G R E E T I N G © 2014

안녕하세요~~

Blog ini khusus menyediakan berbagai Fan Fiction dengan EXO sebagai Main Cast-nya.
Please, Be Enjoy, Be Honest, Be Creatives and Be Yourself in Here :D

Royal Ices' and Acardians' House (Kris-Jessica & Kai-Krystal)

-JUNG SISTERS FEAT. THE ALIEN BROTHERS-

Part of This Blog :


~HAVE A CHEERFULL MARCH WITH LAY AND IU~

감사합니다 J J

Sabtu, 18 Januari 2014

[SERIES] You Look Like A 'Tinkerbell' Chapter 2


Title                        : ‘You Look Like a TINKERBELL’ Chapter 2

Sub-Title                                : ‘Love is D’nD (Difficult and Different)’

Author                   : ChocoHeaven0510 (T : @nahyabintan_)

Main Cast               :
Kim Joon Myun
Kang Min Kyung

Other Cast             :
Hwang Mi Hyun [OC]
Park Soo Rin [OC]
Kim Jong In
Tn. dan Ny. Kim
(Akan bertambah...)

Rating : G/T (13+)

Genre : Romance, Friendship, School life, Happy

Desclaimer : The casts are not mine except OCs. The main idea and this fanfiction are mine so, do not claim this is yours. The casts belong to SM Ent. and LOEN Ent.

Author's Note : Annyeong~~ aku bawa lanjutan YLLAT *singkatan :p .. hehe~~ karena genre FF ini nggak sedih, jadi FF ini sesuai banget sama suasana aku yang lagi seneng.. Setelah baca, comment yaa^^

Poster by HEPIDIANA (thanks banget eon~~ udah dibikinin posternya :)

Summary :

Makhluk mungil namun mempunyai banyak kelebihan
Berani, Kreatif dan Berbakat
Kurasa sebutan itu pantas bagi dirimu yang sempurna dimataku
Sebutanmu bagiku adalah TINKERBELL-ku

Back Sound :

1)       SNSD – Tinkerbell
2)       SHINee – Replay (Noona neomu yeppo)

#PREVIEW LAST PART#

Jawaban Joonmyun dibalas sahutan ‘oh’ berkali-kali dari Minkyung. Mereka berdua lagi-lagi tenggelam dalam khayalan masing-masing. Sampai akhirnya sebuah suara terdengar nyaring di telinga mereka masing-masing.

“Joonmyun! Kim Joonmyun!”

Joonmyun yang merasa namanya dipanggil menoleh kearah suara. Setelah ia mengetahui siapa yang memanggilnya senyumnya langsung terbentuk indah melalui sudut bibirnya.

“Noona...”

Minkyung yang terlihat bingung mengikuti arah pandangan Joonmyun. Ia melihat seorang yeoja sedang berjalan serta melambaikan tangan kanannya.

“Nuguya?...”

~STORY BEGIN’s~
Still same place...

Kini ada 3 orang yang duduk berbincang di sekitar meja restoran itu. Sebenarnya mungkin hanya bisa dikatakan hanya 2 orang saja. entah seorang diantara mereka hanya terfokus pada makanan yang tersedia dan sama sekali tidak tertarik dengan obrolan kedua orang yang berada disekitarnya.

“Siapa yeoja disampingmu, Joonmyun-ah? Yeojachingu-mu?” tanya sang yeoja yang sedari tadi mengobrol dengan Joonmyun. Mendengar pertanyaan yeoja itu, seketika Joonmyun dan Minkyung –yang tidak ikut mengobrol- kaget. Bahkan Minkyung harus menahan mulutnya agar tidak menyemburkan minuman yang ia minum.

“ANIYO!” sentak Joonmyun dan Minkyung hampir bersamaan. Yeoja yang berada dihadapan Joonmyun dan Minkyung spontan menutup telinganya. Joonmyun dan Minkyung-pun saling melempar tatapan keheranan.

Yeoja itu menurunkan kembali kedua telapak tangannya yang ia gunakan untuk menutup telinga saat ia melihat suasana yang agak merenggang, “Apa kalian ikut tim bernyanyi disekolah kalian? Suara kalian benar-benar melengking dengan octave tertinggi di telingaku!”

“Mianhae Mihyun noona... aku tidak bermaksud menulikan telinga noona, aku hanya terkejut mendengar ucapan noona yang tiba-tiba” ucap Joonmyun meminta maaf dengan sangat sopan. Minkyung hanya menatap sebal Joonmyun sambil mendengus pelan.

“Ne, gwaenchanayo... ngomong-ngomong, yeoja ini siapa?”

“Dia hoobae-ku saat di sekolah, namanya Minkyung” sahut Joonmyun lemas. Minkyung terlihat tersenyum membalas tatapan Mihyun, “Kang Minkyung imnida”

“Hwang Mihyun imnida. Sepertinya, kau lebih muda dariku. Kalau kau mau, kau bisa memanggilku ‘eonnie’” balas Mihyun ramah. Minkyung tersenyum sambil mengangguk membalas perkataan Mihyun.

“Noona, kapan kau pulang? Kenapa baru menemuiku sekarang?” sahut Joonmyun berusaha mengalihkan pembicaraan.

Mihyun mengalihkan tatapannya pada Joonmyun, “Oh... aku tiba di Korea dua hari yang lalu. Aku juga sempat ke Jepang sebelum aku kesini, mengurus sedikit pekerjaan disana. Oh ya, disana aku bertemu Yeonwoo dan dia menitipkan salam untukmu”. Joonmyun melebarkan kedua bola matanya, “Jinjayo? Berarti kau juga bertemu dengan Byul? Bagaimana keadaannya?”

“Ish.. kau ini bukannya mengkhawatirkan dongsaengmu tapi malah mengkhawatirkan anjingmu! Jangan khawatir, Yeonwoo menjaga anjingmu itu dengan baik. Dan satu lagi, berhenti memanggilku dengan sebutan ‘Noona’ walaupun aku satu tingkat diatasmu! Kita seumuran, Joonmyun-ah. Jadi, jangan memanggilku dengan sebutan itu. Kau membuatku sedikit lebih tua dihadapan Minkyung” balas Mihyun sedikit tak terima.

Tiba-tiba dering ponsel menyeruak mengganggu obrolan hangat Mihyun, Joonmyun dan Minkyung (yang sebenarnya tidak ikut mengobrol). Mihyun merogoh tas selempangnya dan mengambil ponsel yang dari tadi tak bisa diam untuk minta dijawab. Sejenak Mihyun menghentikan obrolannya dan melihat layar ponselnya yang menampilkan sebuah ID. Ia langsung menyentuh bagian yang berwarna hijau dan mendekatkan ponsel itu ke daun telinganya.

“Yoboseyo?”
“....”
“Oh, aku sedang menemui temanku dikawasan Myeongdong. Waeyo?”
“....”
“Ah mianhaeyo. Aku lupa. Aku akan segera kesana”
“....”
“Nde... annyeong~”

Mihyun mematikan ponselnya dan memasukkan benda itu ke dalam tas selempang warna biru miliknya.

“Tadi siapa yang menelepon?” tanya Joonmyun.

“Oh, itu manager-ku. Hari ini ternyata aku ada pemotretan. Aku harus segera pergi. Annyeong~” sahut Mihyun pamit pada Joonmyun dan Minkyung.

Setelah Mihyun pergi, suasana sepi dan canggung kini hadir ditengah-tengah Joonmyun dan Minkyung. Minkyung yang kini sudah selesai menyantap makanannya memperhatikan Joonmyun yang terdiam.

“Kenapa kau tak memakan makananmu? Kau tidak lapar?” tanya Minkyung terlihat perhatian pada Joonmyun. Joonmyun mengangkat dagunya dan menatap Minkyung, “Aku tidak lapar, Kyung-ah. Untukmu saja”

“Aku sudah sangat kenyang, Joon. Kau belum makan dari tadi siang. Kau pasti lapar. Makanlah” ujar Minkyung. Namun, Joonmyun masih tak bergerak sedikitpun untuk menyentuh makanan di depannya.

“Apa aku harus ke toilet dulu untuk bisa membuatmu makan dengan tenang? Atau, aku harus menyuapimu?” sahut Minkyung berusaha membujuk sekaligus menggoda Joonmyun. Joonmyun seketika melebarkan kedua kelopak matanya mendengar ucapan Minkyung.

“Mungkin kau bisa mengabulkan penawaranmu yang kedua”

Minkyung tersenyum dan menyuapkan sesendok nasi ke mulut Joonmyun. Joonmyun menerimanya dengan senang hati. Ia begitu mengharapkan momen-momen romantis bersama Minkyung. Selama ini, ia dan Minkyung memang hanya seperti kucing dan tikus karena tidak mau mengalah satu sama lain. Tapi hari ini ia menemukan sisi lain dari seorang Kang Minkyung.

Saat Joonmyun dan Minkyung sedang asyik dengan kegiatan mereka sendiri, seseorang menghampiri mereka dan dilihat dari pakaian yang dikenakannya, orang itu pasti salah seorang pelayan di restoran itu.

“Permisi... maaf mengganggu waktu kalian berdua. Kami dari pihak restoran sedang mengadakan sebuah promosi untuk para pasangan teromantis di restoran ini. Malam ini, kami memilih kalian sebagai pasangan teromantis di sini. Untuk pasangan teromantis akan mendapatkan dessert khusus dan tentu saja gratis dari restoran kami” sahut pelayan wanita itu panjang-lebar. Joonmyun dan Minkyung hanya bertatapan heran melihat pelayan itu memindahkan dessert yang berada di tangannya ke atas meja.

“Jwesonghaeyo... apa semua dessert itu untuk kami?” tanya Joonmyun pada pelayan itu. Pelayan itu tersenyum, “Ne, ini hadiah khusus dari restoran kami. Selamat menikmati”. Pelayan itupun meninggalkan meja Joonmyun dan Minkyung. Mereka berdua kini menatap dessert yang berada di depannya. Sebuah chocolate cake dan dua buah ice cream mocca dan green tea kini berada di hadapan mereka.

“Kenapa mereka memberikan dessert ini untuk kita?” ujar Minkyung polos. Joonmyun mengambil sebuah sendok kecil dan memotong sedikit bagian pojok kue. Ia lalu menyuapkannya pada Minkyung.

“Kata pelayan itu, restoran ini sedang mengadakan promosi untuk para pasangan dan kita terpilih sebagai ‘Pasangan Teromantis’ malam ini” balas Joonmyun. Minkyung mengangguk-anggukan kepalanya, “Pelayan itu tertipu! Kenapa dia bisa mengira kalau kita ini pasangan?”

Joonmyun tersentak. Dia tak bisa berpikir normal sejak Minkyung menyuapinya tadi. Tadinya ia benar-benar merasa bahwa Minkyung adalah kekasihnya, miliknya. Namun, setelah Minkyung berbicara seperti itu dia benar-benar tersadar dan kembali pada sifat awalnya. Ia hanya tersenyum tipis membalas perkataan Minkyung.

Minkyung mengulurkan tangan kanannya memegang sendok yang penuh dengan gumpalan berwarna hijau pucat, “cobalah! Ini rasa green tea. Aku tak bisa menjamin kau menyukainya”

Joonmyun membuka mulutnya dan mencicipi ice cream rasa green tea yang Minkyung suapkan padanya. Ia merasakan lumeran ice cream green tea di mulutnya. “Otte? Mashitayo?” tanya Minkyung.

“Ne, mashita! Tapi, ice cream ini tidak terlalu manis rasanya. Hanya sedikit pahit saat hendak ditelan” komentar Joonmyun. Minkyung juga menyuapkan sesendok ice cream green tea ke mulutnya. Ia terlihat sangat menikmatinya.

“Kau menyukai rasa ice cream itu?”

Minkyung mengangguk semangat. Melihat tingkah Minkyung yang kekanakan itu membuat Joonmyun gemas. Ia berusaha mati-matian untu tidak mencubit hidung Minkyung. Akhirnya, ia memutuskan untuk berkonsentrasi saja memakan ice cream mocca-nya.

Setelah kurang lebih lima belas menit waktu untuk menghabiskan dessert, Joonmyun dan Minkyung-pun berjalan ke kasir.

“Joon! Hari ini kau yang mentraktirku kan?” tanya Minkyung memastikan. Joonmyun mengangguk dan mengeluarkan dompetnya. Minkyung terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Joonmyun, “Black Card? Kau kau akan membayar semuanya menggunakan Black Card?”

“Ne.. karena eomma akan pergi ke luar negeri dengan waktu yang tidak bisa ditentukan, maka semua kartu ATM-ku akan dicabut kecuali Black Card. Itu sudah menjadi kebiasaan eomma saat pergi ke Jepang menemui Yeonwoo atau mengikuti Appa menemui client-nya di luar negeri. Ia terlalu khawatir kalau aku terlalu banyak menghamburkan uang” jelas Joonmyun. Ia lalu menyerahkan Black Card-nya pada kasir. “Setelah ini kau mau kemana?”

“Lebih baik kita pulang. Pasti ahjumma akan khawatir jika kita pulang terlalu larut. Aku juga hanya mengajakmu untuk makan kan?” sahut Minkyung. Joonmyun mengangguk dan mengambil kembali Black Card-nya dari kasir.  Mereka berjalan keluar dari restoran itu. Saat perjalanan menuju mobil, mereka mampir sebentar ke kedai cemilan untuk membeli ddeokbokki.

Sesampainya di parkiran, Joonmyun dan Minkyung langsung memasuki mobil dan keluar dari parkiran. Mereka melenggang bebas di jalanan kota Seoul yang begitu ramai sambil menikmati waktu.

***
Kim’s House, Gangnam-gu, Seoul, South Korea

Setelah kurang lebih 20 menit menempuh perjalanan dari Myeongdong menuju rumah Joonmyun, mereka keluar dari mobil dan berjalan masuk memasuki rumah mewah bergaya campuran eropa modern itu. Kini, suasana keduanya agak berbeda. Mereka terlihat akrab dan bersahabat satu sama lain.

“Wah wah~ sepertinya, kalian berdua sudah akrab” sahut Nyonya Kim tiba-tiba. Joonmyun dan Minkyung yang sedang berbincang ringan seketika menoleh ke arah suara. Nyonya Kim mendekat pada Minkyung dan Joonmyun.

“Annyeonghaseo ahjumma”

“Ne... sepertinya kalian baru saja pulang dari jalan-jalan” sahut Nyonya Kim. “Aniyo eomma. Aku hanya mengajak Minkyung makan malam diluar dan setelah itu kami pulang. Itu saja!” balas Jonnmyun.

“Ne arra. Dan kalian sudah berdamai?” tanya Nyonya Kim. Minkyung hanya tersenyum, “Aniyo ahjumma. Kami tidak bertengkar. Kejadian tadi siang itu bukan kejadian pertengkaran. Itu hanya kesalahpahaman saja”

“Ne, baiklah jika memang begitu. Oh ya, besok aku sudah harus berangkat ke Jepang sekitar jam sepuluh pagi. Dan melihat kalian sudah tidak bertengkar lagi, aku jadi tenang meninggalkan kalian. Hari sudah malam, cepat masuk ke kamar kalian masing-masing! Kalian pasti lelah” sahut Nyonya Kim yang di ‘iya’kan oleh Joonmyun dan Minkyung. Mereka berdua-pun membungkukkan badan pada Nyonya Kim dan menaiki tangga lantai dua.

“Joon-ie oppa... kamsahaeyo...” seru lirih Minkyung pada Joonmyun. Joonmyun masih bisa mendengar ucapan Minkyung yang terdengar lirih. Joonmyun tersenyum lalu mengulurkan tangan kanannya dari saku celana untuk mengelus lembut rambut Minkyung, “Ne.. masuklah dan cepat tidur... jaljayo”

Minkyung mengangguk dan membungkuk pada Joonmyun. Ia lalu memasuki kamar barunya dengan perasaan gembira. Entah kenapa sekarang ia menjadi sangat nyaman berada didekat Joonmyun.

“Sekarang aku tahu, kenapa kau menjadi namja yang selalu diidam-idamkan oleh para yeoja di sekolah, oppa. Karena kau selalu membuat bahagia yeoja yang berada didekatmu” ujar Minkyung ber’monolog’ ria. Ia mulai memejamkan matanya dan terlelap dalam mimpi.

***

Sinar matahari menyelinap masuk ke sebuah kamar berwarna dominan cokelat dan putih. Deringan alarm jam weker seketika membangunkan sang pemilik kamar. Gundukan selimut yang bermotif daun maple saat musim gugur perlahan bergerak menampilkan wajah tampan pemilik kamar itu. Ia mengumpulkan kesadarannya yang baru setengah dan mematikan jam weker yang sejak tadi terus bernyanyi minta dimatikan.

Namja tampan itu langsung menarik kedua lengannya dan merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Ia lalu mengambil handuk yang tersampir di sebelah almari pakaiannya dan memasuki kamar mandi.

Hal yang sama juga dilakukan oleh sesorang yang berada di sebelah kamarnya. Kamar yang di dominasi warna biru langit dan warna merah muda itu. Hanya saja, yeoja yang bernama Minkyung yang merupakan pemilik kamar itu sudah siap dengan pakaian seragam yang di lengkapi blazzer tanpa lengan dengan rok motif kotak-kotak sampai selutut. Yeoja itu masih berputar-putar didepan cermin untuk memastikan penampilannya sudah sempurna dan tanpa kurang suatu apapun. Setelah ia rasa cukup sempurna, ia meraih tas sekolahnya dan dan keluar dari kamarnya.

Saat Minkyung keluar dari kamarnya bertepatan dengan Joonmyun yang juga keluar dari kamarnya yang persis di sebelah kamar Minkyung.

“Annyeonghaseo Joon oppa” sapa Minkyung ceria. Joonmyun sedikit kaget tapi berusaha menyembunyikannya dengan sikap dingin yang terpancar di dalam dirinya. Joonmyun lalu melangkahkan kakinya tanpa mempedulikan Minkyung yang menatap bingung sikapnya.

“Kenapa dia jadi berubah lagi? apa yang salah denganku?” sahut Minkyung lalu memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah. “Tak ada yang salah dengan diriku” gumamnya. Ia segera menghapus semua fikiran buruknya dan berjalan menuju lantai bawah.

“Minkyung-ah...”

Minkyung tersenyum kepada seseorang yang memanggil namanya, “Ahjussi... Annyeonghaseo”

Pria paruh baya yang memanggil Minkyung adalah Tuan Kim, Ayah dari Joonmyun. Tuan Kim lalu mengibas-ibaskan tangan kanannya seakan mengajak Minkyung untuk mendekat.

“Ahjussi, ahjumma eodisseoyo?” tanya Minkyung yang melihat hanya Tuan Kim dan Joonmyun saja berada di ruang makan. Tuan Kim tersenyum, “Istriku pergi lebih dulu. walaupun penerbangannya jam sepuluh, tapi tiba-tiba ada beberapa kendala. Ia pergi untuk mengurus itu”

Minkyung hanya mengangguk. Ia lalu menatap Joonmyun yang sedang sibuk memakan roti selainya. Minkyung lalu duduk dan mengambil selembar roti dan mengolesinya dengan selai stroberi.

“Oh ya... kalian sudah tahu kan kalau kalian hanya akan berdua dirumah ini” ujar Tuan Kim. Minkyung tersenyum dan mengangguk sementara Joonmyun tak mempedulikan apapun dan tetap memakan rotinya yang masih tersisa ¼ bagian itu.

“Aku sudah selesai. Aku pergi dulu, abeoji” pamit Joonmyun lalu dengan cepat menyambar tas sekolahnya yang berada di kursi sebelah. “Chamkanman Joon!” cegah Tuan Kim.

“Kau tidak berangkat bersama Minkyung?”

Minkyung tiba-tiba menghentikan acara makannya sementara Joonmyun memandang abeoji-nya datar. “Bukankah dia selalu diantar supir? Apa artinya selama dia tinggal disini aku menjadi supirnya?” ujar Joonmyun keberatan.

“Kau ini! Karena Minkyung akan tinggal disini, ia hanya akan bersamamu. Supir keluarga Kang sudah diberi cuti setelah eomma dan appa Minkyung pergi ke New York. Jadi, kamulah yang punya kewajiban menjaga Minkyung. Kau ini kan namja...” balas Tuan Kim. Joonmyun menghembuskan nafasnya berat serta sedikit menggertakkan giginya. Ia pasti tidak bisa membantah semua ucapan abeoji-nya.

“Minkyung-ah, palliwa!”

Minkyung mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Ia terkejut. Cepat-cepat ia menghabiskan rotinya yang baru ia makan ¼ bagian.

“Yak Joon! Kau ingin melihat Minkyung tersedak, huh? Bisakah kau lebih sabar?” omel Tuan Kim.

“Ahjussi, jangan memarahi Joonmyun oppa. Aku baik-baik saja. aku pergi dulu, ahjussi. Annyeongi gyeseyo” sahut Minkyung pamit lalu berjalan cepat menyusul Joonmyun.


***
Kyungha Seoul National Senior High School

Mereka berdua –Joonmyun & Minkyung- tiba di sekolah. Tampaknya, suasana hati Joonmyun sedang tidak bagus. Minkyung tak tahu menahu apa penyebab suasana hati Joonmyun begitu berantakan seperti ini. Atau, apa setiap pagi Joonmyun selalu seperti ini? Ah, mollayo.

“Cepatlah masuk ke kelasmu!” titah Joonmyun pada Minkyung. Minkyung mengangguk, “Ne.. Mianhaeyo, aku mungkin sudah membuat pagi harimu buruk dengan kehadiranku. Annyeongi gyeseo”

Minkyung berjalan menjauhi Joonmyun yang masih memandangi punggungnya yang semakin lama semakin jauh. Joonmyun menghembuskan nafasnya berat, “Apa aku terlalu menyakitimu, Kyung-ah? Kau tak seharusnya meminta maaf. Justru aku yang harus meminta maaf padamu. Mianhae...”. Joonmyun meneruskan langkahnya melewati koridor disambut tatapan-tatapan para yeoja yang terpesona melihatnya.

“Joon-ah!...” teriak seorang namja yang merupakan sahabat dekat Joonmyun dan juga salah satu sunbae tertampan di sekolah ini. Joonmyun menoleh dan mendapati Jongin yang berlari menghampirinya. Mereka lalu melenggang meneruskan langkah menuju kelas dengan diiringi tatapan terpesona dari yeoja yang berjejer melihat kedua namja tampan tersebut.

***

Minkyung berjalan gontai menuju ke kelasnya. Sesampainya disana, seperti biasa, Soorin akan menyapanya. Tapi, hari ini justru Minkyung tak merespon hal yang Soorin lakukan. Yeoja itu sedikit heran dengan perilaku sahabat dekatnya sejak masuk sekolah itu.

“Kyung-ah, gwaenchana haseyo?”

Minkyung mengerjapkan kedua matanya. Ia baru menyadari bahwa Soorin tengah berada disampingnya dengan wajah heran. “N-nde, Soorin-ah?”

“Yak! Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau tidak begitu bersemangat hari ini? Kau sakit?” tanya Soorin bertubi-tubi. “Bisakah kau diam? Aku sedang tidak ingin mengeluarkan suara, Rin-ah... aku tidak sakit” jawab Minkyung malas.

“Ne arraseo, aku tak akan mengganggumu. Tapi, bolehkah aku melihat buku bahasa Inggrismu. Aku ingin mengecek apakah jawabanku sudah benar sebelum di kumpulkan nanti” sahut Soorin. Minkyung membuka tasnya dan mengambil buku bahasa Inggrisnya dengan terpaksa. Jika saja Soorin tidak menolongnya saat pelajaran sains, pasti ia tak akan mau berbagi jawaban dengan Soorin.

“Gomawo~” ucap Soorin ketika Minkyung menyerahkan buku bahasa Inggrisnya. Setelah memberikan buku bahasa Inggrisnya, Minkyung kembali terdiam. Soorin sedang tidak merespon kegiatannya karena terlalu terfokus dengan PR bahasa Inggrisnya. Minkyung sebenarnya ingin bercerita banyak hal pada Soorin. Namun, ia urungkan karena ia melihat Soorin terlalu sibuk dengan PR-nya.

***

Sepulang sekolah...

Minkyung memang sedang tidak dalam mood baik hari ini. Hari ini, suasana pagi terlalu suram baginya. Ia juga baru teringat akan tugas kelompok yang diberikan Jung Songsaengnim padanya dan Soorin yang satu kelompok dengannya. Pulang sekolah, ia harus berada di rumah Soorin untuk mengerjakan tugas itu.

“Minkyung-ah, Kajja!”

“Chamkanmaniyo...” cegah Minkyung. Ia lalu mengeluarkan ponselnya dan mengetik sebuah pesan pada seseorang yang pasti akan menunggunya untuk pulang bersama. Siapa lagi kalau bukan Joonmyun.

To : Kim Joon-ie oppa
From : Minkyung

‘Oppa, apa kau menungguku? Mianhae, aku lupa memberitahumu jika hari ini aku ada tugas kelompok bersama Soorin dirumahnya. Kau tak perlu mengantarku apalagi menjemputku. Aku tidak mau merepotkanmu. Lebih baik kau pulang saja dulu. Sekali lagi, mianhae untuk peristiwa tadi pagi’

Minkyung menekan tombol ‘send’ dan setelah ia memastikan pesan itu terkirim, ia menggandeng lengan Soorin yang terjulur, “Kajja!”. Mereka berduapun melenggang keluar dari area sekolah.

***

Joonmyun merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam loker miliknya. Disebelahnya, Jongin berdiri dengan sebuah buku bacaan dan headphone warna biru tua yang menggantung dilehernya.

“Jongin-ah, apa hari ini kau tak mengantar pulang Soorin? Kenapa kau masih disini?” tanya Joonmyun heran. Biasanya, setiap pulang sekolah, Jongin akan langsung pergi ke kelas Soorin dan mengajaknya pulang. Namun, hari ini Jongin justru terus bersama-sama dengannya sampai pulang sekolah.

“Oh, Soorin memintaku untuk tidak mengantarkannya pulang karena ia akan mengerjakan tugas kelompok bersama temannya” balas Jongin seketika ia menutup bukunya. Tiba-tiba, Joonmyun merasa bahwa ponselnya bergetar. Ternyata sebuah pesan dari Minkyung-lah yang membuat ponselnya bergetar.

To : Joonmyun
From : My Minkyung

‘Oppa, apa kau menungguku? Mianhae, aku lupa memberitahumu jika hari ini aku ada tugas kelompok bersama Soorin dirumahnya. Kau tak perlu mengantarku apalagi menjemputku. Aku tidak mau merepotkanmu. Lebih baik kau pulang saja dulu. Sekali lagi, mianhae untuk peristiwa tadi pagi’

Joonmyun mendesah berat. Ia lalu menatap Jongin yang masih memperhatikannya. “Kai-ah! Apa hari ini kau punya acara?” tanya Joonmyun pada Jongin. Kai adalah nama yang biasa Joonmyun ucapkan ketika ia sedang  membujuk Jongin atau sedang dalam perasaan senang.

Jongin menggeleng, “Eobseoyo... aku sedang tidak ada kegiatan apapun untuk dilakukan”

“Bagaimana jika aku bermain dirumahmu kali ini? Sudah lama bukan kita tidak bertanding PS bersama? Apa kau punya CD game baru?” tanya Joonmyun sambil merangkul Jongin gembira. Jongin terihat heran dengan perubahan wajah Joonmyun yang mendadak sejak mendapat pesan tadi.

“Kau aneh sekali, Joon. Perubahan ekspresimu cepat sekali sejak mendapat pesan tadi. Memangnya, kau tidak mengantar pulang Minkyung, heum?” tanya Jongin heran. Joonmyun lalu menatap Jongin, “Hari ini aku bebas dari dia. Bagaimana?”

Jongin berpikir beberapa detik sebelum menyetujui permintaan Joonmyun, “Geurae... Kajja!”

***

Minkyung dan Soorin mengerjakan tugas kelompok dengan serius sehingga tugas itu cepat selesai. Tugas itu begitu melelahkan untuk bisa diselesaikan dalam waktu 3 jam sejak mereka pulang sekolah.

“Soorin-ah, karena tugas sudah selesai, aku pulang dulu ne?” kata Minkyung sambil merapikan buku-buku beserta alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas. Soorin juga merapikan buku-bukunya dan menaruhnya keatas meja belajarnya, “Kenapa kau pulang dulu? Kau sepertinya terburu-buru sekali”

“Ne, aku memang sedang terburu-buru. Ada suatu hal yang tak bisa ku tinggalkan... aku harus pulang cepat hari ini” sahut Minkyung. Soorin menengadahkan wajahnya dan melihat kearah jendela, “Kyung-ie... diluar masih hujan. Apa kau masih mau pulang dengan suasana hujan diluar?”

Minkyung mengikuti arah tatapan Soorin yang mengarah di jendela kamar Soorin, “Kau benar, diluar masih hujan. Tapi, tetap saja aku harus pulang secepatnya. Kau tenang saja, aku tidak akan sampai kehujanan. Aku akan pulang naik taksi”

“Tapi tetap saja kau akan kedinginan, Kyung-ah! Semua baju hangatku dan jaketku sedang dicuci. Mian, aku tidak bisa meminjamkannya padamu” sahut lemas Soorin. Minkyung tersenyum lembut, “Gwaenchanha, aku tak akan kedinginan. Aku pulang dulu ne? Annyeong!”

“Ne, annyeong! Hati-hati dijalan!” balas Soorin.

***

Sementara itu di tempat lain, Joonmyun dan Jongin sedang asyik bermain PS di rumah Jongin. Karena kesibukan mereka sebagai kelas senior dan kegiatan tambahan belajar, mereka jadi kekurangan waktu bermain seperti ini.

“Yak, yak, yah~ aku kalah lagi! aahh, aku menyerah!” sahut Joonmyun frustasi. Ia sudah kalah 4 kali dari Jongin. Sementara Jongin tersenyum meremehkan.

“Joon-ah! Kau tahu? Mungkin jika hanya dalam pelajaran saja, kau bisa dengan mudah mengalahkanku. Jika dalam hal ini, aku lebih unggul darimu” ujar Jongin menyombongkan diri. Joonmyun hanya mendecakan lidahnya menanggapi perkataan Jongin.

“Ne, arrayo!”

Senyum Jongin semakin mengembang taatkala Joonmyun memujinya. “Jongin-ah, aku harus pulang dulu” ucap Jonnmyun lalu mengambil tasnya yang berada di atas ranjang Jongin.

“Kau benar-benar ingin pulang? Diluar masih hujan, Joon!” seru Jongin mengingatkan. “Kau tak ingat? Aku bawa mobil. Kau tak perlu mengkhawatirkanku” balas Joonmyun.

“Oh, baiklah kalau begitu. Hati-hati...”

***

Minkyung sudah pulang sejak satu setengah jam lalu. Namun, ia masih belum bisa masuk kerumah Joonmyun lantaran kunci rumah itu ada ditangan Joonmyun. Bajunya yang hampir seluruhnya basah termasuk blazzer yang menutupi seragamnya. Ditambah lagi, hujan yang terus saja mengguyur disertai angin yang sedikit kencang membuatnya harus menahan dinginnya udara. Bibirnya mulai memucat dan bergetar berusaha menahan dingin. Kedua telapak tangannyapun digosok-gosokkan berulang-ulang kali untuk menciptakan suasana hangat di seluruh tubuhnya.

Ia berkali-kali menelepon Joonmyun. Namun tetap saja, ia hanya selalu mendengar suara operator yang mengatakan bahwa nomor yang ia tuju sedang tidak aktif.

“Joon oppa, dimana kau sekarang?” gumamnya. Ia lalu duduk di tangga dan mulai menyandarkan kepalanya di dinding. Kedua tangannya melingkari tubuhnya berusaha memeluk dirinya sendiri untuk sedikit mengurangi hawa dingin yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia merasa kepalanya sedikit merasa pening dan pandangannya mulai mengabur.

Tak lama berselang, sebuah mobil memasuki halaman rumah. Mobil itu dapat dipastikan dikendarai oleh Joonmyun. Mobil itu berhenti tepat di depan Minkyung yang sedang duduk di tangga depan rumah. Joonmyun cepat-cepat keluar dari mobilnya dan langsung berlari ke arah Minkyung.

“Kyung-ah, kenapa kau tidak masuk?”

“Rumah terkunci. Mungkin, Kwon ahjumma sedang berbelanja. Jadinya rumah dikunci. Sedangkan aku tak punya kunci rumah ini” ungkap Minkyung masih menahan dingin. Dari nada ucapannya saja sudah dapat disimpulkan kalau Minkyung kedinginan.

Joonmyun menatap Minkyung khawatir. Ia melihat beberapa sisi di bibir Minkyung telah berubah warna menjadi kebiru-biruan, “Kyung-ah, gwaenchanha?”. Minkyung tersenyum dan mengangguk lemah, “Ne, gwaenchanhayo oppa...”

“Ayo cepat masuk! Diluar dingin” ujar Joonmyun. Namja itu lebih dulu berjalan dan diikuti Minkyung dari belakang. Minkyung berjalan sempoyongan sambil terus memegang kepalanya. Rasa pusingnya semakin menjadi-jadi.

Setelah pintu terbuka, Joonmyun masuk terlebih dahulu disusul Minkyung. Minkyung sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi. Perlahan pandangannya mulai memudar dan ia pingsan tak sadarkan diri. Joonmyun yang berada beberapa langkah didepan Minkyung mendengar sebuah suara yang ia yakini berasal dari sisi belakang. Ia lalu menengok kearah belakang tubuhnya dan melihat Minkyung sudah tergeletak pingsan. Ia begitu terkejut dan langsung menghampiri Minkyung yang sudah tak sadarkan diri itu dengan panik.

“Minkyung-ah, Ireona! Minkyung-ah!” seru Joonmyun panik dan terus menerus memanggil nama Minkyung. Ia lalu membopong Minkyung menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamarnya sendiri yang berada di lantai dua rumahnya. Ia juga merasakan suhu tubuh Minkyung yang tinggi dan sesegera mungkin membuat Minkyung menjadi hangat.


TBC

kemungkinan, kelanjutan FF ini akan di post setelah 'Back in Time' chapter 3 di post. karena kita akan memasuki bulan februari, maka aku siapin FF buat valentine. tetap menunggu dulu yaa...

Pai Pai~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar