Title :
‘Back in Time’ Chapter 2
Sub-Title : ‘She’s Coming Back’
Author :
ChocoHeaven0510 (T : @nahyabintan_)
Main Cast :
Kris Wu (Wu Yi Fan/Kevin Wu)
Jessica Jung (Jung Soo Yeon)
Other Cast :
Ericca Jung (Jung Yi Han)[OC]
Kim Tae Yeon
Wu Yoona/Im Yoona
Xi Lu Han
Kwon Yuri/Park Yuri
Choi Soo Young
Rating : T (15+)
Genre : Hurt, Sad, Romance, (little) Angst
Desclaimer : It is mine.
Don’t copy-paste without my permission. Don’t claim that is yours!
Author's Note : Aku bawa lanjutan 'Back in Time' ^^ Adakah yang menunggu? (nggak). jangan lupa komen kalo udah baca ne??? belajarlah menjadi readers yang jujur :)
Summary :
When this waiting and yearning, It gets you, you can
hear it.
Just pretend nothing happened
The closer I get to you more scared I get
But, this love cannot be stopped
Back Sound :
1) LYN – To turn back hands of time
2) SNSD Taeyeon – Can you hear me?
~STORY BEGIN’s~
Incheon International Airport Seoul, South Korea
Kedua orang yeoja serta seorang anak perempuan kecil
yang berada di antara mereka berdua melenggang melewati para calon penumpang di
bandara Incheon. Anak kecil itu terlihat sumringah melihat hal yang terhitung
baru baginya. Mereka bertiga berjalan menuju pintu keluar bandara itu dan
mencari taksi untuk menuju tujuan mereka.
“Taeyeon ahjumma, Where are we?” tanyanya dengan aksen
amerika kentalnya. “We are in Seoul, South Korea, dear” balas Taeyeon.
“Ricca, you should to use Korean in here!” ujar ibu
dari yeoja kecil bernama Errica, Jessica. “Ne, allaseo(arraseo) mom” balasnya
dengan aksen cadel yang lucu.
“Taeyeon-ah, kau sudah mempersiapkan semuanya bukan?”
tanya Jessica pada Taeyeon yang masih sibuk memperhatikan Ericca. “Ne, kita
harus mencari taksi untuk bisa sampai ke apartemen” balas Taeyeon.
“Kajja!”
Mereka memasuki taksi dan melenggang menyusuri
jalan-jalan Seoul yang masih sepi karena mereka terhitung sangat pagi ketika
tiba di Korea, pukul 05.45 KST. Ericca merasa bosan dan ia mengantuk.
“Ricca-yah, kau mengantuk? Kalau begitu tidurlah
disini” ujar Jessica ketika melihat Ericca menguap. Ia menepuk kedua pahanya
yang merapat. Ericca menuruti perintah ibunya dan tertidur dipangkuan Jessica.
Jessica tersenyum melihat wajah polos putrinya saat tertidur dan mengelus serta
merapikan rambut Ericca yang terlihat berantakan. Taeyeon yang melihatnya hanya
tersenyum.
“Apa masih jauh, Taeyeon-ah?”
“Ani, setengah jam lagi kita sampai. Kau mengantuk
juga? Tidurlah kalau begitu” sahut Taeyeon. Jessica menggeleng, “Ani. Aku tidak
mengantuk Taeng. Aku bertanya karena aku kasihan jika melihat Ericca tidur
dengan posisi seperti ini. Dia terlihat tidak nyaman tapi mencoba untuk terus
tidur”
“Kau banyak berubah setelah kau memiliki Ericca. Aku
kagum padamu, Jes” ungkap Taeyeon jujur. “Aku ingin jadi eomma dan appa yang
sempurna didepannya. Wajar jika aku seperti ini”
“Lalu bagaimana jika kau bertemu kembali dengan Kris?
Apa kau akan memberitahukan semua kebenaran tentang Ericca dan meminta
pertanggung jawabannya?” tanya Taeyeon. Jessica terdiam. Ia tak ingin mengingat
nama itu lagi. tapi tetap saja ia tidak bisa melupakannya. Setiap ia melihat
Ericca, ia akan kembali mengingat namja yang membuat hidupnya melebur. Tentu
saja! Bukankah Ericca hadir atas perlakuan Kris 4 tahun lalu?
“Aku tidak memikirkan itu, Tae... aku hanya mengikuti
waktu saja. Lagipula aku dan Kris akan selalu berhubungan karena Ericca” ucap
Jessica. “Kau memilih apartemen di daerah mana? Kenapa perjalanan ini terasa
sangat jauh?” tambahnya untuk mengalihkan topik pembicaraan.
“Apartemen itu di daerah Namdaemun. Aku memilih daerah
itu karena tempatnya tenang dan tidak banyak polusi, jadi Ericca akan betah
disana” jelas Taeyeon pada Jessica yang membalas dengan sebuah anggukan. “Aku percaya
padamu, Taeyeon-ah”
Mereka diam setelah percakapan terakhir itu di
sepanjang jalan. Jessica masih memperhatikan Ericca yang tersenyum dalam
tidurnya. Mungkin saja, ia sedang bermimpi bermain bersama malaikat.
***
Sinar matahari samar-samar menembus tirai kamar berwarna
oranye. Suasana hening dan sepi masih menyelimuti ruang kamar itu. Namja yang
tertidur itu mulai bergerak entah sudah merasa tidak nyaman atau memang
benar-benar sudah tersadar dari alam mimpinya. Ia menegakkan tubuh jakungnya
dan menemukan sebuah selimut bertengger di punggungnya. Sejenak ia
mengingat-ingat apa yang terjadi tadi malam. Sia-sia! Otaknya masih malas untuk
berpikir. Ia sejenak merenggangkan otot-ototnya yang kaku karena dia tidur
dalam posisi duduk. Setelah dirasa cukup, ia bangkit dari tempat duduknya
menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri.
Setelah beberapa menit berada di kamar mandi, namja
yang bernama Kris itu keluar dengan hanya memakai handuk dari atas pinggangnya
sampai batas betisnya dan membiarkan dadanya yang putih terekspos bebas. Lalu,
ia berjalan menuju almari dan mengambil setelan kemeja, celana, jas serta dasi
yang akan dipakainya bekerja. Jam masih menunjukkan pukul 06.00 KST. Masih
sangat pagi memang untuk bekerja. Kris memang sudah dikenal sebagai seorang
pekerja keras yang tak kenal waktu. Ia menggunakan pekerjaan hanya untuk
pelampiasannya. Ya, pelampiasan akan rasa kerinduannya pada satu-satunya gadis
yang bisa merebut hatinya selama 5 tahun ini.
Ia segera berangkat menuju kantor. Jam masih terhitung
pagi, 06.15 KST dan sebenarnya jam masuk kantor adalah 07.30 KST. Sudah
merupakan suatu kebiasaan jika Kris akan berangkat dan tiba lebih awal dari
karyawan-karyawannya. Bukan untuk menjadi teladan yang baik bagi karyawannya,
tapi lebih pada menghindari bertatap muka dengan wanita yang tak dicintainya
namun merupakan istri sahnya.
Setelah kurang lebih 20 menit perjalanan menuju
kantornya dengan menggunakan mobil, Kris sampai di sebuah bangunan perkantoran
yang bertuliskan ‘Diamond Fashion Seoul’
yang merupakan perusahaan miliknya dan juga Yoona. Ia memarkirkan mobilnya di
parkiran dan juga melihat mobil sekretarisnya –Choi Sooyoung- terparkir disana.
Tak biasanya sekretarisnya itu datang lebih awal darinya.
“Annyeonghaseo sajangnim” sapa Sooyoung saat keluar
dari mobilnya dan melihat Kris didepan mobilnya.
“Ne... tak biasanya kau datang sepagi ini,
Sooyoung-ssi” balas Kris. Sooyoung tersenyum, “Apa presdir lupa kalau hari ini
ada rapat pemegang saham yang dilakukan pagi-pagi sekali?”
Kris menepuk dahinya dengan telapak tangan kanannya,
“Mianhaeyo... aku benar-benar tidak ingat”. Sooyoung hanya terkekeh,
“Gwaenchanasimika sajangnim. Aku sudah menyiapkan semua berkas-berkasnya dan
ada satu lagi hal yang harus saya sampaikan kepada sajangnim”
“Apa itu?”
“Designer
pengganti Kwon Yuri sekarang telah tiba di Korea. Mulai hari ini, dia akan
bekerja di perusahaan. Saya juga membawa data-datanya” tambah Sooyoung.
“Jinjayo? Taruh saja datanya di mejaku. Aku akan
melihatnya nanti setelah rapat. Kajja! Kita harus segera ke ruang rapat” seru
Kris yang berjalan terlebih dahulu dan Sooyoung yang mengikutinya dari
belakang. Mereka memang dekat. Bahkan Kris lebih dekat dengan Sooyoung
dibandingkan dengan Yoona. Mungkin karena hubungan mereka sebagai atasan dan
asisten-lah yang membuat mereka dekat.
***
“Kau benar-benar harus mulai bekerja hari ini, Jes?”
ucap Taeyeon. Jessica mengangguk, “Ne, aku harus memulainya hari ini. Temanku
itu meninggalkan banyak tugas yang harus kuambil alih”
“Baiklah kalau begitu. Setelah Ericca bangun, apa
boleh aku mengajaknya berjalan-jalan?” tanya Taeyeon. “Tentu saja! kau bisa
mengajaknya kemanapun asalkan kau tak membahayakan putriku”
“Kau pikir aku akan menculik putrimu? Tidak, Jessica.
Kau mengenalku selama bertahun-tahun. Aku hanya akan mengajaknya berjalan-jalan”
jelas Taeyeon.
Jessica bangkit dan beralih ke rak sepatu yang berada
di depan pintu. Ia mengambil salah satu high
heels yang berwarna cream
setinggi 5 cm dan memakainya. “Aku percaya padamu, Yeon-ah. Aku tahu kau sangat
menyayangi Ericca. Kalau begitu aku pergi dulu ne?”
“Ne, hati-hati Sic”
Jessica melenggang keluar dari kawasan Namdaemun,
tempat apartemen-nya menuju halte terdekat. Jam menunjukkan 06.52. dia harus
cepat sampai di kantor barunya. Sekilas orang-orang melihat kearahnya. Mungkin
mereka heran dengan gaya berpakaian Jessica yang begitu modis. Kemeja putih
serta rok hitam 10 cm dibawah lutut serta ia lengkapi mantel bulu yang berwarna
senada dengan warna sepatu high heels-nya.
Tiap kali bertatapan, Jessica selalu melempar senyum kearah orang yang
menatapnya. Bagi seorang Jessica, ia sedikit risih karena mendapat banyak
tatapan yang tidak biasa untuknya. Bukan karena pakaiannya yang mewah dan
mahal. Tapi ia bisa memadukan pakaian biasa agar terlihat lebih menarik dan
modis tentunya. Selera fashion-nya
inilah yang membuatnya menjadi seorang designer.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 15, ia
sampai di gedung berlantai lima didaerah elit Gangnam. Ia melangkahkan kakinya
menuju lobby di kantor itu dan
menanyakan kepada resepsionis.
“Annyeonghaseo agassi. Ada yang bisa saya bantu?”
“Oh, annyeonghaseo. Saya mencari ruang presdir
perusahaan ini. Dapatkah anda menunjukkannya?” tanya Jessica sopan.
“Ah, agassi pasti pegawai baru. Saat ini presdir Wu
sedang tidak berada ditempat. Kau bisa menemui sekretarisnya di lantai 2 gedung
ini”
“Ah, kamsahamnida”
Jessica melangkahkan kaki jenjangnya menuju lift yang berada dekat dengannya. Ia
masuk dan langsung menekan angka ‘2’ yang tertera dalam lift itu. Hanya membutuhkan beberapa detik saja untuk bisa sampai
ke lantai 2 gedung itu. Sesampainya, ia melenggang keluar dari lift dan dihampiri oleh seorang yeoja
yang bisa dikatakan punya selera fashion
tinggi dan tubuh proporsional untuk menjadi seorang model.
“Annyeonghaseo” sapa yeoja itu ramah
“Annyeonghaseo”
“Kau designer
baru, Jessica Jung bukan?”
“Ne. Nuguseyo?”
“Aku sekretaris presdir di perusahaan ini, Choi
Sooyoung imnida” seru yeoja itu memperkenalkan diri. Jessica juga ikut
membungkuk, “Jung Sooyeon imnida”
“Sekarang ikutlah denganku. Aku akan menunjukkan
ruanganmu. Untuk sementara ini kau belum bisa bertemu dengan presdir. Beliau
sedang rapat dengan para pemegang saham” ajak gadis yang merupakan sekretaris
presdir perusahaan itu yang bernama Sooyoung. “Ne, kamsahamnida Choi-ssi” kata
Jessica sopan.
Sooyoung tersenyum, “kau bisa memanggilku
‘Sooyoung-ah’. Ku harap kita bisa menjadi rekan kerja yang baik.”
“Ne, Sooyoung-ah”
Sooyoung dan Jessica berjalan beriringan menuju sebuah
ruangan yang terletak berada diantara meja-meja para designer yang sedang sibuk dengan design-nya masing-masing. Sooyoung dan Jessica-pun memasuki ruangan
itu.
“Ini ruanganmu. Kau bisa menatanya sesuai kehendakmu.
Jika kau membutuhkan bantuanku, kau bisa menemuiku di depan ruangan presdir.
Kau sudah tahu jabatanmu disini, bukan?” jelas Sooyoung. Jessica menyahut,
“Ne”.
“Baiklah kalau begitu. Kau bisa menggunakan seluruh
fasilitas yang ada diruangan ini. Oh ya, kau lihat rak di samping jendela itu?
Itu semua buku-buku design milik
Yuri. Disana juga terdapat buku-buku sketsa design
Yuri. Kau boleh melihatnya untuk referensi fashion-mu.
Aku tahu, kau dan Yuri punya selera fashion
yang sama.” Tambah Sooyoung. Jessica hanya diam sambil tersenyum.
“Ah, aku sudah terlalu banyak bicara ya?
Jwesonghamnida.. oh... sudah waktunya. Aku harus pergi. Presdir membutuhkanku.
Nanti aku akan menghampirimu jika presdir ingin bertemu denganmu. Aku pergi
dulu ne? Semoga kau nyaman ditempat barumu” seru Sooyoung lalu membalikkan
badannya menuju pintu ruangan itu.
Setelah Sooyoung keluar, Jessica terbenam dalam
bayangannya sendiri. Ia masih memandangi ruangan barunya. Ruangan itu bukanlah
sebuah ruangan mewah. Hanya saja, penataannya membuat penghuninya merasa tidak
bosan berada di ruangan ini. Ruangan minimalis yang berdominasi cat hitam dan
putih itu dilengkapi sebuah rak tiga tingkatan, dua buah sofa putih yang
dibatasi sebuah meja kaca, sebuah meja kerja dan kursi berputar serta alat-alat
lainnya.
“Ternyata, Yuri memang seseorang dengan selera tinggi
rupanya” gumamnya sambil terus mengagumi ruangan barunya itu. Ia tersentak. Ia
melupakan sesuatu hal yang merupakan janjinya kepada Yuri.
“Oh... astaga, aku hampir saja melupakannya!” ia lalu
mengambil posisi menuju meja kerjanya dan duduk di kursi berputar yang sekarang
menjadi miliknya. Ia mengambil sebuah benda persegi berukuran sedang dari dalam
tasnya dan menaruhnya sekaligus membukanya diatas meja. Ia menyalakan benda
yang biasa disebut laptop dan membuka jaringan internet yang ada.
“Oh... Yuri mengirimkan E-mail baru!” sentaknya
gembira. Ia mulai menekan kursor laptopnya dengan lincah untuk membuka e-mail
yang dikirimkan Yuri untuknya.
Subyek : Kabar hari ini
Annyeonghaseo
Jessica-ssi...
Apa
kau sudah sampai disana? Bagaimana kantorku? Nyaman bukan? Kuharap kau bisa
betah berlama-lama disana. Aku meninggalkan beberapa buku milikku disana. Jika
kau sudah mulai bekerja, mungkin Sekretaris Choi sudah menjelaskannya panjang
lebar padamu. Dia orang yang cerewet tapi dia adalah orang ketiga yang bisa
membuat presdir menjadi seorang yang benar-benar mengerti hidupnya. Aku tidak
tahu siapa orang pertama yang bisa membuat presdir menjadi seorang namja yang
hangat. Kau sudah bertemu dengan presdir? Kuberitahu sesuatu hal padamu.
Walaupun tampilan luar presdir itu dingin dan seperti tidak pernah menganggap
orang seperti ia tidak kenal, tapi dia sangat menghargai yeoja. Aku tahu hal
itu karena istri presdir adalah teman SMA-ku.
Oh
ya, Kantormu nyaman juga ya, Jes. Aku sudah menempati kantormu. Selain menjadi
designer, ternyata kau juga menjabat sebagai sekretaris? Akhirnya, mimpiku
terwujud menjadi seorang sekretaris berkat kamu. Aku sangat berterimakasih
untuk itu. Dan juga, aku minta maaf karena aku pasti sudah sangat
menyusahkanmu. Kehidupan nyamanmu di Paris sudah terusik gara-gara permintaanku
kan? Aku benar-benar minta maaf untuk itu.
Baiklah,
sampai disini saja e-mail ku nona Jung. Semoga kau nyaman berada di Seoul. Aku
menunggu balasan e-mail mu secepatnya ne?
Jessica mengembangkan senyumnya. Setidaknya ia telah
membuat suatu gambaran untuk menghadapi atasan barunya di kantor itu.
Tiba-tiba, pintu ruangannya diketuk beberapa kali dan dibuka oleh seseorang
yeoja yang baru dikenalnya selama beberapa jam, Sooyoung.
“Jessica, presdir ingin menemuimu. Tarra wa! (ikut
aku!)”
“Ne”
***
Kris baru saja kembali ke ruangannya diikuti Sooyoung
yang membuntutinya dari belakang. Ia mendudukkan tubuhnya di kursi putar nyaman yang berada di
ruangannya itu. Sooyoung terlihat datar menatap atasannya yang sangat
menampakkan raut kelelahan setelah kurang lebih 4 jam terkurung dalam ruangan
redup yang hanya diterangi cahaya projector
yang menampilkan grafik-grafik gerakan saham yang naik-turun dalam
perusahaannya.
“Apa ada yang terjadi dalam rapat pemegang saham tadi,
sajangnim?” tanya Sooyoung hati-hati. Ia takut jika itu mengganggu perasaan
Kris yang masih kacau. Kris mendesah berat, “Perusahaan membutuhkan investor
baru. Dan aku belum menemukan investor itu. Itu membuatku sedikit frustasi,
Sooyoung-ah”
Sooyoung hanya bisa diam menanggapi curahan seorang
Kris Wu yang duduk di depannya. “Sebenarnya, saya ingin memperkenalkan designer baru sekarang ini. Tapi,
presdir sedang dalam keadaan yang tidak baik. Mungkin saya akan menundanya
dahulu”
“Kau pikir aku tidak bisa mengatur diriku sendiri saat
aku berada dihadapan seorang yeoja? Bawa dia kehadapanku sekarang” sahut Kris
pada Sooyoung. Sooyoung yang mendengarnya tersenyum dan membungkuk. Ia kemudian
keluar dari ruangan Kris.
Setelah Sooyoung keluar, tiba-tiba ponselnya bergetar
dalam saku celananya. Ia mengambil dan melihat layar ponsel itu. ‘Nomor asing’
benaknya mencelos. Ia lalu menekan tampilan telepon berwarna hijau dan
mendekatkan ke telinganya.
“Yihao, Yifan?..”
“Who are you?”
“Huh, don’t
you remember? Aku teman SMA-mu saat di China. Kita biasa bersama Yifan”
Sejenak Kris diam dan mengingat-ingat teman-temannya
saat ia masih berada di China. Matanya membulat. Ia langsung memutar kursinya
ke belakang agar ia bisa lebih leluasa berbicara dengan teman lamanya itu.
“Luhan? Kau benar-benar Xi Luhan?”
“Kau baru
menyadarinya? Aish, kenapa otakmu begitu lamban?”
“Yak! Kau menghinaku Luhan! Jika kau menghinaku lagi,
kau akan mati ditanganku, tuan Xi!”
“Okay, I got
it. Sekarang kau ada dimana?”
“Aku ada di Korea. Kau masih berada di China?”
“No, Aku
berada di Inggris sekarang. Papa menempatkanku disini”
Tiba-tiba saat Kris masih sedang berbicara di telepon
bersama seseorang bernama Luhan, suara sekretarisnya, Sooyoung terdengar.
“Sajangnim, Designer
Jung sudah datang” seru Sooyoung dari luar. Suara pintu terbukapun terdengar.
“Luhan, nanti aku telepon lagi ya. Bye!”
“Bye”
Kris mulai memutar kembali kursinya dan mengambil data
designer baru diperusahaannya itu.
“Annyeonghaseo sajangnim” salam hormat designer
barunya itu. Kris masih belum mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
Sementara seseorang didepannya belum menegakkan wajahnya yang menunduk.
“Huh...” desah Kris lalu ia mengalihkan tatapannya
pada seseorang yang kini berdiri menunduk dihadapannya. Mata elangnya seketika
membulat melihat siapa yang berada didepannya saat ini dan ia bangkit serta
menatap selidik orang yang berada dihadapannya. Seseorang yang sangat ia rindukan
berada di hadapannya sekarang.
“J..Jes...si..ca..” panggilnya masih menatap selidik
yeoja yang berada di hadapannya. Yeoja itu perlahan menegakkan wajahnya dan
tatapan mereka bertemu. Yeoja itu langsung mengalihkan pandangannya begitu ia
menyadari tatapan mereka bertemu. Ya, 4 tahun memang waktu yang lama untuk
menunggu dan bersabar.
***
Jessica mengikuti langkah panjang Sooyoung menuju
ruangan pimpinan. Ia sempat ragu-ragu untuk bertemu pimpinannya itu.
“Sooyoung-ah, bisakah kau berjalan lebih lambat?”
sahut Jessica. Sooyoung masih berjalan, “Tidak bisa nona Jung. Aku harus
secepatnya mengantarmu menemui presdir”
Jessica hanya bisa mendesah berat sambil terus
mengikuti langkah panjang Sooyoung. Ia dan Sooyoung sampai di sebuah ruangan
berpintu besar yang bertuliskan ‘Presdir’s Room’.
“Ini ruangan presdir. Disana adalah ruanganku. Aku tak
harus menjelaskannya lebih detail
bukan?” sahutnya. “Jja! Rapikan bajumu dan aku akan memberitahukan kedatanganmu
pada presdir”
Jessica menuruti perintah Sooyoung, “Ne, aku sudah
siap Sooyoung-ah”
Sooyoung mulai berkata lebih keras, “Sajangnim, Designer Jung sudah datang”
Jessica mengangguk dan jemarinya mulai menekan gagang
pintu. Ia berjalan memasuki ruangan mewah yang terdapat didepannya. Jelas saja,
bukankah ruangan itu milik pemilik perusahaan ini? Tentu saja pasti ruangan
yang ditempatinya sangat nyaman dan mewah. Ia melihat sebuah kursi putar
membelakanginya. Setelah kursi itu berbalik, ia langsung mengucapkan salam.
“Annyeonghaseo sajangnim” salam hormatnya. Seseorang
yang menduduki kursi itu memutar kursinya. Mereka masih terdiam dan tak saling
memandang.
“Huh...” hanya kalimat itu yang bisa Jessica dengar.
Namja yang berada di kursi itu melihat ke arah Jessica. Seketika itu, ia terkejut
dan langsung berdiri serta menatap Jessica tak percaya.
“J..Jes...si..ca..” panggil namja itu terbata-bata.
Jessica yang bingung langsung menegakkan wajahnya dan melihat atasanya. Air
mukanya langsung memerah dan ia menunduk mencoba mengalihkan apa yang ia lihat.
Namja yang membuat hidupnya hancur dan juga namja yang telah ia tinggalkan 4
tahun lamanya kini muncul dihadapannya. Namja
itu mulai melangkahkan kakinya menuju Jessica yang masih memalingkan
wajah.
“S-sica, kau benar-benar Jessica?” kini namja itu
berada dihadapan Jessica dengan tatapan tak percaya. Jemarinya mulai menjalari
sisi pipi kanan Jessica dan sekaligus mengangkat wajah Jessica agar gadis itu
menatapnya.
“Jessica...” namja itu langsung merengkuh Jessica
kedalam pelukannya. Jessica hanya diam tak membalas rengkuhan lemah dari namja
yang berada didepannya. Ia memejamkan matanya, mencoba untuk bisa menahan air
mata yang sudah mulai mengalir membentuk aliran kecil melewati pipi mulusnya.
Ia kembali mendapatkan oksigennya selama ini. Hatinya sesak. Ia bahkan tidak
bisa membalas pelukan namja itu.
“Kris...” bibir mungilnya hanya dapat mengucap satu
buah nama. Lidahnya kelu dan tak dapat berkata lebih lagi. tubuhnya bergetar
tak dapat tertahan. Ia benar-benar sudah terjatuh lagi pada titik terdalam
kehidupan kelamnya. Sementara namja yang bernama Kris itu semakin mengeratkan
pelukannya seolah-olah ia tak membiarkan Jessica pergi lagi dari hidupnya.
“Kau kembali padaku, Jes...” sahutnya merancau. Ia
perlahan melonggarkan lengannya dan menatap mata Jessica yang masih berair. Kris
tersenyum dan menghapus aliran kecil yang berada memenuhi pipi yeoja yang
sangat ia cintai itu, “Uljimayo... aku tak mau melihat tangisanmu”
Jessica melangkah melepas lengan Kris yang melingkar
dari tubuhnya dan mundur beberapa langkah dari namja itu, “Jwesonghamnida
sajangnim, kali ini anda dan saya adalah atasan dan bawahan. Jadi, tolong
bersikaplah seolah kita adalah atasan dan bawahan”
Kris terkejut sekaligus bingung mendapat perlakuan itu
dari Jessica, “Apa yang kau maksud, Sica?”
Kris berjalan mendekati Jessica yang semakin mundur
menjauhi dirinya. Tubuh Jessica masih bergetar menandakan bahwa ia masih
menangis. “Wae?”
“Kita sudah berakhir, Kris. Sekarang hanya ada kau dan
aku. Kau adalah atasanku dan aku adalah bawahanmu. Jadi, bersikaplah bahwa aku
adalah salah satu karyawan diperusahaanmu. Dan kita sudah memiliki kehidupan
masing-masing” ungkap Jessica pada Kris. Kris hanya membuang wajahnya mendengar
ucapan Jessica. “Siapa bilang kita sudah berakhir? Seingatku, aku tak pernah
mengucap kata ‘perpisahan’ padamu..”
Jessica mendesah berat mendengar jawaban ketus dan
dingin dari Kris, “Kita benar-benar sudah tak berhubungan sejak aku pergi
menjauh dari hidupmu dan kau menikah dengan orang lain”
“Jadi kau mempersalahkan itu? Kau tahu, aku menikah
dengannya karena aku dijodohkan dan aku tak pernah menerimanya. Perlu kau tahu,
Jess... aku tak pernah menganggapnya seorang yeoja dan tak pernah menyakitinya
se-inchi-pun. Dia juga tak pernah merasa disakiti olehku” ungkap Kris
menjelaskan. Namun, Jessica masih tak percaya dengan apa yang Kris ungkap
padanya.
“Kalau kau bertanya padanya apakah ia tersakiti atau
tidak, pasti ia akan berucap tidak padamu, Kris. Yeoja pasti akan berpura-pura
kuat didepan seorang namja sepertimu. Ia pasti sangat tersakiti” ujar Jessica
yang masih terisak.
“Lalu apa kau juga tidak tersakiti selama ini?
Berhentilah memikirkan orang lain dan fikirkanlah dirimu sendiri!” sahut Kris
menaikkan octave suaranya. Jessica
kini mulai berani membalas tatapan elang Kris, “Selama ini aku selalu memikirkan
diriku sendiri. Menyimpan rasa sakitku sendiri dan menyimpan beban hidupku
sendiri. Apa aku salah jika aku ingin memikirkan orang lain kali ini saja?”
Kris mulai berjalan cepat kearah Jessica yang masih
menatapnya seduktif dan mendorang kasar tubuh Jessica sampai membentur dinding
cukup keras serta menguncinya dengan kedua lengan kokohnya, “Kau ingin
memikirkan orang lain? Kalau begitu cobalah fikirkan aku. Hidup selama 4 tahun
dengan seorang yeoja yang sama sekali tak ku kenal dan tak ku cintai sampai
saat ini dalam sebuah ikatan bernama pernikahan, Hidup berpindah dari Amerika
ke Korea hanya untuk mengurus bisnis yang tidak pernah ku sukai, Kehilanganmu
untuk waktu yang lama dan sekarang kau memintaku untuk memikirkan orang lain.
Kau sadar, kau juga telah menyakitiku, Jess...”
Jessica terdiam. Ia tak mampu membalas semua ucapan
Kris yang memang benar. Semua anggota tubuhnya kaku dan tak bisa bergerak.
Bahkan untuk bernapaspun, ia harus bersusah payah. Kris mulai mendekatkan
wajahnya dan menepis lagi jarak antara dirinya dan juga Jessica. Hembusan nafas
yang begitu hangat beradu dan menyapu pori-pori kulit wajah mereka. Seakan tahu
apa yang akan terjadi, Jessica menutup matanya dan merasakan sentuhan lembut
menyelimuti kedua sisi bibirnya. Ya, kehangatan yang dulu hilang, kini telah
kembali bersamaan dengan kedua pasang lipatan indah yang menyatu mengisyaratkan
perasaan yang mewakili mereka berdua. Jessica tak membalas perlakuan Kris.
Untuk kali ini, ia merasa semua rasa bahagia, sedih, dan takut kini bergerumul
dibenaknya.
Setelah cukup lama membiarkan Kris memberitahukan
semua kerinduannya pada seorang Jessica, yeoja itu perlahan mendorong pelan
dada Kris agar namja itu melepaskan ciumannya dan memberi jarak bagi mereka
berdua.
“Kurasa, ini sudah terlalu berlebihan, Kris...” ucap
Jessica sambil menyeka dan menghapus aliran kristal bening yang sudah membasahi
pipi mulusnya. Ia tersenyum getir melihat ekspresi Kris yang begitu kecewa.
“Jika sajangnim membutuhkan saya, anda bisa memanggil
saya di ruangan saya. Kalau begitu, saya permisi dahulu” kata Jessica lalu
meninggalkan ruangan Kris tergesa-gesa. Kris yang melihatnya hanya menatap
teduh Jessica yang melangkahkan kakinya meninggalkan ruangannya. “Kau mungkin
benar, Jess... ini semua memang sudah terlambat. Tapi aku tak akan menyerah
untuk meraihmu untuk kedua kalinya”
***
Jessica keluar dari ruangan Kris dengan tergesa-gesa.
Sooyoung menatapnya heran sekaligus khawatir dengan keadaan Jessica yang
sedikit lusuh dan berantakan. Sooyoung tidak mengejar dan meminta Jessica untuk
menjelaskan apa yang terjadi antara Kris dan Jessica. Ia memberi waktu Jessica
untuk menenangkan dirinya.
Ketika ia masih bergelut dengan semua fikirannya, Kris
yang berada di dalam ruangannya memanggilnya. Ia lalu membuyarkan semua
imajinasi dan fikirannya akan apa yang terjadi dengan Jessica. Ia lalu
melangkahkan kakinya memasuki ruangan presdirnya itu.
Sooyoung membungkukkan punggungnya dan berhadapan
dengan Kris sebagai atasanya. “Ye, sajangnim. Ada yang harus saya lakukan?”
ujarnya yang sekarang sedang menatap heran Kris.
“Batalkan semua pertemuan hari ini. Seberapa
pentingpun itu” seru Kris pada Sooyoung yang sedang menatapnya heran. Sooyoung
mendesah berat mendengar penuturan Kris. Ia mulai lebih mendekat menghadap Kris
yang terlihat tidak bersemangat dan lusuh.
“Sekarang aku ingin berhadapan denganmu sebagai
seorang teman, Kevin. Katakan padaku, apa kau dan designer baru yang bernama Jessica itu saling mengenal?” tanya
Sooyoung. Kris yang mendengarnya kini menatap Sooyoung, “Aku mengenalnya. Tapi
mungkin ia tak mengenalku”
Sooyoung mendecak, “Jawaban itu? Apa kau pernah
berhubungan dengannya?”. Kris menghembuskan nafasnya kasar, “Kenapa kau
sepertinya ingin tahu sekali, Sooyoung-ah?”
“Huh... kulihat, kau menjadi sangat lemah jika
berhadapan dengannya. Aku rasa, Jessica memang seseorang yang khusus untukmu”
ujar Sooyoung melipat kedua lengannya di depan dadanya.
“Selama ini, aku selalu mempercayaimu, Young-ah. Ini
adalah masalah yang sangat pribadi dan masalah ini sudah ada sebelum kau
datang. Tapi, untuk kali ini aku ingin meminta bantuanmu untuk menyelidiki
kehidupan Jessica selama 4 tahun terakhir. Dimulai saat ia menjadi seorang designer. Apa kau mau Sooyoung-ah?”
sahut Kris. Ia sudah tidak ingin membicarakan masa lalunya ‘tanpa Jessica’.
Sooyoung mengangguk menanggapi dan ia langsung pergi meninggalkan Kris.
“Kau tahu, Jess... aku merindukanmu...”
***
Jessica memasuki ruang pribadinya dengan mata sembab.
Ia masih menangis sesegukan. Laptopnya yang berada di atas meja kerjanyapun
masih menyala dengan layar yang menampilkan e-mail Yuri. Jessica menyeka air
matanya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya sibuk merogoh saku
mantel berwarna cream yang tergeletak
di kursi kerjanya. Ia mengambil sebuah benda persegi berwarna putih dan tangan
lentiknya sibuk menekan angka-angka bayangan yang berada di layar ponselnya. Ia
menelepon seseorang.
“Yoboseyo...”
“Yoboseyo, Taeyeon-ah... hiks”
“Wae geurae,
Jes? Kenapa kau menangis?”
“Kau sekarang dimana? Apa Ericca sedang bersamamu?”
“Aku sedang
berada di toko cokelat. Ya, Ericca bersamaku. Apa yang terjadi denganmu, Jes?”
“Kita harus bertemu, Tae. Saat jam makan siang, tunggu
aku di cafe ‘Moonlight’ dan bawa
Ericca juga”
“Baiklah, kau
harus menceritakan semua yang terjadi hari ini padaku nanti. Satu jam lagi kita
bertemu. Jaga dirimu baik-baik, Jess”
“Ne...”
Jessica lalu memakai mantel cream yang berada dihadapannya. Ia mematikan laptopnya yang masih
menyala dan memasukkannya ke dalam tas jinjing yang ia bawa. Jam istirahat
kantor adalah 2 jam dan sudah banyak karyawan yang meninggalkan kantor untuk
makan siang. Jessica sesegera mungkin keluar dari ruangannya. Namun,
pandangannya menangkap suatu objek yang sedang ingin dihindarinya. Siapa lagi
kalau bukan Kevin Wu yang kini menatapnya tajam. Tak mau berurusan lebih lama
lagi dengan namja itu, Jessica langsung mengambil langkah cepat. Namun tak
disangka-sangka Kris menarik tangannya agar ia berhenti sekaligus mendekat
kearahnya.
“Kau tidak boleh pergi sebelum kau menjelaskan
semuanya padaku!”
“Apa yang harus dijelaskan lagi? aku tidak mempunyai
waktu menjelaskan lagi, Kris. Aku harus cepat pergi” seru Jessica yang sudah
terlihat emosi. Ia berusaha melepaskan cengkraman Kris yang berada di lengan
kirinya. Namun, usaha Jessica sia-sia. Kris sangat kuat mencengkram lengannya
dan semakin membuat lengannya itu memerah.
“KRIS!”
“Kau harus menjelaskannya SEKARANG!” jelas Kris dan
menekan kata yang paling akhir dari ucapannya. Jessica terlihat malas untuk
berdebat apalagi berbicara dengan Kris.
“Kris, aku akan menjelaskan segalanya!
Sejelas-jelasnya! Tapi tidak untuk sekarang. Aku segera pergi” sahut Jessica
mulai melemah. Kris menyeringai dan tetap tidak melepaskan tautan kepalan
tangannya pada pergelangan tangan Jessica.
“Aku tak akan melepaskanmu! Sedetikpun itu, Jessture” ucap Kris. Ucapan Kris kembali
membuka memori lama yang telah Jessica tutup rapat-rapat. Jessture adalah panggilan dari Kris untuk Jessica karena Jessica
sangat mahir dalam urusan gambar-menggambar.
“Berhenti memanggilku dengan nama itu!” sahutnya
dingin. Jessica menghembuskan nafasnya berat “Baiklah jika kau ingin aku
membukanya. Tapi setelah kau tahu yang sebenarnya, kau tak boleh terkejut atau
menunjukkan ekspresi terkejutmu. Do you understand? Dan kau bisa mengantarku ke
cafe ‘Moonlight’?” tambah Jessica.
Kris mengangguk dan menggandeng lengan Jessica keluar
gedung ‘Diamond Fashion’ menuju
parkiran mobil. Kris dan Jessica masuk kedalam Audi Locus hitam milik Kris dan melenggang bebas menyusuri jalanan
Seoul yang ramai lalu-lalang.
To Be Continued
Gimana? kedua main casts udah ketemu. kecepetan nggak sih alurnya? setelah baca komen yaa.. jangan jadi siders.
Gimana? kedua main casts udah ketemu. kecepetan nggak sih alurnya? setelah baca komen yaa.. jangan jadi siders.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar