Title :
‘You Look Like a TINKERBELL’ Chapter 1
Sub-Title : ‘Start to Like You’
Author : ChocoHeaven0510 (T :
@nahyabintan_)
Main Cast :
Kim Joon Myun
Kang Min Kyung
Other Cast :
Park Soo Rin [OC]
Kim Jong In
Hwang Mi Hyun [OC]
Ny. Kim & Tn. Kim
(akan bertambah seiring berjalannya waktu...)
Rating : G/T (13+)
Genre : Romance, Friendship, School
life, Happy
Desclaimer : The casts are not mine
except OCs. The main idea and this fanfiction are mine so, do not claim this is
yours. The casts are God’s, SMEnt’s, and their parents.
Author's Note : Annyeonghaseo~~ aku datang membawa Fanfiction baru~~ semoga suka yaa... Happy reading all~~~
Poster by HEPIDIANA ( http://hepidiana.wordpress.com/ ) thanks banget eon udah dibikinin posternya^^
Summary :
Makhluk mungil namun
mempunyai banyak kelebihan
Berani, Kreatif dan
Berbakat
Kurasa sebutan itu
pantas bagi dirimu yang sempurna dimataku
Sebutanmu bagiku
adalah TINKERBELL-ku
Back Sound :
1) SNSD
– Tinkerbell
2) EXO
– What is love
~STORY BEGIN’s~
Seoul, South Korea
-[Kyungha Seoul
National Senior High School]-
Seorang yeoja berjalan melenggang mengikuti arah koridor
sekolah dengan seragam sekolah yang lengkap dan rapihnya. Terlihat belasan
pasang mata memperhatikan dengan tatapan selidik melihat yeoja yang bisa
dibilang cantik itu melenggang bebas melewati mereka. Terpesona. Kata itu yang
bisa menggambarkan suasana di koridor utama itu. Ia terus berjalan hingga
berada didepan kelas yang mempunyai papan kecil di atas pintunya bertuliskan
’12-A’. Ia segera memasuki kelas itu. Spontan saja, kelas yang dimasuki oleh
yeoja itu mendadak hening. Orang-orang yang melihat yeoja itu seakan tersihir
dengan kehadirannya. Sejenak ia berhenti dan mencari orang yang ia cari. Arah
pandangannya-pun tertuju pada dua orang yang sedang duduk dan memperhatikan PSP
mereka.
“Joon oppa!” seru yeoja itu. Kedua namja yang sedang bermain
PSP-pun sejenak menoleh mengikuti sumber suara. Yeoja itu berjalan mendekati
namja yang terlihat heran dengan kehadirannya.
“Minkyung-ah annyeong” sapa ramah salah satu dari dua namja
itu. Yeoja bernama Minkyung itu hanya tersenyum lalu mengalihkan pandangannya
pada namja yang satunya. “Joon oppa, Kim ahjumma menitipkan ini padaku. Ini
tugas matematikamu. Kau ini cerdas tapi ceroboh” ucap yeoja itu sambil
menyodorkan beberapa kertas yang berisikan soal matematika beserta jawabannya.
Namja itu menerima dengan dingin dan ketus disertai sifat cueknya.
“Cih, kau ini tidak punya sopan santun sama sekali, ya? Otakmu
saja yang punya nilai A+ tapi perilakumu hanya bisa mencapai nilai C-, Kim
Joonmyun!” dengus kesal Minkyung pada namja yang bernama Kim Joonmyun. “Lalu
kau mau apa? Melaporkanku pada eomma? Silahkan saja!” balasnya dingin.
“Aku bukan anak kecil lagi, Joon. Untuk apa aku melaporkannya
pada ahjumma? Toh, kau tidak akan berubah bukan? Tugasku sudah selesai.
Sebentar lagi bel masuk berbunyi. Aku permisi dulu” pamitnya pada Joonmyun dan
teman sebangku namja itu yang ia kenal dengan nama Jongin. “Minkyung-ah,
sampaikan salamku untuk Soorin ne?” teriak namja bernama Jongin itu pada
Minkyung. Minkyung sejenak berhenti, menoleh dan mengangguk disertai senyum
indahnya. Ia lalu meninggalkan kelas Joonmyun dan Jongin.
“Yak! Kenapa kau selalu bertingkah ketus didepan Minkyung?
Padahal dia yeoja yang baik. Ia juga cantik” ungkap Jongin menilai seorang Kang
Minkyung. Joonmyun membalasnya tak suka, “Kau menyukainya?”
“Ani. Kau lupa kalau aku sudah punya Soorin? Tak mungkin aku
menduakannya, bukan? Apalagi menduakannya dengan sahabatnya. Andwae! Itu
benar-benar bukan style-ku!” jawab
Kai santai. Ia lalu merebut PSP dari tangan Joonmyun untuk dimainkannya
sendiri. “Apa karena dia anak sahabat eomma-ku maka aku harus memperhatikannya
lebih dari yang lain?”
“Kau ini bodoh atau apa sih. Mungkin Minkyung benar. Nilai ujianmu
saja A+, nilai penalaranmu patut diberi C- atau D. Kau tahu, justru karena dia
anak sahabat eomma-mu kau harus memperhatikannya. Eomma-mu nantinya juga akan
memintanya untuk mengawasimu. Jadi, bisa dibilang Minkyung punya peranan penting”
jelas Jongin panjang lebar tanpa mengalihkan tatapannya dari layar PSP
Joonmyun. Joonmyun sendiri masih memikirkan perkataan Jongin yang sedikit
mengintimidasinya. Ia terus saja terdiam sampai bel masuk berdering. Jongin
lalu mematikan PSP itu dan mengembalikannya pada Joonmyun.
“Jangan kau pikirkan lebih dalam semua perkataanku tadi
Joonmyun-ah. Aku tidak mau dianggap biang keladi penurunan nilaimu dikelas.
Ingat Joon, semuanya ada ditanganmu. Aku tahu kau menyukai Minkyung bukan?
Jadi, hatimu akan menuntunmu dengan sendirinya” sahut Jongin lalu mengeluarkan
tugas matematikanya dari dalam tas. Joonmyun terkejut mendengar perkataan
Jongin. Ia menatap namja berkulit gelap itu dengan selidik.
“Darimana kau tahu?”
“Hehe... mianhae, kemarin sewaktu aku berkunjung kerumahmu,
aku tidak sengaja melihat buku bersampul ‘Tinkerbell’ diatas mejamu. Aku heran
kenapa seorang namja sepertimu mempunyai buku seperti itu. Karena penasaran,
aku membukanya dan menemukan foto Minkyung disitu” balas Jongin polos. Joonmyun
membuka mulutnya. Ia kaget. Tentu saja! Rahasia besar hatinya berada di buku
itu.
“Yak! Kenapa kau membuka-buka benda yang bukan milikmu. Kau
ini kurang ajar sekali!” omel Joonmyun pada Jongin. “Itu juga salahmu, Joon.
Kenapa kau menyimpan buku seberharga itu sembarangan. Lagipula, kenapa buku itu
bergambar ‘Tinkerbell’? apa ada hubungannya dengan Minkyung? Tenang saja, aku
bisa menyimpan rahasiamu itu kok!” balas Jongin tenang. Joonmyun tidak bisa
lagi berkutik. Ia hanya diam dan memperhatikan songsaengnim masuk dan
memberikan materinya. Ia tak ingin predikat sebagai anak tercerdas, terpatuh
dan teladan-nya jatuh hanya dengan masalah buku bersampul ‘Tinkerbell’ itu.
***
“Minkyung-ah... kau darimana saja?” ucap seorang yeoja
setengah berteriak kepada Minkyung. “Soorin-ah kecilkan suaramu... kau membuat
telingaku berdengung” omel Minkyung pada yeoja yang bernama Soorin. Ia masih
memegangi telinganya yang berdengung mendengar suara Soorin yang begitu
‘nyaring’.
“Mianhae... kau darimana?”
“Aku dari kelas Joonmyun. Mengantarkan hal-hal yang ia
tinggalkan dirumahnya. Oh ya, Jongin menitip salam untukmu” sahut Minkyung.
Mendengar ucapan Minkyung, seketika membuat airmuka Soorin memerah. “Kau
beruntung mempunyai Jongin yang selalu memperhatikanmu”
“Aku heran padamu, Minkyung! Kenapa kau selalu memanggil
Joonmyun sunbae dan Jongin oppa tanpa embel-embel ‘sunbae’ ataupun ‘oppa’?
padahal, kau berada satu tingkat dibawah mereka” ujar Soorin heran. “Hanya saat
aku sedang ingin menunjukkan sikap baikku saja aku akan memanggil mereka
‘sunbae’ atau ‘oppa’” balas singkat Minkyung. Soorin hanya menganggung kecil.
“Kajja kita ke kelas!”
***
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Murid-murid sekolah itupun
langsung memasang wajah sumringah karena mereka bisa melepas penat dan pulang
kerumah. Tak terkecuali kedua namja yang masih berada di kelas itu. Mereka
masih sibuk menata buku-bukunya.
“Jongin, kau pulang bersamaku atau pulang sendiri?” sahut
namja berkulit putih yang bernama Joonmyun. “Aku pulang sendiri saja hari ini,
Joon. Aku harus segera sampai dirumah” balas Jongin tanpa mengalihkan
perhatiannya dari buku-bukunya.
“Lalu, kau tak mengantar pulang Soorin?” tanya Joonmyun lagi.
“Tentu saja aku akan mengantarnya. Tapi, setelah itu aku harus segera pulang
supaya aku tidak dimarahi ibuku dan disuruh memutuskan Soorin. Soorin banyak
berjasa dikehidupanku” balas Jongin.
Joonmyun bermain dengan imajinasinya. Ia mengingat dengan
jelas perubahan sikap Jongin setelah ia bertemu Soorin. Ia jadi Jongin yang
hangat dan ramah. Soorin juga bisa membuat Jongin menjadi namja cerdas walau
kemampuannya masih dibawah dirinya.
Sejenak Joonmyun membuyarkan lamunannya. Perhatiannya tertuju
pada benda persegi yang bergetar disaku celananya. Layar benda itu menampilkan
ID ‘Eomma calling’. Ia langsung memencet bagian layar yang berwarna hijau dan
men-speaker-nya.
“Yoboseyo?”
“Joon-ah... dimana kau sekarang?”
“Aku masih di sekolah eomma. Aku akan segera pulang”
“Baiklah, kalau begitu. Oh ya, kau bawa Minkyung kesini, ne?
Ada yang perlu eomma bicarakan dengannya”
“Nde? Jadi aku harus pulang bersama Minkyung?”
“Ayolah Joon... ini hal yang penting”
“Baiklah, hanya untuk sekali saja, ne?”
“Ne, sampai jumpa dirumah anakku sayang”
Joonmyun mematikan ponselnya lalu menaruhnya kembali disaku
celananya dengan nafas berat yang ia hembuskan. “tumben sekali eomma-mu
mengatakan kalimat ‘Anakku sayang’” ujar Jongin menggoda.
“Ini gara-gara yeoja ‘tebar pesona’ itu! Kenapa aku bisa
menyukainya?” sahut Joonmyun jujur. Ia sudah tidak canggung lagi mengatakan
kalimat aneh itu. “mungkin, karena kalian dekat sejak kecil makanya kau
menyukainya. Kau tahu kan istilah ‘Karena hati itu telah memilih belahannya
tanpa diketahui siapapun’, bukan?” ungkap Jongin. Joonmyun tahu kalau Jongin
pasti mengambil kata-kata itu dari buku ‘Tinkerbell’-nya. Ia sangat ingat, Ia
menulis kalimat itu dibuku itu. Ia mengambilnya dari puisi yang pernah ia baca.
“Sudahlah... kau mau ke kelas Soorin, kan?”
Kai mengangguk, “Ne, kajja! Kau harus mengantar Minkyung
hidup-hidup kehadapan eomma-mu kan?”. Joonmyun dan Jongin-pun melenggang
melewati koridor kelas yang merupakan daerah kekuasaan mereka sebagai ‘Sunbae’
di sekolah itu.
***
Dua orang yeoja sedang berada didepan kelas mereka. Mereka menunggu
seorang namja yang hanya akan menghampiri salah satu yeoja itu.
“Ck! Yak, Park Soorin! Kenapa kau menyuruhku untuk menemanimu
menunggu Jongin-mu? Kau tahu kan kalau aku akan iri dengan hubungan dan
kedekatan kalian. Aku kan sudah bilang kalau AKU TIDAK PUNYA NAMJACHINGU!” omel
Minkyung membuat Soorin harus mengusap telinga kanannya.
“Kau ini ingin membuat telingaku tuli ne? Kau berteriak tepat
di cuping telingaku nona Kang yang terhormat” ujar Soorin kesal. Kekesalannya
berubah menjadi senyuman lebar ketika ia melihat dua orang namja yang
tertangkap pandangannya. Ia melihat salah satu namja itu –Namjachingunya-
melambaikan tangan padanya. Sontak saja ia langsung membalas lambaian tangan
namja itu dengan lambaian tangannya serta senyuman manis yang bisa melelehkan
namja itu. Sementara namja yang berada disebelah namjachingu-nya hanya
menatapnya cuek dan menatap dingin pada Minkyung.
“Soorin-ah...”
“Jongin oppa, oh... kau mengajak Joonmyun sunbae?” seru
Soorin. Ia lalu langsung beralih ke sisi kiri namja itu.
“Ne. Joon punya sebuah urusan dengan Minkyung” ungkap Jongin.
Minkyung melebarkan matanya. “Nde?”
“Tidak ada waktu untuk terkejut, Kang Minkyung-ssi. Sekarang
kau harus ikut denganku atau aku bisa tidak diberi makan selama dua hari oleh
eomma-ku!” ujar Joonmyun datar. Ia lalu menarik paksa lengan kanan Minkyung
dengan cepat meninggalkan Soorin dan Jongin.
“M-Minkyung-ah!” panggil Soorin. Ia hampir mengejar Joonmyun
dan Minkyung jika lengannya tidak ditahan oleh tangan Jongin. “Jangan ikut
campur urusan mereka, Soorin-ah”
“Kajja, kita pulang”
***
Joonmyun membawa Minkyung ke parkiran. Dia terus memegang
erat lengan Minkyung yang sudah terlihat bercak kemerah-merahan karena
perbuatannya itu.
“Lepaskan aku, Joon! Appo!” geram Minkyung. Joonmyun melepas
lengan itu kasar. Ia tidak peduli dengan apa yang Minkyung katakan. “Memang ada
hal apa sampai-sampai aku harus mengikuti perintahmu, huh?”
“Eomma memintaku untuk membawamu bertemu dengannya. Ada hal
yang ingin eomma bicarakan padamu. Aku tak ingin kau menolaknya!” ujar Joonmyun
serius. Minkyung heran. Tidak biasanya eomma Joonmyun mengundang dirinya untuk
kerumah bersama Joonmyun. Ia masih melamunkan hal-hal yang akan terjadi
nantinya.
“Sampai kapan kau melamun, nona Kang?” kata Joonmyun yang
sudah memakai helm. Minkyung mengerjap-ngerjapkan matanya sedikit terkejut.
“Kita harus segera pulang!”
“Ne” Joonmyun langsung menaiki motornya diikuti Minkyung
dibelakangnya sambil memegang pundak namja itu.
“Kau mau merasakan pengalaman jatuh dari motor, huh? Cepat
pegang pinggangku!” seru Joonmyun pada Minkyung. Minkyung terkejut, “Mwo? Kau
ingin mencuri kesempatan ya? Seperti scene
drama saja”
“Terserah kau! Jika kau benar-benar ingin merasakan
pengalaman itu, jangan salahkan aku kalau nantinya kau akan terjatuh” sahut
Joonmyun sedikit mengancam. Minkyung mendecakkan lidahnya, “Baiklah, tapi
jangan anggap ini sebuah scene
romantis yang biasa ada dalam drama ne?”
Joonmyun hanya diam. Minkyung perlahan memeluk pinggang
Joonmyun. Kini, Minkyung seperti melakukan adegan back hug dengan Joonmyun. Canggung. Hanya kata itu yang bisa menggambarkan
suasana itu. Joonmyun mulai menjalankan motornya meninggalkan sekolah. Pada
awalnya, ia hanya biasa saja memacu kecepatan laju motornya. Namun lama
kelamaan ia malah menambah kencang laju motornya. Sontak saja, Minkyung
mengeratkan pegangan pada pinggang Joonmyun. Ia menutup matanya takut. ‘Apa
bocah ini selalu memacu motornya secepat ini?’ batin Minkyung.
Setelah kurang lebih 20 menit perjalanan dengan kecepatan
tinggi tentunya, mereka sampai di sebuah rumah mewah berlantai dua berwarna
cream dengan pagar putih menjulang
setinggi 3 meter. Setelah motor itu masuk dan berhenti di depan pintu utama
rumah mewah yang merupakan milik keluarga Kim itu, Minkyung turun sambil menahan
rasa kesalnya pada Joonmyun.
“Yak! Kau benar-benar ingin membunuhku ya? Aish... rambutku
berantakan sekali!” seru Minkyung kesal lalu merapikan rambutnya yang
berantakan. Joonmyun yang belum turun dari motornya hanya berekspresi datar
menatap Minkyung. Ia lalu mengarahkan kedua tangannya ke kepala Minkyung untuk
membantu Minkyung merapikan rambutnya. Mendapat perlakuan seperti itu, Minkyung
diam dan hanya menatap Joonmyun. Darahnya berdesir cepat diiringi detak
jantungnya yang tak karuan rasanya. Ia tersihir oleh perlakuan Joonmyun yang
tiba-tiba itu. Tidak biasanya Joonmyun melakukan hal seperti itu meskipun
mereka dekat sejak kecil.
“Masuklah lebih dulu” ujar Joonmyun membuyarkan lamunan
imajinasi Minkyung.
“Masuklah lebih dulu. eomma pasti telah lama menunggumu. Aku
harus memakirkan motor ini di garasi. nanti aku menyusul” ulang Joonmyun
lembut. Minkyung mengangguk dan menuruti perintahnya. Ia membalikkan badannya
dan berjalan memasuki rumah besar nan mewah itu. Pikiran tentang perilaku manis
Joonmyun masih memenuhi otaknya. Selama ini dia tak pernah mendapat perlakuan seperti
itu dari Joonmyun walaupun hanya sekali. Ini pertama kalinya. Ia merasakan
perasaan yang sama sekali tidak ia ketahui kepastiannya.
“Minkyung-ah, kau datang” seru yeoja yang masih berumur
kisaran 40 tahunan. Yeoja itu adalah eomma Joonmyun, Nyonya Kim.
“Ye... annyeonghaseo, ahjumma” sapa hormat Minkyung pada
sahabat eomma-nya sekaligus eomma Joonmyun. Nyonya Kim tersenyum lalu membawa
Minkyung ke dalam pelukannya. Sesuatu yang biasa dilakukan saat Minkyung
berkunjung ke rumah ini.
“Ahjumma, kenapa ahjumma memintaku untuk datang?” tanya
Minkyung pada Nyonya Kim yang masih memeluknya erat. Mendengar ucapan Minkyung,
Nyonya Kim melepas dekapannya dan meraih kedua bahu Minkyung.
“Minkyung-ah, sementara kau akan tinggal disini. Eomma dan
Appa-mu menitipkanmu disini karena mereka harus menemani dan mendampingi
pertunangan eonnie-mu di New York. Mungkin mereka bisa sampai satu bulan
disana. Untuk itu, mereka khawatir meninggalkanmu sendiri dan menitipkanmu
disini” ungkap Nyonya Kim jelas pada Minkyung. “Lalu bagaimana dengan
barang-barangku, ahjumma?”
“Tenanglah, eomma-mu sudah mengurus semuanya. Oh ya satu
lagi, selagi kau disini, kau hanya akan bersama Joonmyun” ujar Nyonya Kim.
“Mwo?” pekik Minkyung bersamaan dengan Joonmyun yang baru memasuki rumahnya.
“Apa maksud eomma? Aku akan tinggal di rumah ini bersamanya?
Satu atap? Apa eomma sudah gila?” seru Joonmyun. Nyonya Kim menggeleng, “aku
harus pergi ke Jepang untuk mengunjungi Yeonwoo dan memantaunya. Sudah beberapa
bulan aku tidak mengunjunginya. Sementara suamiku akan ke China untuk mengurus
proyeknya disana. Aku tidak tahu sampai kapan aku berada di Jepang. Jadi kalian
hanya akan berdua dirumah ini” jelas Nyonya Kim.
“Eomma! Tapi kenapa aku harus tinggal satu rumah dengannya?
Aku bisa mengurus kebutuhanku sendiri tanpa adanya dia! Jadi, eomma tak perlu
mengkhawatirkanku!” sahut Joonmyun kembali menjadi Joonmyun yang biasa.
Mendengar perkataan Joonmyun yang kembali seperti biasanya membuat Minkyung
sedikit kecewa.
“Itu bukan rencana yang disengaja, Joon-ah. Eomma tidak
mengkhawatirkanmu, tapi eomma mengkhawatirkan Minkyung. Bagaimanapun dia itu
yeoja. Lagipula eomma sudah berjanji pada eomma Minkyung untuk menjaganya. Kau
ini namja, Joon! Seharusnya kau bisa menjaganya bukan?” ujar Nyonya Kim pada
anak lelakinya. Joonmyun hanya bisa menghela nafas berat mendengar keputusan
sepihak eomma-nya. Joonmyun tak akan berani membantah jika menyangkut jadwal
kunjungan eomma-nya ke Jepang untuk menemui anak perempuannya sekaligus adik
kandung Joonmyun, Kim Yeonwoo.
“Baiklah, terserah eomma saja. Aku ke kamarku dulu” kata
Joonmyun dingin dan berjalan menyusuri tangga rumahnya menuju lantai dua,
tempat kamarnya berada. Nyonya Kim kini menatap Minkyung.
“Keundae, apa tidak apa-apa jika aku sementara tinggal
disini, ahjumma? Kelihatannya Joon oppa tidak menyukainya” sahut Minkyung
lemas. Nyonya Kim tersenyum lembut, “dia lama kelamaan pasti akan mengerti,
Minkyung-ah. Jja! Kamarmu ada di sebelah kamar Joonmyun. Kau tahu jalannya
bukan? Pergilah ke kamarmu dan bersihkan badanmu. Kau pasti sangat capek kan
hari ini?”
“Ne, ahjumma. Kamsahamnida. Annyeonghaseo” ujar Minkyung
membungkukkan punggungnya memberi hormat lalu setelah itu berjalan menyusuri
anak-anak tangga yang tadi dilewati oleh pijakan Joonmyun.
Setelah mencapai lantai teratas rumah itu, ia berjalan menuju
kedua pintu yang terletak bersebelahan didekat balkon dan ruang keluarga. Ia
sekilas melihat pintu kamar Joonmyun yang tertutup rapat. Ia lalu memasuki
kamar barunya yang bernuansa biru laut yang menyegarkan mata. Barang-barangnya
sudah dapat ia lihat memenuhi sisi-sisi kamar ini. Ia menjatuhkan tubuhnya ke
ranjang untuk sekedar melepas penat. Ia mengingat-ingat kejadian apa yang
terjadi hari ini. Dimulai saat ia mengantarkan tugas matematika Joonmyun ke
kelasnya, lalu diantar pulang Joonmyun sampai membuat rambutnya berantakan,
perilaku manis Joonmyun saat merapikan rambutnya dan kata-kata dingin Joonmyun
yang ia baru saja terima. Ia mulai beralih dari ranjang ke meja belajarnya. Ia
mengambil sebuah buku diary bersampul ‘Tinkerbell’ miliknya. Ya, dia memang
menyukai tokoh animasi itu. Namun, tak banyak orang mengetahuinya. Bahkan
sahabatnya, Soorin tidak mengetahui jika ia menyukai tokoh animasi itu. Ia malu
jika ia memberitahukannya pada semua orang. Gadis berumur 17 tahun masih
menyukai tokoh yang dibuat untuk anak-anak? Tidak lucu jika saja hal itu jadi
header berita besar di mading sekolahnya. Ia duduk dan menulis apa yang terjadi
pada hari ini di buku itu. Setelah selesai menulis, ia beranjak dari tempat
duduknya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
***
Joonmyun masih dalam posisi duduk diatas ranjangnya sambil
menopang wajah tampannya dengan kedua telapak tangan. Ia masih berpikir dengan
rencana eomma-nya untuk meninggalkan dirinya dan Minkyung dirumah ini berdua.
BERDUA? Sepertinya kata-kata itu sedikit salah karena mereka tidak akan
ditinggalkan berdua. Tentu saja! rumah ini memiliki 12 pekerja yang siap
melayani mereka. Sebenarnya, Joonmyun senang karena Minkyung akan tinggal
sementara disini. Tapi ia juga khawatir kalau Minkyung mengetahui perasaan yang
sebenarnya. Ia bukanlah termasuk namja yang berani mengungkapkan perasaannya
secara langsung kepada yeoja yang di cintainya.
Ia mulai bangkit dari posisi duduknya menuju meja belajarnya.
Ia membuka laci meja teratas dan mengambil sebuah buku yang pernah dilihat dan
dibaca isinya oleh Jongin. Ya, buku bersampul ‘Tinkerbell’. Normalnya, anak
laki-laki pasti tidak mempunyai buku seperti itu. Bukan karena Joonmyun tak
normal, hanya saja ia mempunyai banyak memori mengenai tokoh animasi yang
mungil itu. Ia membuka dengan hati-hati lembar per lembar halaman buku itu. Ia
sesekali tersenyum melihat foto-foto yang ada di buku itu. Ya, itu adalah
foto-foto masa kecil Minkyung. Seakan-akan ia bisa kembali ke masa kanak-kanaknya
dengan melihat foto-foto itu. Dia senang bisa menjadi bagian dari masa lalu
Minkyung.
Setelah puas melihat isi buku ‘Tinkerbell’ miliknya, Joonmyun
menutup perlahan buku itu dan memasukkannya kembali kedalam laci teratas meja
belajarnya. Ia bangkit dan mengambil handuk lalu masuk kamar mandi untuk
membersihkan tubuhnya.
***
Setelah selesai dengan kegiatannya, Minkyung keluar dari
kamarnya. Bertepatan waktunya saat
Minkyung keluar, Nyonya Kim memanggilnya.
“Minkyung-ah...”
“Oh, ahjumma” seru Minkyung. Ia lalu berjalan menuju Nyonya
Kim. “Ada apa, ahjumma?”
“Aku akan pergi keluar sebentar. Kau disini bersama Joonmyun
ne? Jika anak itu menanyakan keberadaanku, bilang saja aku sedang keluar” jelas
Nyonya Kim. Minkyung mengangguk, ”Ne, ahjumma”
“Baiklah, aku pergi dulu. Annyeong” pamit Nyonya Kim Minkyung
membungkuk. Nyonya Kim-pun pergi keluar. Sementara itu, Minkyung mendengar
suara pintu ditutup. Ia segera menoleh dan mendapati Joonmyun dengan pakaian
santainya. Ia memakai hoodie berwarna merah dan celana jeans panjang yang
menutupi kakinya.
“Kau mau kemana, Joon?”
“Aku mau keluar menemui Jongin. Eomma dimana?” balas Joonmyun
santai. “Ahjumma sedang pergi keluar. Kau benar-benar akan keluar sore ini?”
“Ne, memang kenapa?”
“Kalau kau keluar, aku akan sendirian di rumah ini. Bolehkah
aku ikut?” pinta Minkyung. “Kau pasti akan bosan jika kau ikut denganku. Ini
urusan namja” balas ketus Joonmyun Tiba-tiba ponsel Joonmyun bergetar disaku
hoodie-nya dan menampilkan ID ‘Jongin calling’. Ia lalu memencet bagian warna
hijau di ponselnya itu dan mendekatkan ponsel itu ke telinganya.
“Yoboseyo?”
“....”
“Wae? Aku sudah bersiap-siap dari tadi”
“....”
“Oh, keurae.. salam untuk ibumu ne?”
“....”
“Annyeong”
Ponsel itu dimatikan oleh Joonmyun. Ia lalu membalikkan badan
dan berjalan menuju kamarnya. Minkyung heran dengan perilaku Joonmyun. Bukankah
tadi Joonmyun bilang ia mau keluar? Tapi kenapa sekarang malah kembali masuk ke
kamarnya?
“Joon-ah! Bukankah kau bilang kau mau keluar? Kenapa malah
masuk kekamarmu?” tanya Minkyung setengah berteriak karena jarak antara dia dan
Joonmyun terhitung jauh. “Jongin membatalkan pertemuannya. Ia harus mengantar
ibunya ke Busan” balas Joonmyun yang sudah berada didepan pintu kamarnya tanpa
membalikkan badannya.
“Chamkanman Joon!” cegah Minkyung. Joonmyun membalikkan
badanya dan menatap Minkyung selidik, ”Wae?”
“Emm... Joon-ah, aku lapar. Maukah kau mengantarku keluar?
Ahjumma pasti belum memasak sedangkan aku masih malas untuk memasak” pinta
Minkyung memelas. “kenapa tidak menyewa jasa pesan antar saja?”
“Aku sedang ingin makan diluar, Joon. Ayolah... aku akan mentraktirmu
sebanyak apapun” sahutnya memelas. Ia menunjukkan puppy eyes-nya yang menurut Joonmyun sangat tidak bisa ia tolak.
Joonmyun berpura-pura mendesah berat agar terkesan menyerah pada Minkyung, “Kau
kira aku tidak bisa membeli apapun yang kuinginkan dengan uangku, Minkyung-ssi?
Kau tak ingat statusku?”
“Ne, nan arrayo! Kim Joonmyun anak perusahaan Home & Shopping terbesar di Seoul dan
juga pewaris Heaven Corporation yang
mempunyai sifat dingin, ketus dan pendiam. Jika hanya melihatnya sepintas saja,
pasti semua orang akan terpesona sebelum mengenalnya. Begitu bukan?” jelas
Minkyung terdengar memuji.
“Baiklah... karena kau telah memujiku, aku akan mentraktirmu.
Tapi jika kau melakukan tindakan yang membuatku marah atau kesal, aku akan
membatalkannya. Arrachi?” seru Joonmyun. Minkyung mengembangkan senyum
sumringahnya. “Kajja!”
***
Joonmyun dan Minkyung saat ini masih berada dalam perjalanan.
Joonmyun masih berkonsentrasi menyetir sedangkan Minkyung sibuk memperhatikan
hal-hal yang ia lewati. Ia mulai mengalihkan pandangannya kearah Joonmyun yang
sedang menyetir.
“Waeyo?” sahut Joonmyun merasa diperhatikan. Minkyung
menjawab, “Ani, aku hanya ingin bertanya kemana kita akan pergi?”
“Kau ingin makanan Korea atau makanan Eropa?” tanya balik Joonmyun
sekilas mengarahkan pandangannya pada Minkyung.
“Aku ingin makan makanan Korea saja. Aku tak mau
menyusahkanmu, oppa. Lagipula, lidahku akan lebih cocok dengan makanan lokal”
jawab Minkyung. “Oh, keurae...”
Mobil itupun melenggang membelah Seoul menuju suatu tempat.
Myeongdong. Salah satu daerah yang terletak di tengah kota yang banyak
dikunjungi turis lokal ataupun manca negara. Mobil itu berhenti di salah satu
restoran besar yang berada di daerah itu.
“Yeogiyo? (disini)” seru Minkyung melihat sebuah restoran
besar melalui jendela mobil. Joonmyun hanya mengangguk sambil melepas sabuk
pengamannya diikuti Minkyung yang melakukan hal yang sama. “Kajja!”
Mereka berdua memasuki restoran itu. Minkyung terlihat
melemparkan pandangannya pada sudut-sudut restoran yang terlihat mewah itu.
Bukan karena Minkyung baru pertama kali memasuki restoran seperti itu, tapi
karena Joonmyun jarang membawa Minkyung ke tempat mewah seperti itu.
“Joon, kenapa kau membawaku kesini?” tanya spontan Minkyung.
Joonmyun hanya menatap Minkyung datar, “Wae? Kau tak suka?”
“Ani, aku suka sekali tempat ini. Aku hanya heran saja, kau
tiba-tiba saja membawaku kemari. Jawab pertanyaanku, Joon!” seru Minkyung.
Joonmyun hanya mendesah berat sambil memutar kedua bola matanya mendengar
ucapan Minkyung, “Aku hanya sedang ingin berperilaku baik padamu. Jadi tolong
jangan tanya lagi!”
Sekarang Minkyung diam. Ia tahu kalau pertanyaannya membuat
Joonmyun marah. Minkyung dan Joonmyun keluar dari restoran itu menuju halaman
belakang restoran dan menemukan meja-meja makan yang yang terletak di sekitar
kolam renang yang telah dihiasi banyak origami dan lilin-lilin yang bersinar
memenuhi kolam renang. Suasana romantis seperti ini seharusnya dilewati oleh
para pasangan. Sedangkan Joonmyun dan Minkyung bukanlah pasangan.
Joonmyun dan Minkyung kini berada di sebuah meja yang
memiliki payung ditengahnya. Mereka duduk berhadapan dan menambah rasa canggung
yang berada diantara mereka. Mereka hanya bisa menyembunyikannya agar tidak
terlalu terlihat.
Pelayan restoran itu menuju meja yang ditempati Minkyung dan
Joonmyun sambil membawa daftar menu. Joonmyun dan Minkyung membolak balikkan
halaman per halaman dan melihat apa saja yang merupakan menu restoran itu.
“Kyung-ah, kau mau pesan apa?” tanya Joonmyun sambil terus
melihat-lihat buku pesanan yang berada ditangannya. Minkyung menutup buku
pesanan yang ada ditangannya, “Aku sedang ingin makan Samgyetang”
“Baiklah, satu samgyetang, altang dan sup kimchi. Juga tolong
beri kami dua mangkuk nasi. Dan juga orange
juice dan strawberry milkshake”
ujar Joonmyun pada pelayan yang berdiri di sekitarnya.
“Ne.. tolong tunggu sebentar” balas pelayan itu lalu
meninggalkan meja Joonmyun dan Minkyung. Selagi menunggu pesanan datang,
Joonmyun sibuk dengan ponselnya dan sementara Minkyung duduk menopang dagunya
dan menatap kosong kearah Joonmyun. Ia mungkin terpesona dengan aura Joonmyun.
“Kenapa melihatku terus? Aku tahu aku tampan, jadi tak perlu
kau kagumi terus menerus” sahut Joonmyun tak mengalihkan perhatiannya pada
ponsel yang dari tadi ia pegang. Minkyung berdecak, “Aku tahu hal itu, Joon.
Setiap hari aku selalu mendengar kata-kata ‘Joonmyun
sunbae, saranghaeyo’, ’Joonmyun oppa,
kau yang terbaik’, atau ‘Oppa, kau tampan
sekali’. Dan juga tatapan mereka ketika aku mengantar barang-barangmu,
seperti serigala yang kelaparan” ungkap Minkyung sambil memperagakan setiap
kata yang keluar dari mulutnya. Joonmyun sendiri hanya tersenyum melihat
tingkah lucu yeoja yang kini ada dihadapannya.
Minkyung berhenti menggerakkan anggota gerak bagian atasnya
dan membalas tatapan aneh Joonmyun padanya, “Apa ada yang salah dengan semua
perkataanku?”. Joonmyun mengalihkan perhatiannya pada layar ponselnya, “Ani.
Kau cemburu, Kyung-ah?”
“Ani! Untuk apa aku cemburu padamu? Kau kan bukan
siapa-siapaku!” bentak Minkyung. Joonmyun masih tak mempedulikan Minkyung yang
masih merenggut. Minkyung diam memikirkan perkataan apa yang cocok untuk
pembicaraan mereka.
“Oppa... sejak aku pindah ke rumahmu, aku tak melihat Byul.
Dia ada dimana?” tanya Minkyung spontan. Joonmyun langsung menatap alih
Minkyung, “Tumben sekali kau menanyakan Byul. Sekarang, Byul bersama Yeonwoo di
Jepang. Yeonwoo memaksaku untuk memperbolehkan Byul untuk tinggal bersamanya. Alasannya
agar ia tak kesepian disana”
Jawaban Joonmyun dibalas sahutan ‘oh’ berkali-kali dari
Minkyung. Mereka berdua lagi-lagi tenggelam dalam khayalan masing-masing.
Sampai akhirnya sebuah suara terdengar nyaring di telinga mereka masing-masing.
“Joonmyun! Kim Joonmyun!”
Joonmyun yang merasa namanya dipanggil menoleh kearah suara.
Setelah ia mengetahui siapa yang memanggilnya senyumnya langsung terbentuk
indah melalui sudut bibirnya.
“Noona...”
Minkyung yang terlihat bingung mengikuti arah pandangan Joonmyun.
Ia melihat seorang yeoja sedang berjalan serta melambaikan tangan kanannya.
“Nuguya?...”
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar