu tubuh.
Jika kau memanggil ahjussi dengan sebutan Kevin, ahjussi berarti tidak
mengenalmu. Namun jika kau memanggil ahjussi dengan sebutan Kris, ahjussi akan
dengan cepat mengenalmu” jelas Kris. Ericca masih bingung dengan semua
penjelasan Kris yang tidak masuk akal anak berusia 3,5 tahun.
“Tak usah kau pikirkan Ricca-yah... suatu saat nanti,
kau akan mengerti” ucap Kris. Jessica yang menyadari kebingungan putrinyapun
meminta putrinya untuk menghentikan semua pertanyaannya. “Ricca-yah, jangan kau
pikirkan lagi ne? Bagaimana kalau kita berjalan-jalan?” tawar Jessica.
“Jinja eomma? Ne, aku mau!” jawab Ericca antusias.
“Apa boleh ahjussi menemani Ericca?” tanya Kris.
Ericca langsung mengembangkan senyumnya dan melihat kearah Jessica. Kris juga
melihat kearah Jessica. Jessica terlihat bingung melihat kedua orang itu
melihatnya dengan tatapan aneh.
“Mwoya? Kenapa kalian menatapku seperti itu?” tanya
Jessica. “Eomma, bolehkah ‘Christ’ ahjussi bergabung dengan kita?” tanya balik
Ericca. Kris terus saja melayangkan tatapan yang tak bisa dimengerti Jessica.
“N-ne...”. setelah Ericca dan Kris mendengar jawaban
Jessica, mereka ber-high five ria.
Jessica masih melihat heran kedua manusia yang berada dihadapannya.
“Kajja! Kita pergi” sahut Kris seraya menggandeng
tangan mungil Ericca. Namun, Jessica meraih lengan Kris yang lain dan sontak
menghentikan langkah Kris dan Ericca. Kris menatap tangan Jessica yang tengah
memegang lengannya. Jessica yang menyadarinya langsung melepasnya.
“Jwesonghamnida...”
Kris kini menatap lembut wajah Jessica yang menunduk.
“Wae? Apa ada hal yang ingin kau sampaikan padaku?” tanya Kris. Jessica
mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis pada Kris. “Aku hanya ingin berkeliling
disekitar sini saja. Aku dan Ericca baru mengenal Korea” jelas Jessica.
“Oh keurae... aku akan mengajakmu berkeliling sekitar
sini saja? Apa kau setuju, Ricca-yah?” tanya Kris pada Ericca yang hanya
membalas dengan anggukan lucunya. Kris dan Ericca berjalan beriringan sementara
Jessica lebih memilih berjalan dibelakang Kris dan Ericca. Sekilas, ia terlihat
seperti seorang pengurus bayi yang menemani anak asuhnya dan ayah dari anak
asuhnya berjalan-jalan. Ia membiarkan sejenak Ericca bersama ayahnya walaupun
Ericca dan Kris sama-sama tidak tahu akan hubungan mereka yang akan selalu
terikat selamanya. Kris dan Ericca nampak riang berjalan beriringan menyusuri
sepanjang trotoar. Jessica tersenyum melihat kebersamaan mereka.
“Mommy! Come here, please!” seru Ericca. Gadis kecil
itu lalu menghentikan langkahnya dan sontak saja Kris yang digandengnya juga
ikut berhenti. Jessica yang merasa dipanggil oleh Ericca kemudian berjalan
mendekati putrinya. “Waeyo? Apa ada yang bisa eomma lakukan untukmu?”
Ericca tidak menjawab. Ia lalu menggenggam lembut
telapak tangan halus milik Jessica dengan jemari kecilnya. “Aku hanya ingin
menggandeng lengan eomma dan ahjussi saja saat kita beljalan (berjalan) belsama
(bersama). Bukankah kita sepelti (seperti) sebuah kelualga (keluarga)?” sahut
gembira Ericca.
DEG.
Hati Jessica bergetar mendengar ucapan Ericca. Ia
berusaha keras agar airmatanya tidak menetes. ‘Ricca-yah, dia Appa-mu. Appa
yang selalu kau rindukan, Appa yang selalu kau harapkan kehadirannya’ batin
Jessica. Jessica hanya tersenyum pada Ericca. Sementara Kris yang juga
mendengar ucapan Ericca hanya diam dan mencerna semua ucapan Ericca.
“Kau boleh berfikir jika Kris ahjussi adalah Appa-mu
selama hal itu membuatmu senang” sahut Jessica yang disambut ekspresi sangat
bahagia dari Ericca. Sementara Kris hanya bersikap diam yang sebenarnya hanya
untuk persembunyiannya dari sikap terkejut. Ia lalu menatap Jessica tak
mengerti. Jessica membalas tatapan Kris dengan sebuah anggukan yang membuat
Kris langsung mengalihkan perhatiannya pada Ericca.
“Ricca-yah, kau dengar sendiri dari Mommy-mu kalau kau
boleh memanggil ahjussi dengan sebutan ‘Appa’. Kalau begitu, kenapa kau tidak
memeluk Appa-mu?” ujar Kris sambil berlutut dan merentangkan kedua lengannya
dan merengkuh Ericca dalam pelukannya. Kris menatap Jessica sedang tersenyum lebar
ketika melihat dirinya memeluk Ericca. Ia tak mengerti arti tatapan Jessica
yang terlihat sangat bahagia.
Kris melepas dekapannya pada tubuh mungil Ericca. Ia
lalu mengusap lembut pipi chubby
Ericca.
“Mommy! Bagaimana kabal (kabar) Daddy? Sudah lama Licca
(Ricca) tidak beltemu (bertemu) dengan Daddy” sahut Ericca yang tiba-tiba
menanyakan tentang seseorang yang ia sebut ‘Daddy’. Jessica yang mendengar
ucapan Ericca langsung mengecek ponselnya beberapa saat dan lalu memasukkan
benda itu kembali kedalam saku mantelnya.
“Daddy belum menghubungi Mommy sampai saat ini.
Mungkin, Daddy-mu sedang sibuk jadi belum bisa memberi kita kabar tentang
keadaannya” balas Jessica. Ericca hanya mengerucutkan bibirnya lucu ketika
mendengar ucapan Jessica. Kris memandang bingung Ericca dan Jessica secara
bergantian. ‘Daddy? Kenapa Ericca memanggil seseorang dengan sebutan ‘Daddy’?
Apa orang yang disebut ‘Daddy’ itu ayah biologis Ericca?’.
Pertanyaan-pertanyaan langsung saja terbesit dibenak Kris. Ia masih bingung
dengan semua kebenaran yang tiba-tiba saja terkuak.
Jessica yang menyadari kebingungan yang melanda
Kris-pun berucap, “Orang yang disebut ‘Daddy’ oleh Ericca itu adalah salah satu
temanku. Kau tak perlu salah paham apalagi bingung. Ia mengenal Ericca sejak
Ericca berumur dua tahun. Dia adalah namja luar yang pertama kali aku kenalkan
pada Ericca sejak Ericca bisa berbicara. Untuk itulah Ericca menganggap temanku
itu ‘Daddy’-nya dan selalu memanggilnya dengan sebutan ‘Daddy’” ungkap Jessica
dengan jelas.
Mendengar hal itu, Kris kembali mengangguk.
“Ricca-yah, kenapa kau tidak bilang pada Appa kalau kau sebelumnya sudah
mempunyai seorang Daddy, hum? Apa kau begitu merindukan Daddy-mu”
“Ne, sejak Daddy pelgi (pergi) ke London, Licca
(Ricca) jadi seling (sering) melindukan (merindukan) Daddy. Walaupun Daddy
sekali-kali mengilim (mengirim) kabal (kabar), tapi itu tidak mengobati lasa
(rasa) lindu (rindu) Licca (Ricca) pada Daddy” ujar lirih Ericca. Kris mengusap
lagi pipi Ericca. “Lalu, apa sekarang Ricca bahagia karena memiliki dua
‘Daddy’?” tanya Kris.
Ericca hanya mengangguk-anggukan kepalanya lucu. Kris
yang gemas dengan tingkah Ericca lalu mengusap pelan rambut Ericca. Ia lalu
menggendong tubuh kecil Ericca dan mengggandeng lengan Jessica yang terulur.
Jessica terkejut dengan perlakuan Kris yang tiba-tiba.
“Bolehkah aku memegang tanganmu?” tanya Kris. Jessica
membeku dan hanya dapat menjawab dengan sebuah anggukan yang bisa mengembangkan
senyum Kris. Mereka berjalan-jalan mengiringi Myeongdong untuk waktu yang cukup
lama. Ericca terus saja berbicara dengan ucapan yang masih cadelnya dan
sesekali Kris mengajari Ericca untuk mengucapkan huruf ‘R’ yang mungkin terasa
sangat sulit untuk diucapkan.
“Coba ucapkan ‘saranghae’!” ucap Kris pada Ericca.
“Salanghae (Saranghae)” kata Ericca yang mencoba
mengucapkan huruf ‘R’ tapi terus saja gagal. Aksen inggris-nya selalu terbawa.
Jessica yang mendengarnya hanya terkikik pelan disamping Kris yang terlihat
sangat berusaha sekali membuat Ericca bisa mengucapkan huruf ‘R’ dengan jelas.
“ ’Errrr’... kau bisa mengucapkan itu?” ucap Kris
lagi.
“Ellll... el..el.. aish, Appa! Itu tellalu (terlalu)
sulit untuk diucapkan!” sahut Ericca sudah mulai kesal dengan acara belajar
bicaranya.
“Sudahlah Kris... sudahi saja pembelajaran pengucapan
huruf ‘R’-mu pada Ericca. Kau bisa melanjutkannya lain waktu” ujar Jessica
ketika merasa mood Ericca sudah mulai
buruk. Kris kemudian tersenyum. “Baiklah... karena Ricca sudah berusaha, Appa
akan mengabulkan keinginan Ericca”
“Jinja?”
“Ne. Jadi apa keinginan Ericca?” Kris dan Jessica
terdiam mendengarkan keinginan yang akan diucapkan Ericca. Ericca menatap Kris
dan Jessica bergantian dengan lagak serius anak balita. “Sebelum itu, Appa
halus (harus) menjawab peltanyaan (pertanyaan) Licca (Ricca) dulu. Apa yang akan
Appa lakukan jika Appa dan Eomma beltemu (bertemu) kembali setelah waktu yang
lama?” tanya Ericca.
“Ericca!” sentak Jessica ketika Ericca baru saja
menyelesaikan pertanyaannya. Kris tersenyum dan menurunkan Ericca dari
gendongannya. Ia lalu menyejajarkan tinggi badannya dengan Ericca. “Appa tidak
akan menjawab pertanyaan Ricca, Tapi Appa akan melakukannya. Jadi, Ricca harus
berjanji untuk menutup mata dan tidak mengintip. Arraseo?”
“Ne, arraseo Appa” Ericca kemudian menutup kedua
matanya dengan telapak tangan kecilnya. Kris bangkit dan langsung menarik
tengkuk Jessica dan mencium bibirnya untuk beberapa saat. Beruntunglah mereka
karena kawasan ini sudah mulai sepi. Orang-orang sudah kembali ketempat mereka
bekerja karena jam makan siang sudah habis.
Untuk beberapa saat, Kris dan Jessica masih bertahan
dengan posisi itu. Ericca juga masih menutup matanya dengan kedua telapak
tangannya. Kris perlahan tautan bibirnya dari bibir Jessica yang masih terkejut
dengan perlakuan tiba-tiba darinya.
“Ricca-yah... sekarang kau boleh membuka matamu” ujar
Kris ketika ia melihat Ericca yang masih saja menutup kedua matanya. Perlahan
Ericca menyingkirkan kedua telapak tangannya yang ia gunakan untuk menutup mata
dan membuka kedua matanya.
“Kenapa kau meminta hal seperti itu, Ricca?” seru
Jessica pada putrinya. Ericca kini menatap ibunya yang terlihat sedikit kesal
karena permintaan anehnya. “Licca (Ricca) hanya ingin tahu saja, eomma. Itu
kalena (karena) Licca (Ricca) seling (sering) melasa (merasa) penasalan
(penasaran)”
“Kenapa kau selalu meminta sesuatu yang aneh. Kau ini
belum mengetahui apa-apa, Ricca-yah!” ujar Jessica. Ericca sudah nampak
menunduk tak berani menatap Jessica yang sudah terlihat marah.
Kris yang melakukan permintaan Ericca langsung memeluk
Ericca yang tengah menunduk. “Gwaenchanha Ricca-yah...” ucap lembut Kris.
“Sica! Jangan membentak Ericca! Dia tidak tahu
apa-apa. Sekarang, kau minta maaf” seru Kris lagi yang mengarah pada Jessica.
Jessica yang merasa disalahkan padahal dirinya tidak melakukan apapun. Ia menatap
Kris tak percaya seperti memberitahu ‘Aku tak melakukan apapun! Jangan salahkan
aku!”
“Sekarang minta maaf, atau aku melakukan hal yang akan
membuatmu menyesal sekaligus membuat Ericca melihatnya dengan jelas melalui
kedua matanya?” tawar Kris. Jessica hanya bisa menghembuskan nafasnya kesal.
Satu-satunya pilihan yang paling menguntungkan adalah meminta maaf pada Ericca.
Kalau ia tidak melakukan hal itu, bisa saja Kris kembali menciumnya didepan
umum.
“Aish... Arraseo! Ricca-yah, mianhae...”
Ericca yang mendengar ucapan Jessica kemudian
mengangkat wajahnya dan menjulurkan lidahnya meledek Jessica. Jessica lalu
melempar tatapan tak percaya dengan balasan Ericca.
“Kau lihat kan Kris? Selalu saja begitu!” sahut
Jessica kesal. Kris kali ini mungkin sedang berhadapan dengan dua anak kecil
yang saling menyalahkan. Jessica memang tidak pernah berubah. Selalu kekanakan.
“Ah sudahlah... Ricca-yah, apa kau haus? Bagaimana
kalau kita minum hot chocolate?” ujar
Kris yang langsung dibalas sebuah anggukan semangat dari Ericca. Kris lalu
menggendong kembali Ericca serta menarik lengan Jessica agar mengikutinya.
“Selalu saja seenaknya!” gumam Jessica yang masih
kesal.
***
Sementara itu di tempat yang tidak jauh dari Jessica
dan Kris, seseorang memotret semua kebahagiaan yang tercipta diantara Kris,
Jessica dan Ericca. Ia mengamati dengan sangat bahagia dengan apa yang ia lihat
dan ia abadikan dalam kamera.
“Jessica... mungkin, kebahagiaanmu akan datang
sebentar lagi. aku senang bisa menemani hari-harimu selama enam tahun
kebersamaan kita. Tak peduli di Amerika, Paris atau di Seoul, aku akan tetap
jadi sahabatmu. Disaat yang lalu, kini ataupun masa depan” ujar seseorang itu
lalu mengembangkan senyumnya.
Beberapa saat kemudian, dering yang berasal dari
ponselnya membuyarkan kegiatannya. Sebuah ID terpampang jelas di ponselnya yang
terus saja mengeluarkan cahaya.
“Yoboseyo?”
“Taeyeon
noona... kenapa noona tidak menghubungiku setelah sampai di Korea?”
“Apakah itu suatu kewajiban?”
“Menurutmu?”
“Bukan. Ada apa kau meneleponku?”
“Aish! Itu
adalah sebuah kewajiban, noona... aku ingin bertemu dengan noona sekarang!”
“Aku tidak bisa. Aku sedang mempunyai sebuah urusan”
“Pokoknya
kita harus bertemu sekarang!”
“Geuraeyo... eodiga?”
“Kau sekarang
dimana?”
“Aku berada di kawasan Myeongdong. Bagaimana jika di
‘Moonlight’ cafe?”
“Geurae...
sampai jumpa disana”
Sambungan itu ditutup oleh yeoja yang bernama Taeyeon.
Yeoja itu menghembuskan nafasnya berat. Berarti hari ini ia gagal untuk
mengabadikan setiap momen Kris dan Jessica karena sebuah ajakan seorang namja
yang merupakan hobae-nya sendiri saat masih duduk dibangku SMA.
“Seharusnya aku tak mengangkat teleponnya tadi.
Sepertinya, aku harus menunda semua kegiatanku dulu untuk hari ini” gumamnya
sedikit kesal. Ia lalu mengemudikan mobilnya kembali ke tempat awal
pertemuannya dengan Kris dan Jessica yaitu di ‘Moonlight’ cafe.
***
Setelah membeli hot
chocolate, Kris, Jessica dan Ericca memutuskan untuk pulang. Berjalan-jalan
selama 3 jam menyusuri kawasan Myeongdong memang sangat melelahkan. Tak heran
jika gadis sekecil Ericca pasti sudah terlampau lelah. Gadis kecil itu akhirnya
tertidur dalam gendongan ibunya.
“Where do you live?” sahut Kris ketika mereka bertiga
masuk kedalam mobil Kris. “Arahkan saja menuju Namdaemun. Nanti, akan ku tunjukkan
alamat lengkapnya. Apa kau belum melihat profile-ku?”
balas Jessica.
“Aku memang belum melihat profile-mu. Sebelum kau datang ke ruanganku, teman lamaku menelepon
tiba-tiba dan itu sedikit mengurangi waktuku untuk membaca profile-mu” ujar Kris. Setelah mendengar perkataan Kris, Jessica
terdiam. Suasana hening dan tentu saja canggung lebih mendominasi percakapan
mereka ini.
Kris lebih memilih untuk berkonsentrasi pada
kegiatannya yaitu menyetir mobil. Sementara Jessica hanya bungkam dan
memperhatikan Ericca yang tertidur damai. Sekali-kali ia merapikan rambut lurus
Ericca dan mengelus pipi chubby milik
Ericca. Kris terkadang melirik kegiatan Jessica yang mungkin terlalu asyik
dengan Ericca sampai-sampai tak menyadari bahwa dirinya sedang memperhatikan
yeoja itu.
“Kau pasti bahagia memiliki Ericca bukan?” tanya Kris.
Jessica kemudian mengalihkan pandangannya menatap Kris yang kembali
berkonsentrasi menyetir mobilnya.
“Ne. Aku memang sangat bahagia. Walaupun Ericca hadir
dalam sebuah kesalahan. Tapi, aku bersyukur mempunyai dia sekarang” jawab
Jessica. “Dan kulihat, Ericca sangat mirip denganmu. Sifat dan tingkahnya sama
sepertimu” seru Kris.
Jessica tersenyum tipis. “Tidak semua. Terkadang,
Ericca memperlihatkan sifat yang sama persis dengan ayahnya. Itu membuatku
selalu teringat akan segala tentang ayah kandung Ericca. Mungkin karena ia
terbiasa bersamaku, makanya ia selalu meniru apa yang kuperbuat” ungkap
Jessica.
Kris kini terdiam untuk kesekian kalinya. Ia masih
sangat penasaran dengan sosok yang disebut ‘Ayah kandung Ericca Jung’. Seberapa
mirip Ericca dengan seorang Ayah yang tidak pernah diketahui keberadaannya dan
siapa sosok dibalik sebutan ‘Daddy’ yang selalu Ericca ucapkan. Ia benar-benar
penasaran dengan semua yang ada dihadapannya kini.
“Setelah perempatan itu, belok ke kanan. Gedung berwarna abu-abu itu tempat tinggalku, Ericca
dan Taeyeon selama di Korea” ujar Jessica.
“Oh, keurae...” Kris segera memarkirkan mobilnya
disisi kiri jalan.
“Kamsahamnida atas semua yang telah kau lakukan hari ini
untuk Ericca” seru Jessica pada Kris setelah ia dan Ericca (yang berada
digendongannya) keluar dari mobil Kris.
“Ne.. aku harus pergi dulu. Sampaikan salamku pada
Ericca jika ia sudah bangun”
“Ne... hati-hati dijalan” Jessica membungkukan
tubuhnya dan menatap mobil Kris yang semakin lama semakin hilang dalam kabut
tebal musim dingin.
“Ricca-yah... apa kau bahagia bertemu dengan Ayah
kandungmu?’ gumam Jessica pada Ericca yang masih terlelap dalam tidurnya.
Secara tiba-tiba, Ericca tersenyum dalam tidur dan itu membuat Jessica terkejut
sekaligus heran.
”Apa kau mendengar perkataan eomma?”
Jessica tersenyum dan mencium lembut pipi chubby milik Ericca. Ia lalu
melangkahkan kakinya memasuki apartemen-nya.
***
Kris memasuki rumahnya yang berada dikawasan Sodaemun-gu,
Seoul. Jarak yang tidak terlalu jauh dari kawasan apartemen Jessica. Hanya
membutuhkan waktu 10 menit karena Sodaemun dan Namdaemun berada satu arah.
“Kau darimana saja, Kris? Kenapa kau meninggalkan
kantor sebelum jam pulang kantor, hum?” tanya Yoona yang melihat Kris telah
pulang dan sekarang berhadapan dengannya.
“Aku ada sedikit urusan non-kantor” balas Kris. “Apakah ada hubungannya dengan Designer baru pengganti Yuri?” tanya
Yoona lagi namun lebih berhati-hati.
Kris menatap Yoona tak percaya. “Darimana kau tahu?”
tanya balik Kris.
Yoona menghembuskan nafasnya berat, “Apa Designer baru itu adalah Jessica Jung?”.
Kris tidak menjawab. Ia kembali mengingat perkataan Jessica yang menyebutkan
bahwa Yoona adalah orang yang paling tersakiti dengan kisah ini. Kris hanya
bisa mengangguk menjawab pertanyaan Yoona.
“Ternyata, dia sudah kembali...” gumam Yoona lalu
membalikkan tubuhnya membelakangi Kris. “Chamkanman Yoona-yah...” cegah Kris
saat ia melihat Yoona mulai berjalan menjauhinya.
Merasa dipanggil, Yoona kembali membalikkan tubuhnya
menghadap Kris. “Ada apa?”
Kris mendekat. “Aku ingin menanyakan sesuatu hal....
padamu”
Yoona terdiam untuk mendengar pertanyaan Kris. “Apa
kau mencintaiku?” tanya Kris. Yoona terkejut mendengar pertanyaan Kris. “Huh...
pertanyaan macam apa itu, Kris?” tanya balik Yoona canggung. Ia benar-benar
terjebak dengan pertanyaan Kris.
“Kenapa kau tidak menjawab?”
Yoona kembali memilih untuk diam. Ia menggigit bibir
bagian bawahnya dan memjamkan matanya. “Jadi kau mencintaiku, Yoona-yah?” kata
Kris memastikan.
Yoona lagi-lagi hanya terdiam. “Kau diam. Aku akan
menganggap itu sebuah jawaban ‘Ya’. Tapi... mianhae, aku tidak bisa membalas
perasaanmu. Aku...”
“Cukup Kris! Aku tahu. Dan lebih baik kau tak usah
meneruskan ucapanmu. Aku sudah paham posisiku!” bentak Yoona. Ia lalu menuju
lantai 2 ke kamarnya sendiri.
Kris mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Tempat
Yoona tadi menunggunya. Hari ini semuanya benar-benar buram dibenaknya.
Kebenaran yang bisa membuat hidupnya kembali seperti dulu benar-benar diluar
dugaannnya. Sekarang justru ia terjebak dalam arus deras liku kisah cintanya.
Dan sekarang, ia harus tahu bahwa ternyata ada seorang yeoja diam-diam
mencintainya selama ini.
“Kau benar, Sica... kita semua tersakiti selama ini...
mianhae, aku terlalu egois” gumamnya lemas. Ia hanya terdiam beberapa saat dan
kemudian berjalan ke kamarnya.
***
Keesokan paginya, Jessica datang lebih awal dari hari
kemarin karena hari ini adalah hari pertama ia mulai bekerja di Korea. Baginya,
ia harus tetap melakukan hal yang terbaik bagi perusahaannya sama seperti yang
ia lakukan saat masih berada di Paris.
“Kris?” ucap Jessica ketika membuka pintu ruangannya
dan ia melihat sosok Kris yang sedang duduk menunggunya di salah satu sofa
didekat meja kerjanya.
“Annyeong... Designer
Jessica Jung. Kau melupakan panggilan yang seharusnya kau ucapkan padaku saat
berada di kantor, Sica-ssi” sahut Kris. Jessica terkejut. Dia tiba-tiba lupa
dimana dia berada sekarang.
“A-ah... J-jwesonghamnida sajangnim...” seru Jessica
terbata-bata. Kris tersenyum melihat tingkah kaget Jessica dan bangkit dari
sofa tempat duduknya menuju ke hadapan Jessica.
Kris mengacak-acak rambut lurus Jessica dengan tangan
kanannya, “Jangan sampai lupa lagi, yeoja ceroboh. Jangan sampai masa lalu kita
diketahui para karyawan disini”
Jessica menatap tajam Kris yang berada dihadapannya.
“Kalau kau tak ingin semua masa lalu kita terbongkar, untuk apa kau berada di ruanganku?
Bukankah sama saja mereka akan curiga dan akhirnya tahu?” ucap Jessica.
“Ah, benar juga.. aku kesini karena aku ingin
memberitahumu bahwa nanti sekitar jam sepuluh akan diadakan rapat yang harus
dihadiri oleh semua Designer di
perusahaan ini. Walaupun kau termasuk baru disini, tapi kau harus tetap
menghadirinya karena kau adalah pimpinan para Designer disini” ujar Kris sedikit menjelaskan alasannya berada di
ruangan Jessica sejak pagi.
“Hanya itu saja? Kenapa kau tidak menyuruh
sekretarismu untuk menyampaikannya padaku?” sahut Jessica membalas perkataan
Kris dengan entengnya. “Sooyoung? Aku memang sengaja tak membiarkan dia yang
menyampaikan berita itu padamu karena aku ingin dia berkonsentrasi menyiapkan
rapatnya” balas Kris.
Jessica hanya mengangguk-angguk sambil berjalan menuju
meja kerjanya dan menaruh tasnya disana. “Kenapa kau masih disini? Tak kembali
ke ruanganmu?” sahutnya pada Kris yang masih setia berdiri dan menatapnya.
“Kau mengusirku? Baiklah, aku akan kembali
keruanganku. Tapi, aku ingin bertanya. Apa kau sering berkirim E-mail dengan
Yuri?” tanya Kris yang disambut sebuah anggukan dari Jessica. “Ne... Yuri dan
aku memang sering berkirim E-mail. Memang kenapa? Apa kau mau bertanya apakah
aku sudah tahu kalau kau sudah menikah dengan seorang yeoja yang kini
menyandang sebutan ‘Nyonya Wu’?” tanya balik Jessica.
Kris terkejut mendengar penuturan Jessica. ‘Bagaimana
bisa Jessica tahu apa yang ku fikirkan?’ batin Kris. “Sajangnim tidak perlu
khawatir. Saya sudah mengetahuinya dari berbagai sumber” seru Jessica sopan.
“Baiklah kalau begitu... aku tak perlu menjelaskannya lagi
padamu” ujar Kris lemas. Ia lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan
Jessica. Jessica menatap punggung Kris yang kemudian hilang terhalang pintu
ruangannya. Ia mendudukkan tubuhnya di kursi dan memejamkan mata sejenak.
“Mianhae... aku tak ingin menyakiti yeoja yang
sekarang menjadi istrimu itu. Siapapun yeoja itu, aku harap dia bisa
mencintaimu lebih baik dariku dan dia bahagia bersamamu. Belum saatnya
kebenaran itu terungkap, Kris. Tapi aku berjanji akan mengungkapnya suatu saat
nanti” gumam Jessica lalu ia mengeluarkan peralatan gambarnya dan menggambar
sketsa gaun di sebuah kertas putih.
TBC
Author's Note : Gimana? bagus atau nggak? please, comment yaa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar