Title :
‘You Look Like a TINKERBELL’ Chapter 2
Sub-Title : ‘Love is D’nD (Difficult and
Different)’
Author : ChocoHeaven0510 (T :
@nahyabintan_)
Main Cast :
Kim Joon Myun
Kang Min Kyung
Other Cast :
Hwang Mi Hyun [OC]
Park Soo Rin [OC]
Kim Jong In
Tn. dan Ny. Kim
(Akan bertambah...)
Rating : G/T (13+)
Genre : Romance, Friendship, School
life, Happy
Desclaimer : The casts are not mine
except OCs. The main idea and this fanfiction are mine so, do not claim this is
yours. The casts belong to SM Ent. and LOEN Ent.
Author's Note : Annyeong~~ aku bawa lanjutan YLLAT *singkatan :p .. hehe~~ karena genre FF ini nggak sedih, jadi FF ini sesuai banget sama suasana aku yang lagi seneng.. Setelah baca, comment yaa^^
Poster by HEPIDIANA (thanks banget eon~~ udah dibikinin posternya :)
Summary :
Makhluk mungil namun
mempunyai banyak kelebihan
Berani, Kreatif dan
Berbakat
Kurasa sebutan itu
pantas bagi dirimu yang sempurna dimataku
Sebutanmu bagiku
adalah TINKERBELL-ku
Back Sound :
1) SNSD – Tinkerbell
2) SHINee – Replay (Noona neomu yeppo)
#PREVIEW LAST PART#
Jawaban Joonmyun
dibalas sahutan ‘oh’ berkali-kali dari Minkyung. Mereka berdua lagi-lagi
tenggelam dalam khayalan masing-masing. Sampai akhirnya sebuah suara terdengar
nyaring di telinga mereka masing-masing.
“Joonmyun! Kim
Joonmyun!”
Joonmyun yang merasa
namanya dipanggil menoleh kearah suara. Setelah ia mengetahui siapa yang
memanggilnya senyumnya langsung terbentuk indah melalui sudut bibirnya.
“Noona...”
Minkyung yang terlihat
bingung mengikuti arah pandangan Joonmyun. Ia melihat seorang yeoja sedang
berjalan serta melambaikan tangan kanannya.
“Nuguya?...”
~STORY BEGIN’s~
Still same place...
Kini ada 3
orang yang duduk berbincang di sekitar meja restoran itu. Sebenarnya mungkin
hanya bisa dikatakan hanya 2 orang saja. entah seorang diantara mereka hanya
terfokus pada makanan yang tersedia dan sama sekali tidak tertarik dengan
obrolan kedua orang yang berada disekitarnya.
“Siapa
yeoja disampingmu, Joonmyun-ah? Yeojachingu-mu?” tanya sang yeoja yang sedari
tadi mengobrol dengan Joonmyun. Mendengar pertanyaan yeoja itu, seketika
Joonmyun dan Minkyung –yang tidak ikut mengobrol- kaget. Bahkan Minkyung harus
menahan mulutnya agar tidak menyemburkan minuman yang ia minum.
“ANIYO!”
sentak Joonmyun dan Minkyung hampir bersamaan. Yeoja yang berada dihadapan
Joonmyun dan Minkyung spontan menutup telinganya. Joonmyun dan Minkyung-pun
saling melempar tatapan keheranan.
Yeoja itu
menurunkan kembali kedua telapak tangannya yang ia gunakan untuk menutup
telinga saat ia melihat suasana yang agak merenggang, “Apa kalian ikut tim
bernyanyi disekolah kalian? Suara kalian benar-benar melengking dengan octave tertinggi di telingaku!”
“Mianhae
Mihyun noona... aku tidak bermaksud menulikan telinga noona, aku hanya terkejut
mendengar ucapan noona yang tiba-tiba” ucap Joonmyun meminta maaf dengan sangat
sopan. Minkyung hanya menatap sebal Joonmyun sambil mendengus pelan.
“Ne,
gwaenchanayo... ngomong-ngomong, yeoja ini siapa?”
“Dia
hoobae-ku saat di sekolah, namanya Minkyung” sahut Joonmyun lemas. Minkyung terlihat
tersenyum membalas tatapan Mihyun, “Kang Minkyung imnida”
“Hwang
Mihyun imnida. Sepertinya, kau lebih muda dariku. Kalau kau mau, kau bisa
memanggilku ‘eonnie’” balas Mihyun ramah. Minkyung tersenyum sambil mengangguk
membalas perkataan Mihyun.
“Noona,
kapan kau pulang? Kenapa baru menemuiku sekarang?” sahut Joonmyun berusaha
mengalihkan pembicaraan.
Mihyun
mengalihkan tatapannya pada Joonmyun, “Oh... aku tiba di Korea dua hari yang
lalu. Aku juga sempat ke Jepang sebelum aku kesini, mengurus sedikit pekerjaan
disana. Oh ya, disana aku bertemu Yeonwoo dan dia menitipkan salam untukmu”.
Joonmyun melebarkan kedua bola matanya, “Jinjayo? Berarti kau juga bertemu
dengan Byul? Bagaimana keadaannya?”
“Ish.. kau
ini bukannya mengkhawatirkan dongsaengmu tapi malah mengkhawatirkan anjingmu! Jangan
khawatir, Yeonwoo menjaga anjingmu itu dengan baik. Dan satu lagi, berhenti
memanggilku dengan sebutan ‘Noona’ walaupun aku satu tingkat diatasmu! Kita seumuran,
Joonmyun-ah. Jadi, jangan memanggilku dengan sebutan itu. Kau membuatku sedikit
lebih tua dihadapan Minkyung” balas Mihyun sedikit tak terima.
Tiba-tiba
dering ponsel menyeruak mengganggu obrolan hangat Mihyun, Joonmyun dan Minkyung
(yang sebenarnya tidak ikut mengobrol). Mihyun merogoh tas selempangnya dan
mengambil ponsel yang dari tadi tak bisa diam untuk minta dijawab. Sejenak
Mihyun menghentikan obrolannya dan melihat layar ponselnya yang menampilkan
sebuah ID. Ia langsung menyentuh bagian yang berwarna hijau dan mendekatkan
ponsel itu ke daun telinganya.
“Yoboseyo?”
“....”
“Oh, aku
sedang menemui temanku dikawasan Myeongdong. Waeyo?”
“....”
“Ah
mianhaeyo. Aku lupa. Aku akan segera kesana”
“....”
“Nde...
annyeong~”
Mihyun
mematikan ponselnya dan memasukkan benda itu ke dalam tas selempang warna biru
miliknya.
“Tadi siapa
yang menelepon?” tanya Joonmyun.
“Oh, itu
manager-ku. Hari ini ternyata aku ada pemotretan. Aku harus segera pergi.
Annyeong~” sahut Mihyun pamit pada Joonmyun dan Minkyung.
Setelah
Mihyun pergi, suasana sepi dan canggung kini hadir ditengah-tengah Joonmyun dan
Minkyung. Minkyung yang kini sudah selesai menyantap makanannya memperhatikan
Joonmyun yang terdiam.
“Kenapa kau
tak memakan makananmu? Kau tidak lapar?” tanya Minkyung terlihat perhatian pada
Joonmyun. Joonmyun mengangkat dagunya dan menatap Minkyung, “Aku tidak lapar,
Kyung-ah. Untukmu saja”
“Aku sudah
sangat kenyang, Joon. Kau belum makan dari tadi siang. Kau pasti lapar.
Makanlah” ujar Minkyung. Namun, Joonmyun masih tak bergerak sedikitpun untuk
menyentuh makanan di depannya.
“Apa aku
harus ke toilet dulu untuk bisa membuatmu makan dengan tenang? Atau, aku harus
menyuapimu?” sahut Minkyung berusaha membujuk sekaligus menggoda Joonmyun.
Joonmyun seketika melebarkan kedua kelopak matanya mendengar ucapan Minkyung.
“Mungkin
kau bisa mengabulkan penawaranmu yang kedua”
Minkyung
tersenyum dan menyuapkan sesendok nasi ke mulut Joonmyun. Joonmyun menerimanya
dengan senang hati. Ia begitu mengharapkan momen-momen romantis bersama Minkyung.
Selama ini, ia dan Minkyung memang hanya seperti kucing dan tikus karena tidak
mau mengalah satu sama lain. Tapi hari ini ia menemukan sisi lain dari seorang
Kang Minkyung.
Saat
Joonmyun dan Minkyung sedang asyik dengan kegiatan mereka sendiri, seseorang
menghampiri mereka dan dilihat dari pakaian yang dikenakannya, orang itu pasti
salah seorang pelayan di restoran itu.
“Permisi...
maaf mengganggu waktu kalian berdua. Kami dari pihak restoran sedang mengadakan
sebuah promosi untuk para pasangan teromantis di restoran ini. Malam ini, kami
memilih kalian sebagai pasangan teromantis di sini. Untuk pasangan teromantis
akan mendapatkan dessert khusus dan
tentu saja gratis dari restoran kami” sahut pelayan wanita itu panjang-lebar.
Joonmyun dan Minkyung hanya bertatapan heran melihat pelayan itu memindahkan dessert yang berada di tangannya ke atas
meja.
“Jwesonghaeyo...
apa semua dessert itu untuk kami?”
tanya Joonmyun pada pelayan itu. Pelayan itu tersenyum, “Ne, ini hadiah khusus
dari restoran kami. Selamat menikmati”. Pelayan itupun meninggalkan meja
Joonmyun dan Minkyung. Mereka berdua kini menatap dessert yang berada di depannya. Sebuah chocolate cake dan dua buah ice
cream mocca dan green tea kini
berada di hadapan mereka.
“Kenapa
mereka memberikan dessert ini untuk
kita?” ujar Minkyung polos. Joonmyun mengambil sebuah sendok kecil dan memotong
sedikit bagian pojok kue. Ia lalu menyuapkannya pada Minkyung.
“Kata
pelayan itu, restoran ini sedang mengadakan promosi untuk para pasangan dan
kita terpilih sebagai ‘Pasangan Teromantis’ malam ini” balas Joonmyun. Minkyung
mengangguk-anggukan kepalanya, “Pelayan itu tertipu! Kenapa dia bisa mengira
kalau kita ini pasangan?”
Joonmyun
tersentak. Dia tak bisa berpikir normal sejak Minkyung menyuapinya tadi.
Tadinya ia benar-benar merasa bahwa Minkyung adalah kekasihnya, miliknya.
Namun, setelah Minkyung berbicara seperti itu dia benar-benar tersadar dan
kembali pada sifat awalnya. Ia hanya tersenyum tipis membalas perkataan
Minkyung.
Minkyung
mengulurkan tangan kanannya memegang sendok yang penuh dengan gumpalan berwarna
hijau pucat, “cobalah! Ini rasa green tea.
Aku tak bisa menjamin kau menyukainya”
Joonmyun
membuka mulutnya dan mencicipi ice cream
rasa green tea yang Minkyung suapkan
padanya. Ia merasakan lumeran ice cream
green tea di mulutnya. “Otte? Mashitayo?” tanya Minkyung.
“Ne,
mashita! Tapi, ice cream ini tidak
terlalu manis rasanya. Hanya sedikit pahit saat hendak ditelan” komentar
Joonmyun. Minkyung juga menyuapkan sesendok ice
cream green tea ke mulutnya. Ia terlihat sangat menikmatinya.
“Kau
menyukai rasa ice cream itu?”
Minkyung
mengangguk semangat. Melihat tingkah Minkyung yang kekanakan itu membuat
Joonmyun gemas. Ia berusaha mati-matian untu tidak mencubit hidung Minkyung.
Akhirnya, ia memutuskan untuk berkonsentrasi saja memakan ice cream mocca-nya.
Setelah
kurang lebih lima belas menit waktu untuk menghabiskan dessert, Joonmyun dan Minkyung-pun berjalan ke kasir.
“Joon! Hari
ini kau yang mentraktirku kan?” tanya Minkyung memastikan. Joonmyun mengangguk
dan mengeluarkan dompetnya. Minkyung terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh
Joonmyun, “Black Card? Kau kau akan
membayar semuanya menggunakan Black Card?”
“Ne..
karena eomma akan pergi ke luar negeri dengan waktu yang tidak bisa ditentukan,
maka semua kartu ATM-ku akan dicabut kecuali Black Card. Itu sudah menjadi kebiasaan eomma saat pergi ke Jepang
menemui Yeonwoo atau mengikuti Appa menemui client-nya
di luar negeri. Ia terlalu khawatir kalau aku terlalu banyak menghamburkan
uang” jelas Joonmyun. Ia lalu menyerahkan Black
Card-nya pada kasir. “Setelah ini kau mau kemana?”
“Lebih baik
kita pulang. Pasti ahjumma akan khawatir jika kita pulang terlalu larut. Aku
juga hanya mengajakmu untuk makan kan?” sahut Minkyung. Joonmyun mengangguk dan
mengambil kembali Black Card-nya dari
kasir. Mereka berjalan keluar dari
restoran itu. Saat perjalanan menuju mobil, mereka mampir sebentar ke kedai
cemilan untuk membeli ddeokbokki.
Sesampainya
di parkiran, Joonmyun dan Minkyung langsung memasuki mobil dan keluar dari
parkiran. Mereka melenggang bebas di jalanan kota Seoul yang begitu ramai
sambil menikmati waktu.
***
Kim’s House, Gangnam-gu, Seoul, South
Korea
Setelah
kurang lebih 20 menit menempuh perjalanan dari Myeongdong menuju rumah
Joonmyun, mereka keluar dari mobil dan berjalan masuk memasuki rumah mewah
bergaya campuran eropa modern itu. Kini, suasana keduanya agak berbeda. Mereka
terlihat akrab dan bersahabat satu sama lain.
“Wah wah~
sepertinya, kalian berdua sudah akrab” sahut Nyonya Kim tiba-tiba. Joonmyun dan
Minkyung yang sedang berbincang ringan seketika menoleh ke arah suara. Nyonya
Kim mendekat pada Minkyung dan Joonmyun.
“Annyeonghaseo
ahjumma”
“Ne...
sepertinya kalian baru saja pulang dari jalan-jalan” sahut Nyonya Kim. “Aniyo
eomma. Aku hanya mengajak Minkyung makan malam diluar dan setelah itu kami
pulang. Itu saja!” balas Jonnmyun.
“Ne arra.
Dan kalian sudah berdamai?” tanya Nyonya Kim. Minkyung hanya tersenyum, “Aniyo
ahjumma. Kami tidak bertengkar. Kejadian tadi siang itu bukan kejadian
pertengkaran. Itu hanya kesalahpahaman saja”
“Ne,
baiklah jika memang begitu. Oh ya, besok aku sudah harus berangkat ke Jepang
sekitar jam sepuluh pagi. Dan melihat kalian sudah tidak bertengkar lagi, aku
jadi tenang meninggalkan kalian. Hari sudah malam, cepat masuk ke kamar kalian masing-masing!
Kalian pasti lelah” sahut Nyonya Kim yang di ‘iya’kan oleh Joonmyun dan
Minkyung. Mereka berdua-pun membungkukkan badan pada Nyonya Kim dan menaiki
tangga lantai dua.
“Joon-ie
oppa... kamsahaeyo...” seru lirih Minkyung pada Joonmyun. Joonmyun masih bisa
mendengar ucapan Minkyung yang terdengar lirih. Joonmyun tersenyum lalu
mengulurkan tangan kanannya dari saku celana untuk mengelus lembut rambut
Minkyung, “Ne.. masuklah dan cepat tidur... jaljayo”
Minkyung
mengangguk dan membungkuk pada Joonmyun. Ia lalu memasuki kamar barunya dengan
perasaan gembira. Entah kenapa sekarang ia menjadi sangat nyaman berada didekat
Joonmyun.
“Sekarang
aku tahu, kenapa kau menjadi namja yang selalu diidam-idamkan oleh para yeoja
di sekolah, oppa. Karena kau selalu membuat bahagia yeoja yang berada didekatmu”
ujar Minkyung ber’monolog’ ria. Ia mulai memejamkan matanya dan terlelap dalam
mimpi.
***
Sinar
matahari menyelinap masuk ke sebuah kamar berwarna dominan cokelat dan putih.
Deringan alarm jam weker seketika membangunkan sang pemilik kamar. Gundukan
selimut yang bermotif daun maple saat musim gugur perlahan bergerak menampilkan
wajah tampan pemilik kamar itu. Ia mengumpulkan kesadarannya yang baru setengah
dan mematikan jam weker yang sejak tadi terus bernyanyi minta dimatikan.
Namja
tampan itu langsung menarik kedua lengannya dan merenggangkan otot-ototnya yang
terasa kaku. Ia lalu mengambil handuk yang tersampir di sebelah almari
pakaiannya dan memasuki kamar mandi.
Hal yang
sama juga dilakukan oleh sesorang yang berada di sebelah kamarnya. Kamar yang
di dominasi warna biru langit dan warna merah muda itu. Hanya saja, yeoja yang
bernama Minkyung yang merupakan pemilik kamar itu sudah siap dengan pakaian
seragam yang di lengkapi blazzer
tanpa lengan dengan rok motif kotak-kotak sampai selutut. Yeoja itu masih
berputar-putar didepan cermin untuk memastikan penampilannya sudah sempurna dan
tanpa kurang suatu apapun. Setelah ia rasa cukup sempurna, ia meraih tas
sekolahnya dan dan keluar dari kamarnya.
Saat Minkyung
keluar dari kamarnya bertepatan dengan Joonmyun yang juga keluar dari kamarnya
yang persis di sebelah kamar Minkyung.
“Annyeonghaseo
Joon oppa” sapa Minkyung ceria. Joonmyun sedikit kaget tapi berusaha
menyembunyikannya dengan sikap dingin yang terpancar di dalam dirinya. Joonmyun
lalu melangkahkan kakinya tanpa mempedulikan Minkyung yang menatap bingung
sikapnya.
“Kenapa dia
jadi berubah lagi? apa yang salah denganku?” sahut Minkyung lalu memperhatikan
penampilannya dari atas sampai bawah. “Tak ada yang salah dengan diriku”
gumamnya. Ia segera menghapus semua fikiran buruknya dan berjalan menuju lantai
bawah.
“Minkyung-ah...”
Minkyung
tersenyum kepada seseorang yang memanggil namanya, “Ahjussi... Annyeonghaseo”
Pria paruh
baya yang memanggil Minkyung adalah Tuan Kim, Ayah dari Joonmyun. Tuan Kim lalu
mengibas-ibaskan tangan kanannya seakan mengajak Minkyung untuk mendekat.
“Ahjussi,
ahjumma eodisseoyo?” tanya Minkyung yang melihat hanya Tuan Kim dan Joonmyun
saja berada di ruang makan. Tuan Kim tersenyum, “Istriku pergi lebih dulu.
walaupun penerbangannya jam sepuluh, tapi tiba-tiba ada beberapa kendala. Ia
pergi untuk mengurus itu”
Minkyung
hanya mengangguk. Ia lalu menatap Joonmyun yang sedang sibuk memakan roti
selainya. Minkyung lalu duduk dan mengambil selembar roti dan mengolesinya
dengan selai stroberi.
“Oh ya...
kalian sudah tahu kan kalau kalian hanya akan berdua dirumah ini” ujar Tuan
Kim. Minkyung tersenyum dan mengangguk sementara Joonmyun tak mempedulikan
apapun dan tetap memakan rotinya yang masih tersisa ¼ bagian itu.
“Aku sudah
selesai. Aku pergi dulu, abeoji” pamit Joonmyun lalu dengan cepat menyambar tas
sekolahnya yang berada di kursi sebelah. “Chamkanman Joon!” cegah Tuan Kim.
“Kau tidak
berangkat bersama Minkyung?”
Minkyung
tiba-tiba menghentikan acara makannya sementara Joonmyun memandang abeoji-nya
datar. “Bukankah dia selalu diantar supir? Apa artinya selama dia tinggal
disini aku menjadi supirnya?” ujar Joonmyun keberatan.
“Kau ini!
Karena Minkyung akan tinggal disini, ia hanya akan bersamamu. Supir keluarga
Kang sudah diberi cuti setelah eomma dan appa Minkyung pergi ke New York. Jadi,
kamulah yang punya kewajiban menjaga Minkyung. Kau ini kan namja...” balas Tuan
Kim. Joonmyun menghembuskan nafasnya berat serta sedikit menggertakkan giginya.
Ia pasti tidak bisa membantah semua ucapan abeoji-nya.
“Minkyung-ah,
palliwa!”
Minkyung
mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Ia terkejut. Cepat-cepat ia menghabiskan
rotinya yang baru ia makan ¼ bagian.
“Yak Joon!
Kau ingin melihat Minkyung tersedak, huh? Bisakah kau lebih sabar?” omel Tuan
Kim.
“Ahjussi,
jangan memarahi Joonmyun oppa. Aku baik-baik saja. aku pergi dulu, ahjussi.
Annyeongi gyeseyo” sahut Minkyung pamit lalu berjalan cepat menyusul Joonmyun.
***
Kyungha Seoul National Senior High
School
Mereka
berdua –Joonmyun & Minkyung- tiba di sekolah. Tampaknya, suasana hati
Joonmyun sedang tidak bagus. Minkyung tak tahu menahu apa penyebab suasana hati
Joonmyun begitu berantakan seperti ini. Atau, apa setiap pagi Joonmyun selalu
seperti ini? Ah, mollayo.
“Cepatlah
masuk ke kelasmu!” titah Joonmyun pada Minkyung. Minkyung mengangguk, “Ne..
Mianhaeyo, aku mungkin sudah membuat pagi harimu buruk dengan kehadiranku.
Annyeongi gyeseo”
Minkyung
berjalan menjauhi Joonmyun yang masih memandangi punggungnya yang semakin lama
semakin jauh. Joonmyun menghembuskan nafasnya berat, “Apa aku terlalu
menyakitimu, Kyung-ah? Kau tak seharusnya meminta maaf. Justru aku yang harus
meminta maaf padamu. Mianhae...”. Joonmyun meneruskan langkahnya melewati
koridor disambut tatapan-tatapan para yeoja yang terpesona melihatnya.
“Joon-ah!...”
teriak seorang namja yang merupakan sahabat dekat Joonmyun dan juga salah satu
sunbae tertampan di sekolah ini. Joonmyun menoleh dan mendapati Jongin yang berlari
menghampirinya. Mereka lalu melenggang meneruskan langkah menuju kelas dengan
diiringi tatapan terpesona dari yeoja yang berjejer melihat kedua namja tampan
tersebut.
***
Minkyung
berjalan gontai menuju ke kelasnya. Sesampainya disana, seperti biasa, Soorin
akan menyapanya. Tapi, hari ini justru Minkyung tak merespon hal yang Soorin
lakukan. Yeoja itu sedikit heran dengan perilaku sahabat dekatnya sejak masuk
sekolah itu.
“Kyung-ah,
gwaenchana haseyo?”
Minkyung
mengerjapkan kedua matanya. Ia baru menyadari bahwa Soorin tengah berada
disampingnya dengan wajah heran. “N-nde, Soorin-ah?”
“Yak! Apa
yang terjadi padamu? Kenapa kau tidak begitu bersemangat hari ini? Kau sakit?”
tanya Soorin bertubi-tubi. “Bisakah kau diam? Aku sedang tidak ingin mengeluarkan
suara, Rin-ah... aku tidak sakit” jawab Minkyung malas.
“Ne
arraseo, aku tak akan mengganggumu. Tapi, bolehkah aku melihat buku bahasa
Inggrismu. Aku ingin mengecek apakah jawabanku sudah benar sebelum di kumpulkan
nanti” sahut Soorin. Minkyung membuka tasnya dan mengambil buku bahasa
Inggrisnya dengan terpaksa. Jika saja Soorin tidak menolongnya saat pelajaran
sains, pasti ia tak akan mau berbagi jawaban dengan Soorin.
“Gomawo~”
ucap Soorin ketika Minkyung menyerahkan buku bahasa Inggrisnya. Setelah
memberikan buku bahasa Inggrisnya, Minkyung kembali terdiam. Soorin sedang
tidak merespon kegiatannya karena terlalu terfokus dengan PR bahasa Inggrisnya.
Minkyung sebenarnya ingin bercerita banyak hal pada Soorin. Namun, ia urungkan
karena ia melihat Soorin terlalu sibuk dengan PR-nya.
***
Sepulang sekolah...
Minkyung
memang sedang tidak dalam mood baik hari
ini. Hari ini, suasana pagi terlalu suram baginya. Ia juga baru teringat akan
tugas kelompok yang diberikan Jung Songsaengnim padanya dan Soorin yang satu
kelompok dengannya. Pulang sekolah, ia harus berada di rumah Soorin untuk
mengerjakan tugas itu.
“Minkyung-ah,
Kajja!”
“Chamkanmaniyo...”
cegah Minkyung. Ia lalu mengeluarkan ponselnya dan mengetik sebuah pesan pada
seseorang yang pasti akan menunggunya untuk pulang bersama. Siapa lagi kalau
bukan Joonmyun.
To : Kim Joon-ie oppa
From : Minkyung
‘Oppa, apa kau menungguku? Mianhae,
aku lupa memberitahumu jika hari ini aku ada tugas kelompok bersama Soorin
dirumahnya. Kau tak perlu mengantarku apalagi menjemputku. Aku tidak mau
merepotkanmu. Lebih baik kau pulang saja dulu. Sekali lagi, mianhae untuk
peristiwa tadi pagi’
Minkyung
menekan tombol ‘send’ dan setelah ia memastikan pesan itu terkirim, ia
menggandeng lengan Soorin yang terjulur, “Kajja!”. Mereka berduapun melenggang
keluar dari area sekolah.
***
Joonmyun
merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam loker miliknya. Disebelahnya,
Jongin berdiri dengan sebuah buku bacaan dan headphone warna biru tua yang menggantung dilehernya.
“Jongin-ah,
apa hari ini kau tak mengantar pulang Soorin? Kenapa kau masih disini?” tanya
Joonmyun heran. Biasanya, setiap pulang sekolah, Jongin akan langsung pergi ke
kelas Soorin dan mengajaknya pulang. Namun, hari ini Jongin justru terus
bersama-sama dengannya sampai pulang sekolah.
“Oh, Soorin
memintaku untuk tidak mengantarkannya pulang karena ia akan mengerjakan tugas
kelompok bersama temannya” balas Jongin seketika ia menutup bukunya. Tiba-tiba,
Joonmyun merasa bahwa ponselnya bergetar. Ternyata sebuah pesan dari Minkyung-lah
yang membuat ponselnya bergetar.
To : Joonmyun
From : My Minkyung
‘Oppa, apa kau menungguku? Mianhae,
aku lupa memberitahumu jika hari ini aku ada tugas kelompok bersama Soorin
dirumahnya. Kau tak perlu mengantarku apalagi menjemputku. Aku tidak mau
merepotkanmu. Lebih baik kau pulang saja dulu. Sekali lagi, mianhae untuk
peristiwa tadi pagi’
Joonmyun
mendesah berat. Ia lalu menatap Jongin yang masih memperhatikannya. “Kai-ah!
Apa hari ini kau punya acara?” tanya Joonmyun pada Jongin. Kai adalah nama yang
biasa Joonmyun ucapkan ketika ia sedang
membujuk Jongin atau sedang dalam perasaan senang.
Jongin
menggeleng, “Eobseoyo... aku sedang tidak ada kegiatan apapun untuk dilakukan”
“Bagaimana
jika aku bermain dirumahmu kali ini? Sudah lama bukan kita tidak bertanding PS
bersama? Apa kau punya CD game baru?”
tanya Joonmyun sambil merangkul Jongin gembira. Jongin terihat heran dengan
perubahan wajah Joonmyun yang mendadak sejak mendapat pesan tadi.
“Kau aneh
sekali, Joon. Perubahan ekspresimu cepat sekali sejak mendapat pesan tadi.
Memangnya, kau tidak mengantar pulang Minkyung, heum?” tanya Jongin heran.
Joonmyun lalu menatap Jongin, “Hari ini aku bebas dari dia. Bagaimana?”
Jongin
berpikir beberapa detik sebelum menyetujui permintaan Joonmyun, “Geurae...
Kajja!”
***
Minkyung
dan Soorin mengerjakan tugas kelompok dengan serius sehingga tugas itu cepat
selesai. Tugas itu begitu melelahkan untuk bisa diselesaikan dalam waktu 3 jam
sejak mereka pulang sekolah.
“Soorin-ah,
karena tugas sudah selesai, aku pulang dulu ne?” kata Minkyung sambil merapikan
buku-buku beserta alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas. Soorin juga
merapikan buku-bukunya dan menaruhnya keatas meja belajarnya, “Kenapa kau
pulang dulu? Kau sepertinya terburu-buru sekali”
“Ne, aku
memang sedang terburu-buru. Ada suatu hal yang tak bisa ku tinggalkan... aku
harus pulang cepat hari ini” sahut Minkyung. Soorin menengadahkan wajahnya dan
melihat kearah jendela, “Kyung-ie... diluar masih hujan. Apa kau masih mau pulang
dengan suasana hujan diluar?”
Minkyung
mengikuti arah tatapan Soorin yang mengarah di jendela kamar Soorin, “Kau
benar, diluar masih hujan. Tapi, tetap saja aku harus pulang secepatnya. Kau
tenang saja, aku tidak akan sampai kehujanan. Aku akan pulang naik taksi”
“Tapi tetap
saja kau akan kedinginan, Kyung-ah! Semua baju hangatku dan jaketku sedang
dicuci. Mian, aku tidak bisa meminjamkannya padamu” sahut lemas Soorin.
Minkyung tersenyum lembut, “Gwaenchanha, aku tak akan kedinginan. Aku pulang
dulu ne? Annyeong!”
“Ne,
annyeong! Hati-hati dijalan!” balas Soorin.
***
Sementara
itu di tempat lain, Joonmyun dan Jongin sedang asyik bermain PS di rumah
Jongin. Karena kesibukan mereka sebagai kelas senior dan kegiatan tambahan
belajar, mereka jadi kekurangan waktu bermain seperti ini.
“Yak, yak,
yah~ aku kalah lagi! aahh, aku menyerah!” sahut Joonmyun frustasi. Ia sudah
kalah 4 kali dari Jongin. Sementara Jongin tersenyum meremehkan.
“Joon-ah!
Kau tahu? Mungkin jika hanya dalam pelajaran saja, kau bisa dengan mudah
mengalahkanku. Jika dalam hal ini, aku lebih unggul darimu” ujar Jongin
menyombongkan diri. Joonmyun hanya mendecakan lidahnya menanggapi perkataan
Jongin.
“Ne,
arrayo!”
Senyum
Jongin semakin mengembang taatkala Joonmyun memujinya. “Jongin-ah, aku harus
pulang dulu” ucap Jonnmyun lalu mengambil tasnya yang berada di atas ranjang
Jongin.
“Kau
benar-benar ingin pulang? Diluar masih hujan, Joon!” seru Jongin mengingatkan.
“Kau tak ingat? Aku bawa mobil. Kau tak perlu mengkhawatirkanku” balas Joonmyun.
“Oh,
baiklah kalau begitu. Hati-hati...”
***
Minkyung
sudah pulang sejak satu setengah jam lalu. Namun, ia masih belum bisa masuk
kerumah Joonmyun lantaran kunci rumah itu ada ditangan Joonmyun. Bajunya yang
hampir seluruhnya basah termasuk blazzer
yang menutupi seragamnya. Ditambah lagi, hujan yang terus saja mengguyur
disertai angin yang sedikit kencang membuatnya harus menahan dinginnya udara.
Bibirnya mulai memucat dan bergetar berusaha menahan dingin. Kedua telapak
tangannyapun digosok-gosokkan berulang-ulang kali untuk menciptakan suasana
hangat di seluruh tubuhnya.
Ia
berkali-kali menelepon Joonmyun. Namun tetap saja, ia hanya selalu mendengar
suara operator yang mengatakan bahwa nomor yang ia tuju sedang tidak aktif.
“Joon oppa,
dimana kau sekarang?” gumamnya. Ia lalu duduk di tangga dan mulai menyandarkan
kepalanya di dinding. Kedua tangannya melingkari tubuhnya berusaha memeluk
dirinya sendiri untuk sedikit mengurangi hawa dingin yang menyelimuti seluruh
tubuhnya. Ia merasa kepalanya sedikit merasa pening dan pandangannya mulai
mengabur.
Tak lama
berselang, sebuah mobil memasuki halaman rumah. Mobil itu dapat dipastikan
dikendarai oleh Joonmyun. Mobil itu berhenti tepat di depan Minkyung yang
sedang duduk di tangga depan rumah. Joonmyun cepat-cepat keluar dari mobilnya
dan langsung berlari ke arah Minkyung.
“Kyung-ah,
kenapa kau tidak masuk?”
“Rumah
terkunci. Mungkin, Kwon ahjumma sedang berbelanja. Jadinya rumah dikunci.
Sedangkan aku tak punya kunci rumah ini” ungkap Minkyung masih menahan dingin.
Dari nada ucapannya saja sudah dapat disimpulkan kalau Minkyung kedinginan.
Joonmyun
menatap Minkyung khawatir. Ia melihat beberapa sisi di bibir Minkyung telah
berubah warna menjadi kebiru-biruan, “Kyung-ah, gwaenchanha?”. Minkyung tersenyum
dan mengangguk lemah, “Ne, gwaenchanhayo oppa...”
“Ayo cepat
masuk! Diluar dingin” ujar Joonmyun. Namja itu lebih dulu berjalan dan diikuti
Minkyung dari belakang. Minkyung berjalan sempoyongan sambil terus memegang
kepalanya. Rasa pusingnya semakin menjadi-jadi.
Setelah
pintu terbuka, Joonmyun masuk terlebih dahulu disusul Minkyung. Minkyung sudah
tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi. Perlahan pandangannya mulai memudar dan
ia pingsan tak sadarkan diri. Joonmyun yang berada beberapa langkah didepan Minkyung
mendengar sebuah suara yang ia yakini berasal dari sisi belakang. Ia lalu
menengok kearah belakang tubuhnya dan melihat Minkyung sudah tergeletak
pingsan. Ia begitu terkejut dan langsung menghampiri Minkyung yang sudah tak
sadarkan diri itu dengan panik.
“Minkyung-ah,
Ireona! Minkyung-ah!” seru Joonmyun panik dan terus menerus memanggil nama
Minkyung. Ia lalu membopong Minkyung menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamarnya
sendiri yang berada di lantai dua rumahnya. Ia juga merasakan suhu tubuh
Minkyung yang tinggi dan sesegera mungkin membuat Minkyung menjadi hangat.
TBC
kemungkinan, kelanjutan FF ini akan di post setelah 'Back in Time' chapter 3 di post. karena kita akan memasuki bulan februari, maka aku siapin FF buat valentine. tetap menunggu dulu yaa...
Pai Pai~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar