G R E E T I N G © 2014

안녕하세요~~

Blog ini khusus menyediakan berbagai Fan Fiction dengan EXO sebagai Main Cast-nya.
Please, Be Enjoy, Be Honest, Be Creatives and Be Yourself in Here :D

Royal Ices' and Acardians' House (Kris-Jessica & Kai-Krystal)

-JUNG SISTERS FEAT. THE ALIEN BROTHERS-

Part of This Blog :


~HAVE A CHEERFULL MARCH WITH LAY AND IU~

감사합니다 J J

Sabtu, 01 Februari 2014

[SERIES] You Look Like A 'Tinkerbell' Chapter 3


Title                        : ‘You Look Like a TINKERBELL’ Chapter 3

Sub-Title                                : ‘Because, I Really Love You’

Author                   : ChocoHeaven0510 (T : @nahyabintan_)

Main Cast               :

Kim Joon Myun
Kang Min Kyung

Other Cast             :

Park Soo Rin [OC]
Kim Jong In
Hwang Mi Hyun [OC]
Xi Lu Han

Rating : G/T (13+)

Genre : Romance, Friendship, School life, Happy

Desclaimer : The casts are belong to SM Ent. and also LOEN Ent. except OCS. The main idea was mine and don’t copy it!

Author's Note : Annyeonghaseo~~ aku kembali membawa FF-ku yang super abstrak xD. Mian kelamaan buat kalian menunggu. jangan lupa untuk meninggalkan jejak kalian setelah baca FF ini yaa... Happy Reading~~

Poster by HEPIDIANA (Thanks banget buat HepHep eon~~)

Summary :

Makhluk mungil namun mempunyai banyak kelebihan
Berani, Kreatif dan Berbakat
Kurasa sebutan itu pantas bagi dirimu yang sempurna dimataku
Sebutanmu bagiku adalah TINKERBELL-ku

Back Sound :

1)       SNSD – Tinkerbell
2)       SNSD -  All my love is for you

#PREVIEW LAST PART#

Setelah pintu terbuka, Joonmyun masuk terlebih dahulu disusul Minkyung. Minkyung sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi. Perlahan pandangannya mulai memudar dan ia pingsan tak sadarkan diri. Joonmyun yang berada beberapa langkah didepan Minkyung mendengar sebuah suara yang ia yakini berasal dari sisi belakang. Ia lalu menengok kearah belakang tubuhnya dan melihat Minkyung sudah tergeletak pingsan. Ia begitu terkejut dan langsung menghampiri Minkyung yang sudah tak sadarkan diri itu dengan panik.

“Minkyung-ah, Ireona! Minkyung-ah!” seru Joonmyun panik dan terus menerus memanggil nama Minkyung. Ia lalu membopong Minkyung menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamarnya sendiri yang berada di lantai dua rumahnya. Ia juga merasakan suhu tubuh Minkyung yang tinggi dan sesegera mungkin membuat Minkyung menjadi hangat.

~STORY BEGIN’s~
-Kim’s House, Gangnam-gu, Seoul, South Korea-

Perlahan, kelopak mata Minkyung terbuka. Sinar-sinar menyilaukan mulai sedikit demi sedikit menyerobot masuk kedalam retina matanya. Ia berusaha menyeimbangkan kesadarannya. Ia lalu mencoba untuk duduk. Tak lama, pintu kamarnya terbuka dan menampilkan Joonmyun yang memasuki kamarnya dengan tangan kanannya memegang sebuah mangkuk.

“Kau sudah sadar?”

Minkyung mengangguk, “Apa yang terjadi padaku, oppa?”

Joonmyun duduk di kursi yang ia letakkan disisi ranjang Minkyung, “Tadi kau pingsan sesaat setelah kau masuk ke rumah. Aku panik melihatmu pingsan. Aku juga bisa merasakan bahwa tubuhmu panas. Apa kau menerobos hujan, eoh? Kau tahu, bajumu masih basah karena itu” jelas Joonmyun.

“Makanlah... aku tahu makanannya akan terasa pahit karena kau masih sakit. Tapi, usahakan kau habiskan, okay? Bukankah tadi siang kau tidak makan sama sekali? Kenapa kau begitu susah diatur?” omel Joonmyun. Minkyung hanya bergumam singkat meladeni omelan Joonmyun.

Joonmyun menyuapkan sesendok bubur ke mulut Minkyung. Minkyung hanya merasakan rasa yang tidak enak pada daerah mulutnya. Ia ingin muntah tapi terus ia tahan. Ia tak mau mengecewakan Joonmyun yang sudah bersusah payah membuatkannya bubur. Tak sampai 15 menit, mangkuk yang berada di tangan Joonmyun kosong. Ia lalu membantu Minkyung mengelap sisi bibirnya yang sedikit belepotan. Perlakuan Joonmyun membuat Minkyung mematung. Hatinya bergetar dan darahnya berdesir cepat.

“Kyung-ah, cepat minum obatmu yang ada diatas meja! Aku harus meletakkan mangkuk ini ke dapur. Sementara aku berada didapur, gantilah bajumu! Kau pasti kedinginan memakai baju yang basah seperti itu. Tak mungkin kan kau mau aku yang menggantikan?” goda Joonmyun. Minkyung hanya memberikan death glare yang lucu menurut Joonmyun.

Minkyung menahan lengan Joonmyun. “Aku ingin meminta sesuatu padamu.... ku mohon, temani aku untuk hari ini saja...”. Joonmyun menatap heran Minkyung. Namja itu lalu mengangguk sambil tersenyum. “Tapi, aku akan menaruh mangkuk ini dulu. kau harus ganti bajumu. Aku tak mau kau kedinginan”. Minkyung mengangguk mengerti. Joonmyun lalu melanjutkan langkahnya menuju ke dapur.

***

Minkyung sudah bersiap dengan piama hijau polos yang kini ia pakai. Tak lama kemudian, Joonmyun memasuki kamarnya.

“Aku akan menemanimu malam ini. Aku akan tidur di sofa” ujar Joonmyun. Minkyung lagi-lagi menahan lengan Joonmyun. “Oppa... bukankah tidur di sofa itu tidak nyaman? Lebih baik oppa tidur di sampingku saja” sahut Minkyung. Joonmyun lalu membulatkan matanya tak percaya, “Apa kau gila? Bagaimana bisa kita tidur satu ranjang?”

Minkyung menunduk, “Aku tidak gila, oppa. Aku hanya kasihan padamu. Kau harus bersusah payah menjagaku disaat seperti ini. Lagipula aku percaya padamu, kau tidak akan melakukan hal yang diluar nalar bukan?”

Joonmyun duduk disamping Minkyung. Ia sepertinya sudah tahu kalau Minkyung akan memberitahukan suatu hal padanya. “Dulu sewaktu aku masih berusia tujuh tahun, aku pernah jatuh sakit karena aku terlalu merindukan Jinyoung eonnie. Aku fikir, kepergian Jinyoung eonnie ke Amerika adalah salahku. Tapi, eomma selalu bilang jika itu bukan salahku. Saat aku sakit, eomma selalu berada didekatku dan mengesampingkan urusan-urusannya termasuk kunjungan bulanannya ke Amerika. Tapi, jika aku sudah kembali pulih, aku akan kembali sendiri. Untuk itulah aku lebih memilih diriku saat sakit daripada sehat. Karena saat itulah aku mendapatkan kasih sayang yang aku inginkan” ungkap Minkyung.

Joonmyun diam mendengar cerita Minkyung. Ia tak menyangka jika hal itu adalah fakta dari kehidupan seorang Kang Minkyung. “Oppa tak perlu mengasihaniku. Aku sudah terbiasa dengan hidupku yang seperti ini” ucap Minkyung. Joonmyun lalu menarik Minkyung kedalam pelukannya.

“Ani, aku mengasihaniku. Aku hanya sedikit merasa tersentuh saat kau menceritakan kehidupanmu. Sekarang kau tak boleh menganggap kau hanya sendirian didunia ini dan berhentilah berkeinginan untuk sakit selama kau sehat. Arraseo?” seru Joonmyun. “Ne, arraseoyo oppa”

Joonmyun melepas pelukannya pada Minkyung. “sekarang tidurlah... aku akan menemanimu” seru Joonmyun yang sudah beralih posisi di sebelah kanan ranjang Minkyung. Minkyung juga langsung membaringkan tubuhnya di sebelah Joonmyun.

“Sekarang, tidurlah...”

Joonmyun sudah memejamkan matanya sementara itu, Minkyung masih belum bisa memejamkan matanya barang sejenak. Yeoja itu lalu lalu memiringkan wajahnya menatap Joonmyun.

“Wae? Apa kau tidak bisa tidur?” ucap Joonmyun yang masih memejamkan mata karena merasa Minkyung tidak tidur malah menatapnya.

“Ani... ada hal yang ingin aku lakukan pada oppa” seru Minkyung. Joonmyun masih terus saja memejamkan matanya padahal ia sendiri tidak tidur dari tadi. “Lakukanlah...”

“Sebelumnya, mianhae jika aku lancang...” Minkyung langsung melingkarkan kedua lengannya di pinggang Joonmyun yang langsung membuat Joonmyun seketika membuka matanya.

“K-Kyung-ah... a-apa yang kau lakukan?”

“Kau kan sudah tahu kalau aku sepenuhnya mempercayaimu. Jadi, kuharap oppa tidak merusak kepercayaanku padamu” jelas Minkyung. Joonmyun menatap Minkyung yang memiringkan badannya, “Tapi, apa maksudmu memelukku seperti ini?”

Minkyung membalas tatapan Joonmyun. “Karena tubuhmu hangat. Sekarang ini aku merasa kedinginan” balas Minkyung. “Lebih baik oppa tidur sekarang. Kalau oppa tertidur maka aku akan tertidur karena kepercayaan yang aku berikan pada oppa tidak oppa rusak” tambah Minkyung.

Joonmyun akhirnya menyerah dan menutup matanya diikuti Minkyung yang memang sedari tadi telah mengantuk namun ia tahan. Minkyung sudah terlelap dalam tidurnya sementara Joonmyun kembali membuka matanya. Ia memperhatikan wajah polos Minkyung saat tertidur. Memang tidak pernah berubah saat Joonmyun terakhir melihatnya saat 12 tahun yang lalu. Minkyung memang tidak pernah berubah dimatanya.

“Gomawo karena kau tetap menjadi Kang Minkyung yang dulu ku kenal” ujar Joonmyun sebelum ia menyusul Minkyung yang sudah terlebih dulu terlelap dalam alam mimpi.

***
Morning...

Jam sudah menunjukkan pukul 07.50 KST. Gundukan selimut berwarna biru mulai bergerak. Joonmyun membuka matanya terlebih dahulu dan melihat sebuah jam weker bergambar Mickey Mouse yang berada diatas nakas. Ia baru menyadari bahwa ia dan Minkyung masih berada dalam posisi berpelukan. Dengan pelan, ia memindahkan lengan Minkyung yang melingkar ditubuhnya agar Minkyung tak bangun. Ia lalu meletakkan punggung tangannya ke dahi Minkyung untuk memastikan suhu tubuh yeoja itu.

‘Suhu tubuhnya masih panas tapi sudah lebih baik dari tadi malam. Mungkin beberapa jam lagi suhu tubuhnya akan stabil’ batin Joonmyun. Namja itu lalu beranjak dari tempat tidur. Namun tak disangka, sebuah tangan putih menggenggam lemah lengan kanan Joonmyun.

“Oppa...” lirih Minkyung saat Joonmyun menatapnya. “Waeyo? Apa ada yang kau butuhkan?” tanya Joonmyun.

Minkyung menggelengkan kepalanya, “Ani. Aku hanya ingin hari ini oppa tidak berubah menjadi Joonmyun yang biasanya. Bejanjilah untuk tetap menjadi Joonmyun yang ku kenal tadi malam” ujar Minkyung memohon. Joonmyun mengernyit bingung dengan sikap Minkyung.

“Apa maksudmu Kyung-ah? Aku tak mengerti. Apa yang berubah dariku?” tanya Joonmyun yang memang benar-benar tak mengerti jalan pikiran yeoja yang berada dihadapannya.

Minkyung hanya mengerucutkan bibirnya lucu dan mengeratkan genggamannya pada lengan Joonmyun. “Apa semua namja tidak pernah mengerti hal-hal yang berada sekelilingnya? Di setiap jam dan waktu kau pasti berubah, Joon. Kau tidak pernah merasakan itu?” tanya Minkyung sarkatis. Yeoja itu memiringkan kepalanya untuk sekedar memastikan balasan Joonmyun.

“Apa menurutmu sekarang aku berubah?” tanya balik Joonmyun. Minkyung menegakkan kepalanya berusaha mencerna perkataan Joonmyun. Ia menggeleng pelan dan menatap Joonmyun. Namja itu lalu mengacak rambutnya yang sedikit kusut karena habis bangun tidur.

“Sudahlah, Kyung-ah... aku tak akan berubah. Aku tetap Joonmyun yang kau kenal sejak masa kanak-kanak. Sekarang, lebih baik kau tidur lagi atau mandi. Suhu tubuhmu sudah mulai menurun tapi kau masih tetap saja sakit. Aku akan menyiapkan sarapan dulu” seru Joonmyun lalu berjalan meninggalkan kamar Minkyung menuju dapur rumahnya.

Minkyung masih tetap bertahan pada posisinya diatas tempat tidur. Memang benar, pagi ini Joonmyun memang tidak berubah. Dia tetap menjadi Joonmyun yang tadi malam sangat perhatian pada Minkyung. Tapi, kemarin ia dengan jelas melihat sosok Joonmyun yang sangat berbeda jauh dari hari ini. Ah, mollayo... dia bisa gila jika memikirkan semua ini. Ia mulai beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

***
[Another Side] Kyungha Seoul National High School, Seoul, South Korea

Jongin dan Soorin duduk bersebelahan di sebuah meja yang berada disudut kantin sekolah. Tak biasanya mereka bersama pada jam istirahat walaupun mereka adalah sepasang kekasih. Biasanya, Jongin lebih sering berada dikantin bersama Joonmyun dan Soorin berada diperpustakaan bersama Minkyung. Namun, hari ini terasa aneh karena kedua orang yang merupakan tikus dan kucing itu malah menghilang secara bersamaan.

“Apa kau sudah bisa menghubungi Minkyung, Rin-ah?” tanya Jongin yang terus memperhatikan Soorin yang terus sibuk dengan ponselnya. Soorin menatap Jongin kemudian menggeleng pelan. “Aku sudah mencoba menghubungi ponselnya dan telepon rumahnya, tapi semuanya tidak aktif oppa...” sahut Soorin yang semakin lemas. Ia begitu mengkhawatirkan keadaan Minkyung.

“Lalu bagaimana dengan Joonmyun sunbae?” giliran Soorin yang bertanya. Jongin hanya menghembuskan nafasnya berat dan menggelengkan kepalanya. Soorin kini menopang dagunya dengan tatapan kosong.

“Kenapa mereka begitu kompak hari ini. Biasanya mereka selalu saja membuat keributan. Jika saja mereka ada disini, mungkin akan terjadi perang mulut yang seru di sekitar kita” gumam Soorin. Jongin mencubit pipi Soorin yang menggembung dan seketika membuat Soorin menatapnya tajam.

“Yak! Apa yang oppa lakukan? Neomu aphayo!” bentak Soorin pada Jongin. Jongin terkekeh kecil sambil mengusap rambut Soorin penuh sayang. “Kenapa kau jadi sensitif sekali, eoh? Kau sedang tidak kedatangan tamu kan?” goda Jongin.

“Oppa! Aku sedang tidak ingin bercanda! Aku benar-benar mengkhawatirkan keadaan Minkyung!” kata Soorin lagi. Jongin tersenyum, “Aku juga mengkhawatirkan Joonmyun, Rin-ah... kalau begitu, bagaimana jika sepulang sekolah kita pergi kerumah Joonmyun dan Minkyung?” tawar Jongin.

Soorin melebarkan matanya. “Jeongmal? Apa oppa tidak akan dimarahi ahjumma nantinya?” tanya Soorin khawatir. Bagaimanapun, ia tak mau Jongin dimarahi eomma-nya jika pulang terlambat.

“Ani. Aku akan memberitahu eomma jika aku pulang terlambat. Eomma pasti akan mengerti jika itu menyangkut tentang Joonmyun. Joonmyun adalah kesayangannya” ujar Jongin lirih. Soorin yang melihat wajah sendu Jongin-pun perlahan mengulurkan tangan kanannya dan mengusap pelan pipi Jongin. Hal yang sudah biasa ia lakukan.

“Walaupun Joonmyun sunbae mungkin adalah kesayangan ahjumma, tapi kau tetap anaknya oppa... ahjumma pasti lebih menyayangimu daripada Joonmyun sunbae. Kau, harus mempercayai itu. Arrachi?” seru Soorin. Jongin tersenyum dan menyentuh jemari lentik Soorin yang masih berada di sekitar pipinya. Hangat. Perasaan itu yang mendominasi atmosfir sekitar Soorin dan Jongin.

Jongin mulai melepaskan sentuhan telapak tangan Soorin dengan perlahan dan mendekatkan wajahnya ke wajah Soorin. Yeoja itu masih diam terpaku dalam tatapan kosongnya. Bibir mereka bersentuhan. Sesekali, Jongin melumat lembut bibir Soorin yang memang sedikit kaku. Wajar saja karena itu adalah ciuman kedua bagi Soorin. First kiss Soorin juga telah direbut Jongin satu tahun yang lalu saat mereka berdua berada di acara promnite sekolah. Kejadian itu cukup memalukan dan mengejutkan.

Jongin menjauhkan tubuhnya dari Soorin ketika sadar akan tempat yang tidak tepat untuk mereka melakukan hal itu. “Mianhae....” sahut Jongin. Soorin hanya mengangguk kecil. Walaupun sudah satu tahun lebih berhubungan sebagai sepasang kekasih, mereka masih saja terlihat sangat canggung saat memiliki waktu berdua.

“Kajja kita harus kembali kekelas. Bel sudah berbunyi” ajak Jongin dan langsung di patuhi Soorin. Mereka berjalan beriringan melewati koridor menuju kelas mereka.

***
[Back] Kim’s House, Gangnam-gu, Seoul, South Korea

Joonmyun dan Minkyung kini berada diruang makan. Di meja makan sudah tersedia roti dan selai berbagai rasa. Keluarga Kim memang selalu sarapan menggunakan roti setiap pagi. Minkyung yang sudah mengenal keluarga ini sejak kecil tahu akan hal itu. Dalam keluarganya –Keluarga Kang- juga melakukan hal yang sama. Semua itu karena pagi hari adalah waktu yang singkat untuk menyiapkan makanan.

“Oppa, mianhae... karena aku sakit kau jadi bangun siang dan kau tidak bisa masuk sekolah” lirih Minkyung. Joonmyun menghentikan kegiatan sarapannya dan menatap yeoja yang kini berada dihadapannya. Namja itu lalu tersenyum, “Gwaenchana. Hanya untuk hari ini saja. Lagipula, sakitmu itu memberiku waktu untuk mengerjakan tugas essay bahasa Inggris dan proposal yang harus aku berikan pada Abeoji. Jadi, mungkin aku harus berterima kasih padamu” ujar Joonmyun.

“Jadi, sakitnya aku itu membawa keberuntungan?” ucap Minkyung sedikit kesal. Yeoja itu menggembungkan pipinya sambil melanjutkan sarapannya.

Joonmyun terkekeh pelan mendengar perkataan Minkyung. Saat ini, Minkyung terlihat sangat lucu. “Apa kau tahu? Tidak semua yang buruk itu membawa sesuatu hal yang buruk juga. Terkadang, kita justru harus bersyukur dengan situasi buruk itu. Bisa saja, sesuatu yang buruk itu membawa salah satu hal yang baik” terang Joonmyun pada Minkyung.

Minkyung menghembuskan nafasnya berat. Ia berpikir saat ini Joonmyun persis seperti songsaengnim yang mengajar bahasa Korea di kelas. “Arraseo, Kim Songsaengnim” sahut Minkyung.

Joonmyun dan Minkyung kembali melanjutkan sarapan mereka. Joonmyun sudah hampir menyelesaikan sarapannya sementara Minkyung masih harus melanjutkan sarapannya.

“Oppa! Bagaimana jika aku membantumu membuat proposal? Anggap saja aku melakukan itu untuk berterima kasih padamu” seru Minkyung. Joonmyun yang baru menyelesaikan sarapannya mendadak membulatkan kedua matanya.

“Mwo? Jinjja? Kau ini baru kelas 2 SMA tapi sudah bisa membuat proposal?” ucap Joonmyun tak percaya. Minkyung mengangguk, “Aku memang sudah bisa membuat proposal saat kelas 3 SMP. Aku hanya memperhatikan Appa ketika membuat proposal. Lama kelamaan, aku jadi bisa membuat proposal. Bahkan tak jarang, Appa memintaku untuk membuatkan proposal untuk perusahaan” jelas Minkyung.

Joonmyun tak menyimpan rasa terkejutanya. Minkyung memang termasuk dalam golongan anak-anak cerdas di sekolah walaupun saat di kelas ia menempati peringkat 4 yang masih kalah dengan Soorin yang menempati peringkat 2. Tapi dalam urusan ini, Minkyung mengungguli Soorin. Karena membuat proposal itu adalah pelajaran yang biasanya diajarkan saat kelas 3 SMA. Sementara Minkyung justru sudah menguasainya saat ia masih duduk di bangku kelas 3 SMP.

“Jangan terkejut oppa. Walaupun aku bisa saja membuat sepenuhnya proposal yang oppa butuhkan, tapi aku hanya akan membantu oppa mencari inti yang akan mendasari proposal oppa. Aku tak ingin sepenuhnya menjadi pembuat proposal itu. Bagaimanapun, itu adalah tugas yang ditujukan untuk oppa bukan? Dan Kim Ahjussi pasti lebih senang jika oppa yang mengerjakan tugas itu” ujar Minkyung.

Joonmyun mengangguk memahami semua perkataan yang dilontarkan Minkyung padanya. Ia benar-benar kagum dengan seorang Kang Minkyung yang tak pernah berubah dari waktu ke waktu. ‘Kau memang benar-benar seorang ‘Tinkerbell’, Kyung-ah’ Joonmyun membatin.

“Oppa, aku sudah selesai. Kajja kita kerjakan tugas-tugas itu sekarang” ajak Minkyung pada Joonmyun. Joonmyun mengikuti langkah Minkyung menuju perpustakaan pribadi keluarga Kim yang terletak di sebelah ruang makan.

Minkyung memasuki ruangan itu terlebih dahulu disusul Joonmyun yang berjalan santai dibelakangnya. Yeoja itu langsung berjalan ke sebuah rak berisi macam-macam jenis proposal yang merupakan milik Heaven Corporation.

“Oppa... apa jenis proposal yang Kim Ahjussi tugaskan padamu?” ucap Minkyung masih tak memalingkan perhatiannya dari jenis-jenis proposal yang ada di rak. Joonmyun yang baru saja meletakkan laptopnya di meja seketika mengalihkan sejenak kegiatannya. “Jenisnya laporan pemasaran dan strategi untuk meningkatkan pasar. Disitu juga harus ada data pemasaran tahun lalu dan jenis-jenis peningkatannya” jelas Joonmyun.

“Hmm... nampaknya sedikit rumit” gumam Minkyung. Yeoja itu lalu menemukan apa yang ia cari lalu mengambil proposal itu dan membacanya sekilas.

“Kau yakin bisa menyelesaikan proposal itu? Itu mungkin agak rumit” sahut Joonmyun ketika Minkyung beralih duduk di hadapannya. Yeoja itu masih membaca dengan serius proposal yang berada di tangannya. “Aniya oppa... semua hal akan menjadi mudah asalkan kita mau berusaha. Manusia sudah mempunyai kecerdasannya masing-masing” balas Minkyung. Joonmyun tercengang mendengar perkataan Minkyung. Ia diam-diam tersenyum walaupun sedang berkonsentrasi dengan tugas essay-nya.

“Oppa, aku akan mengambil laptopku dulu di kamar. Aku akan segera kembali” Minkyung menutup proposal yang ada ditangannya dan menaruh benda itu diatas meja. Yeoja itu berlari meninggalkan Joonmyun menuju ke kamarnya.

Joonmyun mengalihkan perhatiannya sejenak dari layar laptopnya ke proposal yang tadi Minkyung baca. Tangannya beralih mengambil proposal itu dan membacanya sekilas. ‘yeoja itu memang benar-benar tahu apa yang harus dia lakukan’ batinnya.

Namja itu lalu menaruh kembali proposal itu di atas meja. Ia kembali terfokus pada layar laptop yang menampilkan tugas essay-nya. Minkyung kembali dengan membawa laptop putihnya. Ia meletakkan laptop itu diatas meja yang sama seperti laptop Joonmyun.

“Oppa, aku akan mengerjakan bagian data pemasaran tahun lalu dan jenis-jenis peningkatannya. Sisanya oppa yang kerjakan, okay?”

“Hmm...”

Minkyung mulai berkonsentrasi dengan tugas proposalnya dan juga Joonmyun dengan tugas essay-nya. Tak ada pembicaraan apapun saat itu mengingat mereka sangat berkonsentrasi mengerjakan tugas mereka masing-masing.
***
[Another Side]

Tak terasa, kini jam telah menunjukan pukul 2 siang. Saat ini adalah saat pulang sekolah bagi para murid Kyungha Seoul National High School. Mayoritas murid langsung kembali kerumahnya masing-masing dan hanya minoritas yang masih menetap di kelas. Biasanya golongan minoritas ini menetap karena kegiatan organisasi, tugas tambahan guru atau sekedar bermain-main dihalaman sekolah bersama teman-teman.

Soorin keluar dari kelasnya dengan buku-buku tebal yang ia bawa di tumpukan lengannya. Sesekali, ia mengentak-entakan kakinya dan melihat jam tangan berwarna biru yang melingkar di lengan kirinya. Jongin menghampiri gadisnya yang menunggu didepan kelasnya dengan rasa bosan yang terus menghinggapinya seharian ini.

“Rin-ah, mianhae, aku sedikit terlambat. Ada sedikit urusan dengan Lee Songsaengnim” jelas Jongin pada Soorin. Yeoja itu hanya mengangguk sambil tersenyum. “Apa siang ini kita jadi pergi kerumah Minkyung dan Joonmyun sunbae?” tanya Soorin.

Jongin mengangguk, “Ne, aku sudah meminta izin eomma untuk pulang terlambat hari ini. Seperti tebakanku, eomma pasti akan langsung memberi izin dan memintaku untuk memberitahu keadaan Joonmyun saat aku pulang nanti” ucap Jongin.

Soorin menggenggam lengan Jongin, “Jangan fikirkan soal itu lagi, oppa. Kajja! Kita harus bergegas!” ajak Soorin. Jongin dan Soorin berjalan beriringan menuju parkiran dan masuk ke mobil Jongin.

“Kenapa kau membawa banyak sekali buku tebal, Rin-ah?” tanya Jongin heran dengan semua buku-buku yang berada di lengan Soorin. “Oh? Buku-buku ini? Aku membawa buku-buku yang ingin dipinjam Minkyung dari perpustakaan. Dua buku paling atas adalah buku pinjamanku sementara tiga buku dibawahnya adalah buku pinjaman Minkyung” jelas Soorin.

“Memangnya seberapa penting buku-buku itu?” tanya Jongin yang masih berkonsentrasi menyetir. “tiga buku tentang sastra dan dua buku tentang sejarah musik” tambah Soorin.

“Sastra lagi?” Soorin menatap tajam Jongin yang mengatakan hal itu. “Wae? Oppa tidak suka sastra?”

Jongin mengangguk  dan tetap berkonsentrasi melihat jalan, “Aku tidak terlalu suka. Tapi bukan berarti aku tidak suka. Aku hanya menganggap sastra sebuah pelajaran yang harus aku mengerti. Itu saja” balas Jongin. Soorin hanya mengangguk-anggukan kepalanya pertanda ia mengerti. Yeoja itu mengalihkan perhatiannya ke arah jalan.

Selama perjalanan itu, mereka berdua banyak diam. Terkadang, salah satu dari mereka mencoba berbicara. Namun, hanya terjawab beberapa patah kata saja. Suasana hening banyak mendominasi.

“Kita sudah sampai” seru Jongin. Soorin menatap Jongin dan kemudian mengalihkannya pada sebuah rumah mewah bergaya eropa klasik yang didominasi warna coklat dan putih. Yeoja itu terlihat heran dengan suasana rumah sahabatnya ini.

“Kenapa sepi sekali? Apa keluarga Kang sedang pergi?” gumam Soorin. Jongin lalu memandang rumah mewah itu dengan bingung juga. “Mollayo... lebih baik kita cek saja dulu” saran Jongin.

Soorin mengangguk dan bergegas keluar dari mobil Jongin dengan buku-bukunya diikuti Jongin yang keluar dengan tas sekolahnya. Mereka berjalan beriringan sampai ke depan pintu gerbang rumah itu.

“Sepertinya keluarga Kang memang sedang pergi” sahut Soorin yang langsung dibenarkan oleh Jongin.

“Chogiyo... apa kalian mencari salah satu dari keluarga Kang?” tanya seorang wanita paruh baya tiba-tiba menghampiri Jongin dan Soorin. “Ne, Ahjumma... apa Ahjumma tahu dimana keberadaan keluarga Kang saat ini?” tanya balik Soorin dengan sopan.

“Tuan dan Nyonya Kang sedang berada di New York. Sementara Nona Muda Kang kini tinggal di kediaman Kim Joong Woon di distrik gangnam” ungkap Ahjumma itu. Soorin dan Jongin terkejut mendengar penjelasan Ahjumma itu. “Nde? Nu-nugu? Kim Joong Woon? Distrik gangnam?” tanya Jongin memastikan.

Ahjumma itu menganggukan kepalanya, “Ne... Nona Kang memang sudah tinggal di kediaman keluarga Kim Joong Woon terhitung sejak tiga hari yang lalu. Apa kalian teman Nona Kang?”

“Ne, kami memang temannya. Kamsahamnida atas informasinya Ahjumma. Kalau begitu, kami permisi dulu. Annyeonghaseo” pamit Soorin dan Jongin lalu membungkukkan badannya memberi hormat dan memasuki mobil.

“Kau memikirkan apa yang aku pikirkan, Rin-ah?” tanya Jongin selidik. Soorin mengangguk pasti menjawab pertanyaan Jongin. “Kita harus meminta penjelasan pada mereka!” tambah Soorin.

Jongin melajukan mobilnya menuju kawasan Gangnam dengan kecepatan sedang. Saat ini, berbagai macam pertanyaan yang akan dilontarkan ketika mereka sampai di kediaman Kim Joong Woon yang merupakan ayah dari Joonmyun telah bergerumul dan memenuhi benak Jongin maupun Soorin. Dalam hal ini mereka berada diposisi yang sama yakni tak tahu menahu apa yang sebenarnya terjadi.

15 menit berlalu, mobil Jongin mulai bergerak lambat memasuki distrik gangnam. Mobil itupun berhenti didepan sebuah rumah mewah berlantai 2 yang didominasi warna cream dan berpagar putih setinggi 3 meter yang merupakan kediaman keluarga Kim Joong Woon. Mobil Jongin bergerak memasuki rumah mewah itu.

Seorang wanita setengah baya langsung menghampiri Jongin yang masih berada dibelakang kemudi. “Tuan Jongin? Apa tuan kesini mencari Tuan Muda?” kata Yoon Ahjumma –pembantu di rumah Kim Joong Woon- saat melihat kearah Jongin.

“Ne, Ahjumma. Apa Joonmyun saat ini ada disini?” tanya balik Jongin. “Ne, Tuan Muda memang saat ini berada disini bersama Nona Kang” jawab Yoon Ahjumma. Jongin dan Soorin lagi-lagi melebarkan mata mereka terkejut, “Nde? A-apa yang Ahjumma m-maksud itu K-Kang Min Kyung?” sekarang giliran Soorin yang bertanya.

“Ne, Nona Kang Min Kyung memang sudah berada disini sejak tiga hari yang lalu. Oh Jwesonghamnida, saya harus segera pergi. Jika kalian ingin menemui Tuan Muda, beliau sekarang masih berada di perpustakaan disebelah ruang makan. Saya pergi dulu. Annyeonghaseo” ucap Yoon Ahjumma lalu meninggalkan Jongin dan Soorin.

“Ah jinjja! Mereka sudah tiga hari tinggal satu atap dan kita baru tahu sekarang? Dari orang lain pula!” sahut Jongin kesal. Soorin juga merasakan perasaan yang sama dengan Jongin.

“Sepertinya kita harus meminta penjelasan mereka dengan sejelas-jelasnya, oppa. Kenapa mereka menyembunyikan kejadian ini dari kita?” tambah Soorin.

Jongin menghembuskan nafasnya berat, “lebih baik, kita hampiri saja mereka. Aku sudah menyiapkan banyak pertanyaan untuk mereka” ungkap Jongin langsung turun dari mobilnya diikuti Soorin yang melakukan hal yang sama. Yeoja itu lalu menjajari Jongin yang berjalan menuju pintu rumah.

“Tapi, apa tidak apa-apa jika kita langsung masuk ke dalam rumah? Bukankah itu terkesan tidak sopan?” ujar Soorin tiba-tiba ragu. Jongin tersenyum dan membelai lembut rambut yeojachingu-nya itu.

“Kenapa kau tiba-tiba ragu, Rin-ah? Dan kenapa juga kau masih memikirkan kesopanan disaat seperti ini? Ayolah... aku sudah terbiasa keluar masuk rumah ini. Lagipula, bukankah Yoon Ahjumma telah mengijinkan kita masuk?” seru Jongin lalu langsung menarik lengan yeojachingunya tanpa meminta persetujuan sang pemilik.

Jongin dan Soorin menuju sebuah ruangan yang tertutup pintu disebelah ruang makan. Jongin langsung mengetuk pintu itu dengan keras. Tak lama, seseorang yang siap ia hujani dengan berbagai pertanyaan membukakan pintu itu dengan wajah terkejut dan tak percaya dengan siapa yang ia lihat kali ini.

“Jongin-ah...”

***

[Joonmyun-Minkyung Side] Kim’s Private Library

Joonmyun sudah hampir selesai mengerjakan tugas essay-nya. Sementara itu, Minkyung masih berkonsentrasi menatap layar laptopnya yang kini menampilkan grafik yang memang membingungkan.

“Sudahlah Kyung-ah, berhenti saja sampai disitu. Aku akan meneruskannya nanti. Kau sudah bekerja keras selama empat jam hanya untuk mengurusi grafik-grafik membingungkan itu” ujar Joonmyun melihat kasihan Minkyung yang sedari tadi hanya menatap serius layar laptopnya. Seakan telinga Minkyung tersumbat tutup botol wine, yeoja itu malah membalikkan arah laptop putihnya dan menunjukkan hasil pekerjaannya pada Joonmyun.

“Otte oppa? Aku tidak yakin dengan pekerjaanku ini. Aku sudah mencantumkan keuntungan dan kerugian perbulan dan juga grafik-grafik peningkatan produksi dan pemasaran. Kurasa, ini sudah selesai” sahut Minkyung masih ragu. Joonmyun lalu melihat hasil pekerjaan Minkyung. Setelah membacanya, wajahnya berubah sumringah dan itu membuat Minkyung bingung.

“Apa proposal yang aku buat ini lucu? Atau aku melakukan kesalahan pada grafik atau tulisanku?” tanya polos Minkyung. Joonmyun berusaha menetralkan ekspresinya dan menatap Minkyung yang masih dengan tatapan polosnya.

“Aku bukan tersenyum karena ada suatu hal yang berasal dari kesalahnmu, Kyung-ah... aku tersenyum karena kau benar-benar bisa membuat proposal dengan baik. Bahkan, jika aku yang membuat sendiri proposal ini, mungkin akan sangat kurang dari harapan Abeoji sendiri” puji Joonmyun. Minkyung kini mengembangkan senyum manisnya menyambut perkataan Joonmyun.

“Jinjja? Oppa tidak bercanda bukan?” tanya Minkyung lagi. Joonmyun hanya membalasnya dengan sebuah anggukan. Minkyung semakin menghembuskan nafas leganya. Ia kemudian menyandarkan dagunya di meja sambil memejamkan mata.

“Gomawo Kyung-ah”

Minkyung menegakkan kembali wajahnya dan mengangguk kearah Joonmyun. Tiba-tiba, suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Joonmyun dan Minkyung. Keduanya serempak memandang kearah pintu dengan bingung.

“Nugu?”

“Mollayo... mungkin saja Yoon Ahjumma. Biar aku saja yang membukakan pintu” ujar Joonmyun lalu berjalan mendekat ke pintu. Ia membuka pintu itu dan melihat seseorang yang merupakan sahabatnya sendiri.

“Jongin-ah...”

“Oppa, nugu?” Minkyung melihat kearah pintu dan ia benar-benar terkejut dengan apa yang ia lihat kali ini.

“J-Jongin op-pa... S-Soorin?”


TBC

Author's Note : Gimana? memuaskan nggak? inget yaah janji kalian buat komen... sampai ketemu lagi~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar